Senin, 29 Februari 2016

Alasan remaja nongkrong

Saya melakukan observasi ini sekitar setahun yang lalu, adanya program #30DWC ini membuat saya tergerak untuk menyatukan bahan mentah menjadi sebuah hasil observasi.

Disinilah terungkap alasan remaja menongkrong

             Inilah hasil observasi saya selama satu minggu. pada observasi kali ini saya memilih untuk mengangkat tema tentang Kebiasaan Menongkrong Siswa SMKN 1 Pandeglang setelah pulang sekolah. Saya memilih tema ini karena menurut saya tema ini cukup mudah untuk dilakukan pengamatan, dibanding dengan tema-tema yang lain.

Pertama, saya mengamati siswa Smk 1 saat pulang sekolah, yang kebanyakan siswa laki-laki, tepatnya hari senin. Meskipun agak males karena hari ini waktu jam pulang lumayan sore, tapi saya sempatkan untuk mengamati siswa yang menongkrong di warung pinggir sekolah. Saya sengaja memesan sebuah kopi diwarung itu dan duduk tenang di kursi yang ada didepan warung tersebut. Ini merupakan hal pertama bagi saya, karena bisa dibilang saya tidak pernah nongkrong di warung ini, tapi bukan karena saya anak pendiam atau anak baik melainkan karena jarak rumah saya yang terlalu jauh, jadi kalau pulang sekolah, ya harus langsung pulang, supaya tidak kesorean. Kalaupun iya saya nongkrong, paling saya memilih tempat di mie ayam depan sekolah. Karena sambil menunggu kendaraan umum melintas itupun hanya hari-hari tertentu yang jam pulangnya tidak terlalu sore.
Setelah beberapa menit duduk disana, saya melihat kebanyakan yang menongkrong adalah siswa kelas tiga dan kelas dua. Hanya ada beberapa siswa kelas satu. Terlihat dari seragamnya yang masih baru. Mereka bergerombol sambil membicarakan orang yang hilir mudik, kebanyakan sih membahas tentang motor yang di drag atau dimodif gitu.
Ada juga siswa yang datang lalu memesan gorengan, terlihat ia begitu lahap memakan gorengan tersebut, mungkin ia sangat lapar karena tidak bisa dipungkiri waktu sudah sore, dan sudah pasti semua siswa akan merasa lapar, begitupun dengan saya, tapi saya rela menahan lapar ini hanya untuk mencari bahan pengamatan.
Lalu ada juga yang datang dan hanya memesan sebuah kopi seperti saya, tidak lain mereka sambil mengobrol, karena jarak mereka dengan saya tidak terlalu jauh, dan bukan maksud untuk menguping juga, saya mendengar percakapan mereka, ternyata yang mereka bahas adalah tentang perempuan idaman mereka, salahsatu dari mereka menanyakan bagaimana cara untuk menembak perempuan idamannya. Hm.. memang, masa remaja, masa yang tidak jauh dari kata cinta.
Karena waktu sudah menunjukan pukul 16.00 saya memutuskan untuk pulang, karena seperti yang saya bilang tadi, jarak rumah saya lumayan  jauh, membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk sampai rumah.
Esoknya saya kembali duduk diwarung tersebut, ditempat yang sama dan tidak lupa dengan kopi yang saya pesan, alasan saya memesan kopi  karena bisa dibilang untuk pura-pura, bayangkan saja, bagaimana sikap siswa-siswa yang biasa menongkrong disana jika melihat wajah saya yang tidak pernah nongkrong dan ditambah saya hanya sendiri, kan jika ada secangkir kopi bisa saja mereka beranggapan bahwa saya sedang menongkrong seperti siswa yang lainnya.
Hari ini ada yang unik, kenapa? Karena saat saya sedang duduk, tiba-tiba ada seorang siswa, sepertinya ia kelas tiga, ia dengan pede merokok disebelah saya, sudah jelas saya memperhatikannya, karena ia merokok dengan masih memakai seragam sekolah, seragamnyapun dikeluarkan lagi, celana yang bermodel pensil, dan ditambah sepatu yang terlihat kotor tanpa kaoskaki, padahal ini baru hari senin, tapi kenapa sepatunya sudah kotor begitu. Tidak diduga tiba-tiba siswa tersebut menoleh kearah saya, dengan cepat saya mengalihkan muka, saya pura-pura tidak memperhatikannya, tapi ia malah menawari saya rokok. Saya hanya tersenyum dan mengangguk. Ia pun mengerti.
Kemudian besoknya saya kembali duduk dikursi tersebut, selain dengan kopi saya juga ditemani dengan secarik kertas beserta pulpen. Ya.. saya berniat untuk mewawancarai mereka.
Siswa ini adalah siswa yang kemarin menawari saya rokok, saya akan memberi dia inisial A.
Saya: Ngopi ka.. (awalnya saya  berpura-pura menawari ia kopi, agar tidak terkesan aneh jika saya langsung mewawancarainya)
A: iya.
Saya: kalau boleh tau kakak kelas berapa?
A: saya kelas XII AP. Ada apa?
Saya: gapapa. kakak sering nongkrong disini?
A: iya sering
Saya: hampir setiap hari?
A: bisa dibilang begitu
Saya: emangnya alasan kakak nongkrong disini setelah pulang sekolah itu apa sih?
A: karena menurut saya warung ini nyaman, jadi enak dipake nongkrongnya. Dan merupakan basecome gank saya.
Saya: jadi, setiap hari kakak berkumpul dengan teman-teman kakak di warung ini?
A: iya.
Saya: oya.. alasan kaka menongkrong setelah pulang sekolah itu apa? Kenapa tidak langsung pulang saja?
A: gak ada alasannya sih. Tapi kalo saya langsung pulang, entar bosen dirumahnya. Rumah saya kan sepi. Kalo disini enakin kumpul-kumpul sama temen
Saya: emangnya orangtua kakak kemana?
A: mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.
Saya: maksud kaka, orangtua kakak tidak memperhatikan kakak?
A: iya begitu
Saya: memangnya kalu mereka ada kakak mau ngelakuin apa?
A: ya.. seenggaknya kalo ada orangtua dirumah enakin. Kan kita sebagai anak juga perlu diperhatiin, bukan Cuma materi, kita juga masih perlu yang namanya kasih sayang. Hhe.. walaupun kita gak minta secara langsung, tapi se’enggaknya orangtