Kamis, 13 Maret 2014

Pangeran Dongeng

Semuanya gelap pekam, hanya ada sedikit cahaya dari rongga jendela berukuran kecil. Ruangan ini terlihat angkuh, lihat saja dari balkon-balkon yang kokoh dan kuat bersatu dengan atap tanpa ventilasi udara yang bijak, udara diruangan itupun  begitu pengap, sehingga membuat Firly kesulitan bernafas. Firly tidak tau sebenarnya ia berada  di tempat apa. Matanya terus menjelajahi ruangan itu, terlihat lemari lemari bekas yang usang, barang-barang tidak terpakai yang tergeletak berantakan, dan sofa-sofa tua, yang ditutupi kain putih yang menempel debu tebal diatasnya.

 “ Aku dimana? Tempat apa ini?” Firly terus bertanya-tanya dalam hati.
“tolong... tolong ... tolong.. “ Firly berteriak histeris berharaf ada seseorang yang mendengarnya dan dapat menyelamatkan ia dari ruangan angkuh ini.

Namun naas suara lantang Firly malah mendatangkan seekor ular berbisa, nyaris menggigit kaki Firly, untung saja ia segera melompat menjauhi ular itu. Firly panik, ia terus berteriak minta tolong, ular itu mulai mendekati Firly,  firly terjebak dipojokan, tak ada pilihan kecuali naik ke sofa yang tertutup kain itu, ia sedikit lega, namun tak terduga kaki sofa itu patah, Firly jatuh tersungkur, kini hanya  beberapa centi saja jarak Firly dengan ular sialan itu, firly merengek kesakitan karena kakinya menginjak paku berkarat.
“Oh Tuhan... bantu aku” Firly pasrah karena ia tidak tau harus gimana lagi dengan keadaannya yang seperti itu.
 Namun tak terduga ada seorang lelaki yang menerobos masuk mendobrak pintu dan memukul kejam ular itu dengan kayu besar, seketika ular itu pergi menyusup ke celah-celah  lemari, sosok lelaki itu tinggi, tubuhnya kurus namun tenaganya cukup kuat buktinya saja satu pukulan membuat ular itu kleyengan, wajahnya tidak terlihat jelas mungkin karena ruangannya yang begitu gelap.

ɧ ɧ ɧ ɧ

 “De  bangun!  Hari ini kamu mulai Mos kan?” Teriak  Aqil,  kaka prempuan Firly. dari balik pintu, ia hendak masuk.
Suara Aqil berhasil menyadarkan Firly dari mimpinya. Firly terbangun.
“hah? Apa ka?”  tanya Firly yang sembari membetulkan kucir rambutnya.
“sekarang kamu mulai Mos kan?” tanya Aqil sambil membuka jendela kamar Firly sehingga sinar matahari perlahan masuk.
“hm.. iya ka. Whoooaaaaaaamm” firly mengeliat.
“dih dasar...”
“oya ka.. tadi aku mimpi lho.. mimpinya aneh banget. Gini nih ka.. ” ucap Firly, namun sebelum ia meneruskan ceritanya,  Aqil memotongnya cepat.
 “aduhhh.. nanti aja ceritanya ya, udah siang !  Nanti pulang sekolah a ja. Okeh?”
“yachh kaka..” firly melas.
“kamu  gak mau telat kan  ke sekolah?”
“ yaudah deh pulang sekolah aja aku ceritanya”   firly cemberut.
“iya bawel.. yaudah mandi sana !” Aqil menimpuk Firly dengan guling.
“ahh..... kaka” rengek Firly manja. Aqil segera lari terbirit.

Setelah mandi,  Firly memakai atribut mosnya. Nampaknya ia sedikit kesulitan.
Firlypun menggedor pintu kamar Aqil.
Dorr..Dorr..Dorr..
“Kaka.. bantuin aku sih, ribet nih!” teriak Firly didepan pintu.
“apa sih de? Ganggu aja!” Aqil membuka pintu.
“tolong pasangin pita dikerudung aku sih ka. Aku gak bisa! Heuu... Malesin banget sih pake beginian segala” ucap Firly melas.
“yeeu.. cerewet banget!  Sini mana pitanya. Tinggal pasang aja koq repot!”
“kaka dulu diginiin gak sih?” tanya Firly.
“iya  lah...” jawab Aqil.
“tentu ga seribet ini kan? Aku bisa jamin” kata Firly meledek.
“sok tau!” Aqil gak mau kalah.
“emang bener kan?  Yeu... oya kaka ke kampus ga hari ini?”
“nggak dong.”
“males ya? Bilangin mamah lah. Mah... Mamahhh” jail Firly.
“eh sembarangan!  Dosennya lagi sakit tau de, struk”
“lho koq bisa? Hmm.. pasti gara-gara punya murid kaya kaka ya? Haha.. sampe struk deh jadinya” canda Firly.
“dih.. ngaur kamu de. Yaudah cepet berangkat sana, udah selesai tuh”
“ada 7 pita kan ka?”
“iya pesek.. cepet sana berangkat!”
“beda warna juga kan ?”
“iyyaaa.!”
“okehhokeh... aku berangkat dulu ya ka.. dahhh” Firly menyalami Aqil dan segera berlalu menuju ruang makan.
“Pagi mah.. Firly berangkat dulu ya, udah telat nih! Muuach” Firly mencium kening dan menyalami mamahnya lembut sambil mencomot roti sarapannya.
“hati-hati ya nak” ucap mamah Firly.
“iya.. “ Firly segera berlalu. Ia menggunakan scoopy birunya.

ɧ ɧ ɧ ɧ

Jarak dari rumah Firly ke sekolah lumayan jauh, membutuhkan waktu sekitar setengah jam, itupun menggunakan motor, jika harus menggunakan kendaraan umum ia memerlukan sekitar  tiga perempat jam untuk sampai sekolah.
Waktu telah menunjukan 6.25, Firly terus menggas scoopy nya itu. ia tidak mau dinyatakan terlambat oleh panitia osis, karena dalam pikirannya telah terbanyang wajah-wajah panitia osis jika mengetahui ada siswa baru yang terlambat. Dimarahi, disanksi, di cacimaki, disuruh ini itu lah.
 “Ahh tidak.. aku tidak akan membiarkan itu terjadi”  desah Firly.
Namun pagi itu scoopy birunya tidak bisa dikompromi, ia tiba-tiba berhenti, Firly kaget.
“aduuh... kenapa ini? “
Ternyata ban motor Firly kempes. Sedangkan bengkel lumayan juah dan tidak mungkin pula Firly harus mendorongnya.
“aduhh.. gimana ini? mana aku gak baw a hanphone lagi.. ahh”
waktu semakin siang, Firly tidak tau ia harus gimana. Apalagi jarak ke sekolah masih  setengahnya lagi.
“Mamah.. bantu aku” ringisnya dalam hati.
 Tiba-tiba sebuah motor nyaris menyerempet scoopy biru itu, Firly jelas marah karena itu adalah motor kesayangannya , i a tidak  mau scooppynya lecet sedikitpun.
“hey.. pelan-pelan dong! Gak punya mata ya?” teriak Firly lantang.
Ngiikkk... motor direm cepat,  lelaki itu membuka helmnya, ia memakai baju putih biru lengkap dengan atribut mosnya, sepertinya ia anak baru juga, tubuhnya tinggi kurus, sedikit hitam namun wajahnya manis, terdapat sedikit lesung pipit di pipi sebelah kirinya.
“aduhh.. maaf ya! Aku nggak sengaja.. soalnya lagi buru-buru nih..” lelaki itu menunduk meminta maaf.
“gampang banget kamu minta maaf. Aku juga lagi buru-buru tau!” bentak Firly mendekati.
“terus, aku harus gimana? Aduuh” lelaki itu resah, ia terus melihat arloji dilengannya.
“mmm.. kalo kamu mau aku maafin. Ada syaratnya!” Firly menggernyitkan alisnya.
“syarat? Apa?” wajah lelaki itu makin lusuh.
“dorongin motor aku  ke bengkel disana!” kata Firly sambil menunjuk bengkel disebelah jembatan.
“hah? Bengkel dekat jembatan itu? Gak  salah?” tanya lelaki itu kaget.
“iya.. cepet!” perintah Firly.
“emangnya motor kamu kenapa? Mogok?” tanya lelaki itu lagi.
“bannya kempes!” jawab Firly singkat.
“aduh...” terlihat wajah lelaki itu tak sanggup, bahkan tak mampu.
“kenapa? Ga mau? Yaudah gak bakal aku maafin, aku bakal lapor kalo kamu udah nabrak  motor aku. Tolong..toloongg..”
“etttt” lelaki itu menyumpal mulut Firly dengan tangannya. Firly tercengang.
“iya.. aku mau!”lanjutnya.
“hehe..  oke! aku ngikutin dibelakang  ya”
 lho.. terus kalo kamu ikut jalan dibelakang, motor aku  gimana  nasibnya?” tanya
“emang aku pikirin! Ayo cepet...” ucap Firly arogan.
“jangan gitu dong.. gak mungkin aku harus balik lagi kesini. Mending kam bawa motor aku aja. Nih kuncinya!” ia mencabut kunci dan menyodorkannya kepada Firly.
“helloo.. aku cewe. Gak mungkin aku bawa motor gede kaya gitu” Firly cemberut.
“tapi kamu bisa kan bawa motor ninja ini?”
“mmm... ya.. bisa dong. Masa iya aku  nggak bisa” ucap Firly purapura.
“bagus dong!  mending kamu bawa motor aku. Pleas” pinta lelaki itu.
“mmm... Nggak... aku gak mau!”
“kenapa? Ayolah udah siang nih..” lelaki itu mencoba membujuk Firly.
“ga mau titik. Ayo cepet dorong!” pasi. Firly tetap pada pendiriannya.
“gimana kalo diderek aja?”
“ga.. aku mau motor aku didorong sama kamu”
“ huft.. yaudah  aku nitip motor aku dulu sebentar” akhirnya lelaki itu menyerah.
“he’em” kata Firly acuh.

Dengan terpaksa lelaki itu mendorong motor Firly, Firly mengikutinya dari belakang.
“Oya.. boleh minjem handphonenya ga?” kata Firly
“nih..” lelaki it menyodorkan ponselnya.
“aduuhh.. gak aktif lagi” desah Firly.
“nelpon siapa?”
“kaka  aku.. mau minta jemput.”
“oh gitu. Coba lagi deh.”
“tetep gak aktif,,,”
“kita cuma bisa pasrah!”
“kita pasrah? Maksud kamu?” Tanya Firly.
“mm.. iya kita. Kamu juga takut kesiangan kan? Aku juga sama takut kesiangan.” Jelas lelaki itu.
“oohh... bentar-bentar. Adper? (Firly melihat papan nama lelaki itu yang terbuat dari kardus berwarna biru, sama seperti yang Firly pakai) Kamu ambil jurusan adper? Hehe... tanya Firly.
“lho kenapa ketawa? Ada yang salah?” lelaki itu heran.
“yakin mau masuk adper?” Firly terus meledek lelaki itu dengan pertanyaan-pertanyaan konyol yang ia lontarkan.
“yakin lah!  Kenapa?” jawab lelaki itu tegas.
“hehe.. nggak koq. aneh aja. Emang kamu sekolah dimana?”
“smk Candrawasih”
“oh... hah? Smk apa? Firly baru menyadarinya.
“candrawasih.” Jawab lelaki itu santai.
“kenapa ga bilang daritadi? Aku juga sekolah disitu. Kamu anak baru juga kan?
“iya..”
“ambil jurusan adper juga ya?”
“iya...”
“aku juga sama...” Firly menepuk kening.
“bener? Kenapa ga bilang dari tadi sih?
“iya.. mana aku tau. Terus gimana nih? Tanya Firly.
“mmm... lelaki itu terlihat mikir keras. “Motor kamu gapapa kan dititipin disini?”
“mmm... gimana ya?” Firly mikir-mikir dulu.
“ayo dong!  Udah siang nih!” bujuk lelalki itu
“yaudah deh gapapa.. daripada aku telat. udah jam 6.50  nih,,
“bagus!. Kamu bareng aku aja ya., entar pulng sekolah kita ambil motor kamu” jelas lelaki itu.
“maksud kamu aku harus naik motor ninja itu?” tanya Firly mendelik.
“iya,, pleas!  Kamu gak mau kan kesiangan? Ayolah”
“hmp....... yaudah deh. Sana ambil motornya.” Akhirnya Firly nurut juga.
“oke pesek” ucap lelaki itu girang sambil mencubit hidung Firly, ia segera berlari untuk mengambil motornya yang tadi dititipkan.
“hah? Dia bilang aku pesek. Iiiw.. siapa dia? Sialan!” tanya Firly heran.
Ngikk.. ayo naik! Ajak lelaki itu.
Firlypun beranjak  naik.
“udah jam 6.55 nih... 20 menit lagi masuk”
“iya.. kamu pegangan ya, aku mau ngebut nih!  Mmm.. maksud aku kamu pegangan supaya gak jatuh. gpp kan?”
“iyaiya aku ngerti.. tapi hati-hati ya, aku takut,,,” kata Firly pelan
“iya tenang aja” lelaki itu meyakinkan Firly.

ɧ ɧ ɧ ɧ

Saat melihat gerbang sekolah belum ditutup, Firly spontan berteriak.
“ye... kita ga kesiangan! “ spontan Firly memeluk lelaki itu.
“mmm... sorry. Bukan maksud aku... sebelum Firly melanjutkan ucapannya, lelaki itu segera memotongnya.
“gapapa... santai aja..” ia tersenyum. Firlypun membalas senyumnya manis. Ada sedikit perasaan yang beda disana.
“tunggu sebentar ya. Aku parkir motor dulu. Kamu tunggu disini ..”
“iya..” Firly mengangguk.
Setelah beberapa menit lelaki itu muncul lagi. Mereka segera berjalan menuju ruang kelas.
“kelasnya di ruangan berapa?” tanya lelaki itu
Namun sebelum Firly menjawabnya, lelaki itu berbicara lagi
 “aduh.. maaf,  Aku harus ketoilet dulu ya! Kamu gapapa kan duluan? Daah pesek ...”
“ooh.. iya  gpp.. dahh” Firly melambaikan tangan.
“what? Dia manggil aku pesek lagi? Emang hidung aku sepesek itu ya?” Firly cemberut

ɧ ɧ ɧ ɧ

Firly masuk keruang 4, disana sudah ada 2 orang temannya. Ya.. teman se-smp. Mereka sengaja masuk smk candrawsih, karena mereka ingin bersama-sama lagi.
“oh may god Firly.. nyaris kamu telat! Untung aja belum ada panitia yang masuk.” Kata Ica teman Firly.
“iya nih Ca.. ban aku kempes, jadinya kesiangan deh. Etts.. tapi nggak kan? Tuh liat!! masih 7.14. hhe..” ucap Firly bangga.
“iya-iya.. “  kata ica.
“oya. Aku duduk sama siapa nih?.” Kata Firly.
“nanti jug ada temen koq. gpp lagi, kan lagi masa orientasi, kita harus nyari banyak temen” kata Hany.
“kalian?” tanya Firly heran karena Hany dan Ica duduk bersama.
“hehe.. kalo ini sih terkecuali. Lagian kita kan duduknya dibelakang kamu Fir. Jadi kita masih bisa gabung. Iya gak?” kata Ica diikuti anggukan Hany. Firlypun hanya bisa diam. Mau gimana lagi?.

Panitia osispun masuk,  semua siswa  sudah duduk  dikursinya masing-masing.
“Pagii.... adik-adik..” sapa panitia.
“pagi ka...” jawab semua siswa baru serempak.
 “ gimana kabar kalian hari ini?” tanya panitia osis satu lagi. Karena disetiap ruangan dibimbing oleh dua panitia.
“baik ka....” lagi-lagi mereka menjawab kompak.
“oya... semunya sudah masuk kan?”
Namun kali ini mereka tidak menjawab sekompak tadi, semuanya saling pandang, mereka bingung harus menjawab apa, karena mereka belum tau berapa jumlah siswa keseluruhan dikelas itu.
“mm... kayaknya belum deh ka. Soalnya kursinya masih kosong satu” jawab Ica sambil melirik Firly yang masih duduk sendiri. Firly hanya tersenyum tersipu.
Sebelum  panitia osis itu berkata lagi, terdengar suara ketukan pintu dari luar.
“masukk..”kaka panitia  mempersilahkan.
“maaf ka saya telat. Abis dari toilet” kata lelaki itu sambil menyalami kaka panitia.
“yaudah.. cepet duduk, “ suruh  panitia itu tegas.
“mmm.. iya ka..” lelaki itu mengangguk dan segera menuju kursi yang masih kosong.
“permisi.. boleh ya aku duduk diisini?” kata lelaki itu.
Firly menoleh
“mmm...kamu?” kata lelaki itu lagi. Firly masih bengong.
“hey kamu duduk disini? Boleh dong aku duduk  sama kamu.” Lelaki itu terus nyerocos.
“iya.. boleh..” kata Firly mengangguk pelan. Hati Firly tersenyum.
“ciiyee...” terdengar ledakan Hany dan Ica dari belakang. Firly tidak menghiraukan mereka.
“kamu lama banget di toletnya?” tanya Firly basa basi
“hehe.. ngantri tau.” Jawab lelaki itu.
“oh...”
“oya.. daritadi kita belum kenalan, nama kamu siapa?” tanya lelaki itu sambil menyodorkan tangannya.  Mungkin ia baru tersadar.
“oh iya.. aku Firly...” ternyata firlypun baru menyadarinya. “ kamu?” tanya Firly balik.
“Algi.. “ ia tersenyum. “oya.. belum lama kan panitia ini masuk?” tanya Algi.
“sekitar 5 menit yang lalu.” Jawab Firly.
“baguslah...”
“koq bagus?” firly heran.
“se’enggaknya aku nggak terlalu terlambat, ia gak?”
Firly mengangguk semu.
“Baik  adik-adik.. perkenalkan, nama kaka, Nino dan ini ka Milly. Selama tiga hari kedepan kami yang akan membimbing kalian, kaka haraf kalian bisa menuruti semua perintah kami” kata ka  Nino.
“sekarang kita buat pengurus kelas dulu ya? Siapa yang ingin mencalonkan sebagai kandiidatnya?” tanya ka Milly
Diam......... tidak ada suara.
Tapi tak terduga Algi mengangkat tangannya pasti.
“iya.. silahkan kedepan!
Firly bengong. “berani banget lelaki itu?” tanyanya dalam hati.
“Siapa lagi?” tanya ka Nino.
 lelaki berambut ikal dan terlihat sok cool maju kedepan dengan peDe-nya.
“iww.. perfoments is not god mau nyalonin pengurus kelas? Gak banget deh..” terdengar suara Ica jijik.
“hust! Gak boleh gitu Icaa.. gak baik” kata Firly mempringati.
“dari perempuannya mana nih? Masa mau kalah sama laki-laki.. ayo dong!” kata ka Milly semangat.
“tau Fir.. maju sana! Masa kamu gak berani?” dorong Hany.
“mmm.. malu ga kira-kira?” tanya Firly ga percaya diri.
“gak lah.. maju sana. Kita bakal pilih kamu koq” ujk Ica
Firlypun maju. Algi hanya tersenyum melihatnya.

Hasilnya memang mengejutkan. Karena keajaiban bertubi-tubi datang kepada Firly dan Algi.  Buktinya saja Algi terpilih menjadi ketua kelas dan tidak lain wakilnya adalah Firly.
“selamat buat Algi dan Firly. Semoga saja kalian bisa membawa kelas ini menjadi kelas yang is the best! I’m believe you can do it!” kata ka Nino semangat. Semua siswa bertepuk tangan, rupanya sugesti panitia osis diruang 4 itu berhasil membuat siswa baru mempunyai nyali untuk menjadi the winner. Ye..!

Bell tanda pulang telah berbunyi..
“Fir.. terus kamu pulangnya gimana? Tanya Ica didepan kelas sambil membetulkan jilbabnya.
“apa mau naik kendaraan umum aja? Tanya Hany.
“gak tau nih.. kalian pulang berdua?”tanya Firly.
“iya.. Hany bareng aku. Soalnya aku bawa motor nih!” kata Ica.
“aku gimana..?” tanya Firly.
“aku kan udah bilang tadipagi. Kamu bareng aku lagi pulangnya, kan sambil ngambil motor kamu!” kata Algi yang baru keluar dari kelas.
“oh.. iy a yah.. aku lupa” kata Firly.
“ciye.. berarti tadi pagi kalian bareng? Koq bisa? Janjian ya?” ledek Ica.
“tapi kayaknya gak mungkin deh.. kalian kan belum kenal sebelumnya, Buktinya aja baru kenalan tadi pagi... aku liat ko waktu kalian kenalan” selidik Hany.
Algi dan Firly hanya tersenyum.
“yaudah gak usah dibahas kali” ucap Firly
“yaudah deh kalau gitu.. kita duluan ya.. dah Firly ...... “ Hany dan Ica berlalu.
“Dahhh...” Firly melambaikan tangan.
“Firly?” panggil Algi.
“iya..” Firly menoleh.
“pulang sekarang yuk!” Algi memegang tangan Firly erat. Lagi-lagi Firly hanya bengong. Ya.. ia bengong karena Firly merasa aneh. Bagaimana tidak, mereka kan baru kenal. Kenapa sikap Algi udah jauh dari perkenalan mereka?

ɧ ɧ ɧ ɧ

Setibanya dirumah Firly merebahkan tubuhnya di kasur. Ia mengingat kembali peristiwa yang telah ia lewati dari pagi sampe tadi pulang sekolah.
“Algi... itu... cowok  misterius” ya.. Firly menyebut algi adalah cowok misterius yang tiba-tiba datang saat awal masa putih abu-abunya.
“De...” Aqil membuyarkan lamuanan Firly.
“Eh.. kaka.. ada apa?”
“lagi ngapain sih kamu? Ko senyum-senyum sendiri?”
“nngg... gak koq ka. Aku nggak lagi ngapa-ngapain”
“mm...  oya. Katanya mau cerita tentang mimpi kamu semalem?”
“mimpi? Oh.. iyaiya.. hampir aja aku lupa”
“kamu tuh ya, kalo tidur pasti mimpi. Gak pernah baca doa ya?”
“enak aja.. baca doa dong! Yeu...”
“yaudah cepet cerita”
“Gini nih ka, aku juga nggak tau sebenarnya aku mimpi apa.. tapi ... (Firly menceritakan mimpinya semalam)”
“hehehe... Firly..Firly..”
“lho.. koq ketawa?”
“kamu tuh mimpinya aneh banget sih.. terus kaka harus bilang gitu kalo dia itu pangeran  kesiangan? Iya? hhehe” ka Aqil tak henti tertawa-tawa mendengar cerita adiknya.
“bukan pahlawan kesiangan, tapi pangeran dongeng aku” ucap Firly serius.
“hah? Hehhehehe.... ngayal mulu kamu de! Udah sono sekalian bikin cerpennya. Hehee” Aqil terus saja meledek Firly,
“ide bagus ka. Tapi bisa nggak ya? Soalnya aku belum melihat jelas wajah pangeran dongeng itu?”
“masyaallah ade.. kamu tuh ya. Jiwa sastranya udah mendarah daging ya? Awas! Jangan kebanyakan ngayal, ntar gila! Hehee...” Aqil segera pergi dari kamar Firly yang dari tadi ia ledek.
“kaka.......................” Firly mengejar Aqil.

ɧ ɧ ɧ ɧ

Ketika Firly membuka matanya, gelap pekam. Kakinya berdarah.
“Oh Tuhan...  aku dimana?” Firly bingung sebenarnya tempat apa ini? banyak lemari usang dan barang-barang tua yang tergeletak berantakan, ia pasrah dengan jarak ular dengannya yang hanya beberapa centi saja, karena ia tidak tau harus gimana lagi dengan keadaannya yang seperti itu.
 Namun tiba-tiba ada seorang lelaki yang mendobrak pintu dan segera memukul kejam ular itu dengan kayu besar, seketika ular itu pergi menyusup ke celah-celah  lemari, sosok lelaki itu tinggi, tubuhnya kurus, lagi-lagi wajahnya tidak terlihat jelas karena ruangannya yang begitu gelap. Ia segera bergegas memeluk Firly tanpa berkata sedikitpun . Firly penasaran, siapa sebenarnya lelaki itu. Ia mencoba untuk menanyakan kepadanya, namun entah kenapa lidah Firly terasa sulit untuk berbicara, padahal pertanyaan itu datang-datang bertubi-tubi dihatinya, Firly terus mencoba, namun sulit. Sangat sulit.

ɧ ɧ ɧ ɧ

“Ping..Ping..Ping..
Ponsel Firly berdering pelan,  namun bergetar cukup keras sehingga membuat Firly terbangun dari mimipinya pagi itu.
Firly  segera meraih ponselnya terlihat remang-remang BBM dari Ica.

“Fir... kamu masih dimana, aku baru datang nih.”

 Sepontan mata sipit Firly melek lebar-lebar.
“Oh my god, gila... jam berapa ini?” Firly segera melihat jam diponselnya. Ia segera bangun dari tempat tidurnya, namun “aw...” Firly  menginjak sesuatu. Ternyata pecahan kaca dari bekernya  yang terjatuh semalam karena mungkin ia terlalu pulas tidurnya,  sehingga tidak sengaja sampai menjatuhkan beker winnie  the poohnya itu.
“pantes aja alarm aku  gak bunyi, bekernya aja ancur gitu. Ih.. nyebelin”
Namun Firly tak menghiraukan bekernya itu, karena kejadian ini lumayan sering terjadi, paling-paling ia hanya ditegur oleh mamahnya nanti jika beliau tau.

“Ca, udah masuk belum?”

Firly segera mengirim BBM kepada Ica.
Tak lama Ica  membalasnya.
“Emang kamu masih dimana? Udah masuk  3  menit yang lalu.”
“aku  kesiangan Ca   Hany udah dateng?” balas Firly.
“ yah.. dasar!  Hany tadi bareng aku. Udah dulu ya ada ka Milly nih ngeliatan, aku nggak enak. Kamu cepetan ya.. hatihati Firly” balas Ica.

Firly  mulai panik, dia tidak bisa membayangkan gimana wajah-wajah panitia yang melihat pesertanya terlambat, di hari kedua lagi. Ger..ger..
“De.. cepet jalannya!” terdengar suara lantang sie.keamanan dari kejauhan saat melihat Firly  dimulut gerbang sekolah, Firly mempercepat langkahnya, bahkan Firly  mulai berlari sambil terus menundukan kepala, karena dia nggak mau mukanya dikenal karena telat saat hari kedua Mos. Aduh.. No..No.. batinnya.
“Huh.. akhirnya. Thanks God!” Firly menghela nafas sebentar dan segera melanjutkan larinya, namun ‘Gubraakkk!’ Firly menabrak seseorang dari arah kanan. Lagi-lagi Firly tidak berani mengangkat kepalanya. Dia langsung spontan meminta maaf.
 “maafin aku ka, aku nggak sengaja” ucap Firly.
Namun tidak ada sedikitpun ucapan dari orang tersebut, malah dia terbahak.
“Haahaahaa.. Lucu banget sih lu kamu Fir “ ucap orang itu
Firly  heran, “panitia koq tau nama aku?”  padahalkan nametag  aku  belum dipake?” Firly pun penasaran ingin melihat wajah panitia itu, namun sebelumnya Firly lebih heran juga saat melihat warna celana  panitia itu yang berwarna biru. ‘lho.. koq biru?’ desah Firly
‘kayaknya ini bukan panitia deh, ah.. konyol banget sih !’ Firly baru menyadari kekonyolannya.
Firly  segera mengangkat wajahnya serentak, ternyata..
 “aduh  Algi, aku kira kamu panitia ” ucap Firly.
“haha.. lagian kamu nya sih.. hheehe” jawab Algi cengengesan
“koq kamu disini?” tanya Firly
“hehe.. aku  kesiangan Fir,  aku  baru aja dateng. Kamu  kesiangan juga?”
“iya nih, kamu koq bisa kesiangan?”
“aku bangunnya telat  Fir.. alarm nya tiba-tiba rusak. Jadi gak  bunyi  deh”
“aku juga kesiangan karena alarm aku  rusak” ucap Firly.
“ah kamu, ngikutin mulu,  yaudah yuk kita masuk kelas, mumpung gak ada panitia yang ngeliat ” ajak Algi,  Firly pun mengekor.

“Permisi.. maaf ka telat” ucap  Algi  beserta anggukan Firly.
“ciyeee....” kata yang lain bersorak.
“Janjian kayaknya tuh ka.. ehemehem”
“Algi Firly, kalian kan ketua dan wakil. Kenapa datangnya telat?”
“maaf ka.. kita nggak akan mengulangi lagi” ucap Firly.
“kalian telat 15 menit,   itu gapapa, toleransi dari osis, tapi jika ada yg lebih dari ini kalian akan kena hukuman, paham?” kata panitia serius.
Algi  dan Firlypun hanya bisa mengangguk nurut mereka segera duduk dikursinya.
Keesokan dan seterusnya Algi dan Firly  tak lagi mengulangi kesalahannya, Ica dan Hany juga selalu on time.
Kegiatan Mos berlangsung selama tiga hari, di hari terakhir mereka melihat demonstrasi dari setiap organisasi yang ada. Riuh piuh suara peserta terdengar heboh, sepertinya mereka menikmati penampilan kaka kelasnya itu.

ɧ ɧ ɧ ɧ

Namun tiba-tiba ada seorang lelaki yang mendobrak pintu dan segera memukul kejam ular itu dengan kayu besar, seketika ular itu pergi menyusup ke celah-celah  lemari, sosok lelaki itu tinggi, tubuhnya kurus, lagi-lagi wajahnya tidak terlihat jelas karena ruangannya yang begitu gelap. Ia segera bergegas memeluk Firly tanpa berkata sedikitpun . Firly penasaran, siapa sebenarnya lelaki itu. Ia mencoba untuk menanyakan kepadanya, namun entah kenapa lidah Firly terasa sulit untuk berbicara, padahal pertanyaan itu banyak dihatinya, Firly terus mencoba, namun sulit. lelaki itu terus memeluk Firly erat, terdengar isak tangis kecemasan lelaki itu, sepertinya ia sangat mengkhawatirkan Firly. Kini Firly melihat wajahnya jelas, jelas sekali. Ingatan Firly tergugah, ia merasa wajah itu tidak asing lagi untuknya. “Tapi siapa ya? Kenapa aku tidak tau namanya, padahal wajah ini, wajah yang tidak asing lagi bagiku, tapi siapa?oh Tuhan..”
ɧ ɧ ɧ ɧ

Firly tersadar dari tidurnya, “kenapa aku selau mimpi itu?” desahnya dalam hati. Namun saat ia lirik beker, ternyata pukul telah menunjukan jam 6.30.
“ gawatt........” Firly segera bersiap-siap berangkat sekolah,  pagi itu ia memutuskan untuk  tidak mandi, tidak lain karena ia takut kesiangan.

ɧ ɧ ɧ ɧ

“ini kelas kalian yang baru, kaka harap kalian bisa merawat kelas ini dengan baik”
Kata ka Milly yang mengantar mereka ke ruang kelas mereka yang sebenarnya. Yaitu kelas x adper 1 yang posisinya dekat dengan lab adper. Bangunan itu terpisah dari kelas yang lain. sehingga kondisi belajarpun lebih kondusif dan efektif.  Dan termasuk kelas satu-satunya yang nggak punya neighbour.
Byurr..  mereka langsung brdesak-desakan masuk kelas dan tentunya ‘perebutan kursi’ haha.. adat anak baru, mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan kursi paling depan. Tapi  tidak dengan Ica, dia lebih memilih kursi belakang katanya agar bisa becanda. Haha dasar!
Firly duduk dikursi paling depan bersama Hany,  sedangkan Ica dengan teman barunya Aul.
“menurut kalian kelasnya nyaman ga?” tanay Hany.
“nyaman banget Han..” jawab Ica
“ lumayan luas daripada kelas yang kemarin saat Mos kita tempati” lanjut Firly.
“iya  yah.. bagus lagi.. mmm... wangii” Sambung Hany.
Setelah itu terdengar suara bell, ternyata semua siswa baru,  dikumpulkan di lapangan utama. Disana ada pengarahan dari kepala sekolah.
“Tidak mudah untuk masuk ke smk candrawasih ini, tapi kalian semua telah berhasil! selamat bapak ucapkan kepada seluruh siswa baru, akhirnya kalian bisa melewati masa orientasi siswa dengan baik, sehingga kalian dapat diterima di sekolah menengah kejuruan Candrawasih ini” kata kepala sekolah.
“hhorreee” semua siswa  bertepuk tangan. Ada yang lompat kegirangan, ada yang nangis dan ada pula yang sujud syukur, sedangkan Firly, Ica dan Hany, mereka langsung berpelukan bangga dan bersyukur karena do’a  mereka telah dijawab oleh  sang maha kuasa.
Setelah mendapat pengarahan dari kepala sekolah semua siswapun bubar.. tidak ada jam mengajar setelah ini, dan esok adalah hari pertama dalam dunia putih abu-abu mereka yang sesungguhnya.

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

 Lelaki itu terus memeluk Firly erat, terdengar isak tangis kecemasan lelaki itu, sepertinya ia sangat mengkhawatirkan Firly. Ingatan Firly tergugah, ia merasa wajah itu tidak asing lagi untuknya. Tapi siapa dia? Kenapa Firly tidak tau namanya, padahal wajah itu, wajah yang tidak asing lagi bagi Firly. Tiba-tiba lelaki itu berbicara
“Fir.. kamu gak kenapa-kenapa kan?” desah lelaki itu sambil mengelus rambut Firly.
“lelaki ini tau nama aku? Bodoh! Kenapa aku tidak tau namanya? Kamu siapa sih? Kenapa kamu begitu mengkhawatirkanku? apakah ada hubungan diantara kita? Siapa? Kamu siapa?” desah Firly dalam hati. Namun tetap saja lidah Firly tetap sulit untuk mengeleuarkan sepatah kata, ia hanya bisa menatap lelaki itu dengan tatapan penuh kebingungan.
Tak bisa dipungkiri, Firly merasakan kenyamanan berada dipelukan lelaki itu. “oh Tuhan.. siapa dia? Kenapa aku  sama sekali tidak mengingatnya?”
Tiba-tiba saja tubuh Firly terasa lunglai, sepertinya ia keabisan darah, mungkin karena kakinya yang berdarah tertusuk paku berkarat tadi.
ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

Firly terbangun.” Oh Tuhan... siapa dia? Kenapa aku selalu mimpi begitu? Ini udah yang kesekian kalinya. Kenapa sepertinya mimpi ini bersambung setiap harinya? Apa ini tanda? Tapi tanda apa? Jangankan aku tau  tanda ini, kenal dengan lelaki itu pun aku tidak.”

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

setiap hari Firly bertanya-tanya dalam hati tentang mimpi itu. Konyol memang.
Hanya ia dan kakanya Aqil yang tau tentang mimpi itu.  Dan setelah ia pikir-pikir, tidak ada untungnya selalu memikirkan mimipi itu, ia pun mencoba untuk tidak terlalu mengkhiraukannya dan tetap fokus dengan sekolahnya.

ɧ ɧ ɧ ɧ

Esoknya adalah pelajaran sejarah. Firly tidak terllau suka sejarah, tapi ia menguasai. Ia pun kebagian menjelaskan didepan semuanya.
Setelah ia menjelaskan dengan bahasanya sendiri, tiba-tiba ada seorang perempuan berdiri  pasti, Andin, tanpa ijin sebelumnya. Ia langsung memotong pembicaraan Firly, menyalahkan materi  yang telah dijelaskan oleh Firly..
“Maaf, jika ada yang ingin dipertanyakan, pake etikanya” kata bu Isma, guru sejarah mereka.
Tapi Andin tidak menghiraukan perkataan bu Isma, ia terus menyerocos menyalahkan Firly.. Firly bengong.. ia kaget, kenapa ada siswa seperti ini yang gak punya etika sama sekali berada di kelas ini, ini kan kelas percontohan seharusnya semua siswa yang ada dikelas ini harus siswa yang bener-bener tau etika dan dapat mengaplikasikannya kedalam kehidupannya.
“Maaf Andin, bisa kan  kamu memakai etika yang kita sudah pelajari di pelajaran PKN?”
“diamm kamu! Banyak cincong!.. kalau gak bisa tuh ga usah ngejelasin! Iiww”
“aku meguasai materi! Aku juga disuruh oleh bu Isma, jadi ini wajar!”
“aku lebih menguasai! Dari sd malah..”
Bentak Andin. Dari peristiwa itulah sekarang Andin dan Firly terus berdebat jika ada pelajaran sejarah berlangsung,

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

Tak bisa dipungkiri, Firly merasakan kenyamanan berada dipelukan lelaki itu. “oh Tuhan.. siapa dia? Kenapa aku  sama sekali tidak mengingatnya?”
Tiba-tiba saja tubuh Firly terasa lunglai, sepertinya ia keabisan darah, mungkin karena kakinya yang berdarah tertusuk paku berkarat tadi. Namun sebelum firly menutup matanya ia melihat gelang yang ada tulisan huruf AF yang diekanakn oleh lelaki itu, Lelaki itupun langsung berteriak histeris “Fir.... Firly?? Kamu kenapa? Firlyyy.....” tapi walaupun tubuhnya terasa begitu lemah ia masih bisa mendengar teriakan lelaki itu.
“Firly.... sebenernya...  aku sayang kamu Fir, kamu jangan tinggalin aku. Maafin aku Firly.. maafin aku selama ini udah buat kamu bingung dengan hubungan kita, karena aku gak bisa Fir. Aku tidak mempunyai nyali untuk mengungkapkannya kepada kamu, tapi saat ini aku telah menemukan nyali itu, aku mohon Fir.. bangun! Jangan tinggalin aku. Firly  aku mohon. Seperti tweet kamu dulu “aku ingin membuat cerita tentang kita” pleas Firly.. ayo kita buat cerita tentang kitaa. Aku sayang kam Firly. I love you”

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

“Fir bangun!” Hany membangunkan Firly dari tidurnya
“Ada Bu Isma tuh,, tidur mulu !” ledek Hany.
“hm.. iya”
“pasti lagi malem begadang ya?” selidik Ica.
“nggak.. aku ketoilet dulu ya!” kata Firly, ia segera menuju toilet.
Hany dan Ica saling pandang.

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

Setelah pertemuan pertama saat mos itu, kini hubungan Firly dan Algi begitu dekat, sangat dekat. Setiap hari mereka selalu berdua, bercanda tertawa, mengerjakan tugas dan hal yang lainnya. Kejadian itu terjadi beberapa bulan, hingga saat akhir semester kedua.   Firly mendapat sebuah surat di bawah mejanya. Surat itu berisi puisi,  entah apa maskudnya.

Entahlah..
Entah apa yang kurasa sekarang...
Jika sedang menatapmu
Hati ini selalu bergetar, begitu cepat

Jujur..
Jika berada didekatmu
Aku merasa nyaman.. Sangat nyaman
Jika sedang bicara denganmupun
Hati ini begitu senang. Sampai semua masalah terasa lenyap seketika.

Sekali lagi aku tidak tau apa arti semua ini?
Aku   juga tidak tau sejak kapan rasa ini hadir
Yang jelas.. setiap malam aku selalu merindukanmu
Dan ingin cepat pergi kesekolah
Karena disekolahlah aku bisa merasakan kenyamanan yang sesungguhnya.

 Firly kaget, karena ia baru pertama kalinya mendapat kalimat seperti itu dalam masa putih abu-abunya. Tapi,, nampaknya firly mengenali tulisan itu. Ya.. feelingnya itu adalah tulisan Algi, segera Firly mencari tau, tanpa sepengeahuan Algi, Firly membuka buku catatan Algi , ternyata  benar dugaan Firly. Itu adalah tulisan Algi. Firly kaget..
“algi yang buat surat ini??” firly tersenyum, rupanya ia merasakan hal yang sama, dan ia segera menyimpan surat itu, ia berharaf suatu hari nanti Algi dapat menungkapkan perasaanya.
Firly segera membuka laptop, menghubungkan ke jejaring sosial, ia langsung  update di akun twiternya.
“Aku ingin membuat cerita tentang kita” Firly tersenyum. Namun ternyata Algi berada di belakang Firly yang pastinya ia melihat status firly. Algi hanya tersenyum manis

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

Setiap hari Firly memperhatikan Algi, Algipun begitu.  Tapi sejak kejadian saat ia menerima surat dari algi, semua gerak-gerik Firly dan Algi sedikit berbeda dari biasanya, tadinya sering bareng, sekarang lebih jaga jarak, malu-malu kalo ketemu, tapi nambah serius kalo lagi ngobrol berdua disekolah atau saat  di telpon.
Dan suatu malam Algi menelpon Firly.

“Malam Firly..” sapa Algi disebrang sana saat Firly mengangkat teleponnya.
“iya.. malam. Ada apa algi?” tanya Firly, ia terlihat senang kalo mendpat telpon dar Algi, sang pangerannya. Hehe.
“nggak koq.. mau telpon aja” jawabnya lembut.
“ouh gitu” firly pura-pura santai padahal hatinya udah melompat-lompat ke udara.
“iya.. kamu belum tidur Fir?” tanya algi lagi.
“belum..”
“kan udah malem. Emang gak ngantuk?”
“ga tau nih mata, ga ngantuk, kamu juga belum tidur?”
“belum juag,  gak tau nih mata”
“dih,, ngikutin aja”
“aih, siapa yang ngikutin? Kamu kali.. yeuu”
“dihdasar jelek.. kamu lagi apa emang?”
“lagi mikirin kamu..”
“koq? serius?”
“kenapa? Gak boleh ya?”
“boleh sih... hehe”
“ko ketawa gitu bolehnya?”
“hehe.. “
“sekarang kamu sombong ya”
“sombong??”
“iya sombong, buktinya aja,  waktu aku panggil kamu, kamunya diem aja”
“kapan?”
“waktu pulang sekolah. Ditaman itu”
“oh,, itu kamu yang manggil?”
“iya lah siapa lagi..”
“ aduh..maaf ya Algi  aku lagi buru-buru waktu itu.”
“iya deh gapapa..”
“emang ada apa manggil aku?”
“ya..mau ngobrol aja.”
“ngobrol? Kan bisa di telpon?”
“beda lagi lah.. tadinya tuh aku mau bilang tentang perasaa...” nyaris saja Algi keceplosan,
“apa?” tanya Firly, ia ingin meyakinkan apa yang dikatakan Algi barusan.
“mmm... nggak koq bukan apa-apa.”
“kamu tadi bilang apa?”
“ngak Firly. Aku gak bilang apa-apa?”
“oh” firly sediky kecewa padahal ia berharaf bahwa Algi ingin mengatakan tentang perasaanya.
“mm.. Firly?”
“iya.. kenapa algi?”
“udah dulu ya.. udah malem. Kamu cepet bobo gih!”
“oh.. ya udah iya.. kamu juga tidur ya”
“iya.. tenang aja, pasti algi bakal tidur, dan pastinya algi bakal mimpiin kamu. Hehe”
“hhe.. bisa aja kamu.”
“iya dong! Yaudah.. selamat idur  Firly.. mimpi indah ya?”
“iya.. makasih, selamat tidur  juga ya Algi.. mimpi indah disana”
“iya maksaih.. dah Firly..”
“dah...” nut...nut..nut
ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

kini hati firly nambah yakin, dan harapannyapun  makin menjadi-jadi, bahwa suatu saat nanti algi akan menyatakan perasaannya kepada dirinya.
Suatu siang, saat Firly dari ruang perpustakaan ia berniat untuk masuk kelas, namun saat ia hendak masuk, terdengar suara anak-anak kelas heboh. Firly heran, sebenarnya ada apa. Ia pun masuk, tiba-tiba Algi kedepan. Firly bingung, mau apa ia maju gitu?
“maaf teman-teman, aku Cuma mau bilang,,,”
Terdengar suara algi didepan kelas. Anak-anak yang tadi hebohpun seketika diam. Firly juga ikut memperhatikannya dengan hati yang berdebar-debar.
 hening...............
 dan algi melanjutkan perkataannya.
“sebenernya aku suka sama ...”
 Hati Firly makin meloncat-loncat, ia siap-siap untuk memasang muka terimut, jika benar algi akan menembaknya didepan teman-temannya.  “akhirnya.. ini hari yang telah aku tunggu-tunggu,, ayoo.. rilex firly, jangan deg-deg’an gini” firly terus menenangkan dirinya.
“sebenarnya aku suka sam Andin Endami” ucap algi sambil menatap Andin yang daritadi terlihat wajahnya merah juga.
Andin adalah anak x adper 1 yang terkenal dengan so cantik, memang, ia lebih  feminim dibanding Firly.  Wajahnya lonjong, namun sedikit sombong karena mempunyai postur tubuh yang menarik. Ia juga sering debat dengan Firly, apalagi saat pelajaran sejarah, hampir setiap pertemuan mereka debat, jadi sedikit mengganggu hubungan pertemanan mereka dikelas, bisa dibilang Andin dan Firly itu musuh.

Firly menunduk lemah, lidahnya terasa kelu dan matanya berkaca-kaca, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis karena kesedihannya, setidaknya saat itu, karena waktunya sangat tidak tepat.Dengan kesedihan yang tidak bisa ditahan lagi, ia akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan murka itu, ya.. semurka hati Firly yang sangat sakit mendengar kenyataan algi yang telah menembak perempuan lain dihadapan matanya sendiri. Ia menuju taman sekolah.
“ Apa?? Andin?” tanya Firly dalam hati.
“kenapa harus Andin? Kenapa enggak aku? Atau kenapa enggak yang lain? kenapa algi? Kenapa????????” emosi firly menggebu-gebu.
Ia segera mengambil surat yang pernah ia terima dari algi disakunya,  secepat kilat ia merobek suratnya itu.
“bodoh!! Kenapa aku begitu yakin dia bakal nembak aku?” Firly meneteskan air matanya.
Ia menangis tersedusedu disana, bagaimana  tidak ia tidak sedih, selama ini algi selalu memberikan perhatian lebih kepadanya, menelpon tiap malam, sering berbalas pesan juga bahkan ia pernah mengirim surat cinta atau sejenisnya, yang ia herankan lagi, setiap hari ia selalu bercanda dan mengobrol dikelas. Lantas apa yang membuat Algi menyukai Andin?
“bodoh.. benar-benar bodoh!” Firly terus mengutuki kekonyolannya sambil terus menghapus air mata yang tidak henti-hentinya berhenti menetes.
“Sebenernya hubungan kita selama ini kamu anggap apa?” tanya Firly dalam hati.

ɧ ɧ ɧ ɧ

Namun sebelum firly menutup matanya ia melihat gelang yang ada tulisan huruf AF yang diekanakn oleh lelaki itu, Lelaki itupun langsung berteriak histeris “Fir.... Firly?? Kamu kenapa? Firlyyy.....” tapi walaupun tubuhnya terasa begitu lemah ia masih bisa mendengar teriakan lelaki itu.
“Firly.... sebenernya...  aku sayang kamu Fir, kamu jangan tinggalin aku. Maafin aku Firly.. maafin aku selama ini udah buat kamu bingung dengan hubungan kita, karena aku gak bisa Fir. Aku tidak mempunyai nyali untuk mengungkapkannya kepada kamu, tapi saat ini aku telah menemukan nyali itu, aku mohon Fir.. bangun! Jangan tinggalin aku. Firly  aku mohon. Seperti tweet kamu dulu “aku ingin membuat cerita tentang kita” pleas Firly.. ayo kita buat cerita tentang kitaa. Aku sayang kam Firly. I love you”

ɧ ɧ ɧ ɧ

Firly terbangun,, “ mimpi itu lagi? Apa sih maksudnya?” tanya Firly.  Ia bergegas siap-siap berangakat sekolah. namun berat sekali rasanya melangkahkan kaki untuk menu ju sekolah, bukan karena malas sekolah, tapi malas melihat wajah munafik Algi dan wajah Andin so cantik itu.
“Fir...” panggil Ica dari mulut gerbang
“Hay.. tumben siang?” tanya  Firly pelan.
“iya nih,, aku bangun kesiangan.”
“oh..”
“kamu kenapa Fir? Ko lemes? Kamu sakit?” Tanya Ica sambil meraba kening Firly untuk meyakinkan apakah Firly benar-benar sakit atu sekedar lemas biasa.
“aku gapapa koq Ca.. tenanga aja !” jawab Firly.
“gak panas sih, tapi koq kamu kelatannya pucet gitu? Begadang ya?”
“nggak Ica.. aku gapapa.. okey?”
“serius?”
“pasti.. yaudah yuk kita ke kelas” ajak Firly.

Sesampainya dikelas, Firly dan Ica segera masuk, anak-anak yang lain udah siap di kursinya masing-masing.  Firly terlihat sedikit lebih cuek dari biasanya. Sengaja ia tak  menoleh kearah Algi, karena ia muak melihat wajahnya yang munafik itu.

( jam istirahat),
saat Algi  dan temannya sedang didepan kelas, Firly, Hany dan Ica datang dari kantin.
Algi melihat Firly dari kejauhan.  Tapi Firly tetap jutek, ia pura-pura tidak melihat Algi, padahal Algi tersenyum kepadanya, tapi Firly tetap masa bodo, rupanya firly benar-benar marah dan kecewa kepada Algi. Setelah Firly sampai dimulut pintu kelas Algi memanggilnya dan segera memegang lengan Firly.
“Fir...?” panggil Algi
“lepas!.  Apa-apa’an sih kamu?” Hardik Firly.
“kamu kenapa Fir..? koq beda?”
“kamu siapa? Koq beda? Emang biasanya aku kaya gimana?  hah?” firly emosi
“Fir.. sebenernya ada apa sih? Kamu  koq gini ke aku?”
“hey... sekali lagi aku tanya, kamu tuh siapa? Apa hak kamu nanya gitu?”
“aku ngerti..”
“bagus kalo kamu ngerti..”
“tapi Fir..  ijinkan aku nge jelasin semuanya!”
Firly melihat tajam wajah Algi, amarah yang mendalam tersirat disana, dengan cepat Firly melepaskan lengannya dari genggaman Algi. Ia langsung berlari menjauhi Algi, Algi mengejarnya.
“Fir.. tunggu!”
Algi terus mengejar Firly ketaman sekolah, disana Firly duduk menangis tersedusedu di kursi taman. Algi menghampirinya. Duduk disebelah Firly.
“Fir...”
Firly buru-buru  menghapus air matanya.
“semuanya gak seperti yang kamu kira. Biar aku jelasin semuanya” Algi memegang lengan Firly, terlihat gelang bertuliskan AF yang dipakai Algi. Hening.. hanya ada isak tangis mereka berdua.
Firly menghela nafas, mempulihkan keadaannya.
“aku udah lupain semuanya!” Firly melepaskan pelukan Algi.
“tapi Fir aku bisa jelasin ke kamu”
“kamu nggak usah repot-repot jelasin ke aku. Aku udah lupain semuanya! Semuanya! Paham?” Firly meninggalkan Algi yang rupanya ia juga terlihat begitu terpukul dengan keadaan yang sekarang.

ɧ ɧ ɧ ɧ

(saat pulang sekolah)
“Fir.. ke taman dulu yu!” ajak Hany
“mau ngapain? Males ah!”
“sebentar aja koq. sekalian lewat aja . daripada lewat sana, jauh.”
“yaudah terserah”
“okee...”
“Oya Fir.. tadi kamu kenapa sama Algi? Ada masalah?” tanya Ica.
“mm.. biasa lah itumah. Hheehe” Firly menyembunyikan semua itu dari temannya.
“tapi serius kan? Ga ada apa-apa?” tanya Hany.
“iya.. gapapa koq. tenang aja!” Firly meyakinkan.
“oke.. bagus deh!”
“Han, Ca...” panggil Firly.
“kenapa Fir?” tanya Ica.
“boleh ya aku peluk kalian. Aku kangen?” pinta Firly
“ya boleh lah Fir.. yukkk” kata Hany. Ica pun mengangguk.
Mereka bertigapun berpelukan erat.
“maafin semua keslahan aku ya teman-teman. Aku sayang kalian” ucap Firly pelan.
“kamu kenapa Fir? Koq bilang gitu?” tanya Hany.
“iya Fir.. ko bilang gtu? Ada apa sih ayo dong cerita!”
“aduh.. kalian ini. aku gak kenapa-kenapa koq. bener!”
“yaudah yuk  kita pulang!”
“hmm.. yaudah deh, jadi lewat taman kan?” tanay Hany
“iya...” jawab Firly.
“cabuuuuttttttttttt!!!” teriak Ica.
Mereka segera menuju taman. Tak terduga disana, dikursi taman ada Algi dan Andin sedang duduk berdua sambil pegangan tangan.
“guys. Coba deh liat. Algi sama Andin cocok ya?” kata Hany
“iya.. serasi banget. Kirain gua dia bakal jadi pacar kamu Fir.. eh ternyata malah  jadi pacar si Andin sombong itu. Iiw” lanjut Ica
Algi dan Andin begitu serius ngobrolnya, nampaknya mereka membahas tentang hubungan mereka, lihat saja semuanya saling ketawa dengan tangan yang tak lepas-lepas, mereka bergenggam erat.
“ya Tuhan.. sakit sekali rasanya melihat orang yang kita sayang bersama orang lain, kuatkan aku Tuhan, kuatkan aku... hilangkan perasaanku kepadanya jika ia bukan untukku, lupakan ingatan akannya agar aku tidak selalu mengingatnya. Ya.. aku akan melupakan Algi.. “ lagi-lagi Firly meneteskan air mata, namun ia segera mengusapnya, ia tidak mau kalo temannya mengetahuinya.

ɧ ɧ ɧ ɧ

Awan gelap, cuaca tak lagi bersahabat, petirpun menyambar dahsyat. Saat itu Firly termenung. Mukanya mengisyaratkan kekecewaan, kekecewaan yang begitu dalam.
Firly  segera mengambil dearynya.
“Kenapa kamu setega ini Algi? Kamu tega banget sama aku, ternyata perhatian kamu selam aini hnay si-sia. Dasar munafik!  Aku akan melupakanmu! Melupakan semuanaya!“ tulis Firly sambil menangis.
Tak lama ponsel Firly berbunyi. ‘telpon dari ka Aqil’
“Halo Fir.. lagi dimana?” terdengar suara  ka Aqil dari sebrang sana.
“dirumah ka. Kenapa? “
“koq suara kamu serak gitu de? Abis nangis ya?”
“mm.. gak  koq ka, lagi batuk ja nih ehem..ehem” Jawab Firly berpura-pura.
“ kamu lagi sakit de?” tanya ka Aqil khawatir
“ Ga koq ka, oya kaka masih dikampus?” tanya Firly, ia mengusap air matanya.
“kaka lg dirumah temen nih, kamu lagi sibuk ga?”
“lagi ngapain disana? Ada acara? Nggak ko ka.. ada apa?”
“acara ultah temen de, itu ka Dio  sahabat kaka dikampus yang sering kaka ceritain, oya... kamu bisa jemput kaka ga? Bawa mobil papah aja.”
“jemput dimana?”
“nanti kaka sms’n alamatnya”
“oh.. yaudah.”
“tapi kamu hatihati ya de. Pelan-pelan aja”
“iya...” jawab Firly.

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

Firly bergegas bersiap-siap  lalu ia segera keluar kamar dan langsung menuju alamat yang di sms’kan kakanya. Perlahan tapi pasti ia menyetir honda jass hitam itu, lumayan jauh, tapi ga apa-apa lah. Itung-itung ia menghilangkan kegalauannya yang  nyaris tingkat dewa itu.
Setelah sampai ke alamat tujuan, ia segere mengirim bbm kepada kakanya.
“ka.. aku  udah nyampe nih.. kaka dimana?”
“kamu masuk aja de,  acaranya belum selesai”
“tunggu  di mobil aja ya!”
“masih aga lamaan tau de,  kesini aja, sumpek kalo di mobil mulu”
“iya..  aku ditaman aja deh, ntar kaka bbm aja kalo udah selesai”
“iya ..”

Firlypun turun dari mobilnya, dan berjalan pelan masuk kerumah itu, namun sebelum ia masuk, terlihat seorang lelaki yang sedang memeluk perempuan layaknya cinderlella dengan pangerannya, namun setelah dilihat-lihat, sepertinya Firly mengenali wajah itu, ya... itu Algi cowok munafik.
“Algi? Andin?” teriak Firly kaget.
“Firly?” kata Algi melonjak. Firly segera pergi,  ia bersandar ditembok belakang rumah, disana ia menangis kembali, kini kegalauan Firly pada level yang paling tinggi. Oh...
Tiba-tiba Firly dihantam keras dari arah samping sehingga membuatnya jatuh pingsan.

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

Semuanya gelap pekam, hanya ada sedikit cahaya dari rongga jendela berukuran kecil. Ruangan ini terlihat angkuh, lihat saja dari balkon-balkon yang kokoh dan kuat bersatu dengan atap tanpa ventilasi udara yang bijak, udara diruangan itupun  begitu pengap, sehingga membuat Firly kesulitan bernafas. Firly tidak tau sebenarnya ia berada  di tempat apa. Matanya terus menjelajahi ruangan itu, terlihat lemari lemari bekas yang usang,  barang-barang tidak terpakai yang tergeletak berantakan, dan sofa-sofa tua, yang ditutupi kain putih yang menempel debu tebal diatasnya.
 “ Aku dimana? Tempat apa ini?” Firly terus bertanya-tanya dalam hati.
“tolong... tolong.. ka Aqil tolongin aku..“ Firly berteriak histeris berharaf ada seseorang yang mendengarnya dan dapat menyelamatkan ia dari ruangan angkuh ini.
Namun naas suara lantang Firly malah mendatangkan seekor ular berbisa, nyaris menggigit kaki Firly, untung saja ia segera melompat menjauhi ular itu. Firly panik, ia terus berteriak minta tolong, ular itu mulai mendekati Firly,  firly terjebak dipojokan, tak ada pilihan kecuali naik ke sofa yang tertutup kain itu, ia sedikit lega, namun tak terduga kaki sofa itu patah, Firly jatuh tersungkur, kepalanya terbentur lantai, keluar cairan merah, kini hanya  beberapa centi saja jarak Firly dengan ular sialan itu, firly merengek kesakitan karena kakinya menginjak paku berkarat.
“Tuhan, bantu aku, Firly pasrah karena ia tidak tau harus gimana lagi dengan keadaannya yang seperti itu.
Allah emang baik, Ia pun mendengar doa Firly, dengan memberi pertolongannya melalui  seorang lelaki yang menerobos masuk mendobrak pintu dan memukul kejam ular itu dengan kayu besar, seketika ular itu pergi menyusup ke celah-celah  lemari, sosok lelaki itu tinggi,  wajahnya tidak terlihat jelas mungkin karena ruangannya yang begitu gelap.
Ia segera bergegas memeluk Firly. Kini Firly melihat wajahnya jelas, jelas sekali Firly penasaran, siapa sebenarnya lelaki itu. Ia mencoba untuk menanyakannya, namun entah kenapa lidah Firly terasa sulit untuk berbicara, padahal pertanyaan itu banyak sekali dihatinya, Firly terus mencoba, namun sulit. Sangat sulit. lelaki itu terus memeluk Firly erat, terdengar isak tangis kecemasan lelaki itu, sepertinya ia sangat mengkhawatirkan Firly. Ingatan Firly tergugah, ia merasa wajah itu tidak asing lagi untuknya. Tapi siapa dia? Kenapa Firly tidak tau namanya, padahal wajah itu, wajah yang tidak asing lagi bagi Firly.Tiba-tiba lelaki itu berbicara
“Fir.. kamu gak kenapa-kenapa kan?” desah lelaki itu sambil mengelus rambut Firly.
“lelaki ini tau nama aku? Bodoh! Kenapa aku tidak tau namanya? Kamu siapa sih? Kenapa kamu begitu mengkhawatirkanku? apakah ada hubungan diantara kita? Siapa? Kamu siapa?” desah Firly dalam hati karena ingatannya terganggu akibat benturan tadi, mungkin dia amnesia. Namun tetap saja lidah Firly tetap sulit untuk mengeleuarkan sepatah kata, ia hanya bisa menatap lelaki itu dengan tatapan penuh kebingungan.
Tak bisa dipungkiri, Firly merasakan kenyamanan berada dipelukan lelaki itu. “oh Tuhan.. siapa dia? Kenapa aku  sama sekali tidak mengingatnya?”
Tiba-tiba saja tubuh Firly terasa lunglai, ternyata ular itu tidak hanya satu, adadua, ia menggigit Firly bersamaan saat Firly menginjak paku berkarat. Namun sebelum firly menutup matanya ia melihat gelang yang ada tulisan huruf AF yang diekanakan oleh lelaki itu, Lelaki itupun langsung berteriak histeris “Fir.... Firly?? Kamu kenapa? Firlyyy.....” tapi walaupun tubuhnya terasa begitu lemah ia masih bisa mendengar teriakan lelaki itu.
“Firly.... sebenernya...  aku sayang kamu Fir, kamu jangan tinggalin aku. Maafin aku Firly.. maafin aku selama ini udah buat kamu bingung dengan hubungan kita, karena aku gak bisa Fir. Aku tidak mempunyai nyali untuk mengungkapkannya kepada kamu, tapi saat ini aku telah menemukan nyali itu, aku mohon Fir.. bangun! Jangan tinggalin aku. Firly  aku mohon. Seperti tweet kamu dulu “aku ingin membuat cerita tentang kita” pleas Firly.. ayo kita buat cerita tentang kitaa. Aku sayang kam Firly. I love you.
Terlihat juga ka Aqil dan ka Dio yang diikuti oelh polisi, karena ka Aqil dan ka Dio berhasil memergoki Andin yang sedang memasukan ular kedalam gudang bersama suruhannya. Ka Aqil segera menghampiri Firly.
“ Ya Allah, kamu kenapa de?”
“Gi.. ternyata Andin yang telah sengaja memasukan ular kegudang ini? kaka juga lihat saat suruhan Andin menghantam keras Firly. Kaka mengejarnya, namun kaka keilangan jejaknya, dan saat kaka ketempat Firly pingsan, ia sudah tida ada”
Ka Dio menjelaskannya kepada adiknya Algi.
“Kenapa kaka gak bilang aku?”
“kaka gak tau kalo Firly itu temen kamu.”
Algi menangis, Firly mendengar suara mereka.
Dengan memaksakan diri firly membuka matanya, terlihat gelang bertuliskan AF yang dikenakan oleh lelaki yang memeluk erat Firly, ingatannya langsung pulih kembali, ia pun mengenal jelas Algi, pangeran dongengnya yang selalu datang di mimpinya. Firly pun memkasakan lidahnya untuk mengatakan kata terakhirnya.
“ka Aqil ...?”ucap Firly terbata-bata
“iya de" jawab ka Aqil cemas. sangat cemas.
"Firly.." panggil Algi.
".. mimpi aku kenyataan ka”
“huhu.. ade jangan bilang kaya gitu. Kamu pasti bisa koq de. Dio... cepet bawa Firly.” lanjut ka Aqil
“iya.. aku udah telpon ambulance.” jawab ka Dio
“ gak perlu ka.." desah Firly
 “Algi..." panggil Firly
“iya Fir... kamu jangan tinggalin aku! Pleas.. aku sayang kamu Fir. Ayo kita buat cerita tentang kita”
“a..a..akuuu juga sayang sama kamu Gi. Biarin kamu hanya jadi pangeran dongengku aja. Itu udah lebih dari cukup. Jaga baik-baik diri kamu”
Firly sudah tidak tahan lagi, racun dari ular itu telah menyebar ke peredaran darahnya, dan akhirnya Firly menghembuskan nafas  yang terakhir.


The End
terimakasih sudah membaca Pangeran Dongeng
saya tunggu kembali kunjungannya di blog  http://coretanceritasastra.blogspot.com/ :)

MODUL 4 PPKN KELAS IV (Empat)

Rabu, 10 Februari 2021 Hallo, selamat pagi. semoga semuanya selalu dalam keadaaan sehat. Silahkan pelajari unit 2 bagian B ya tentang Sika...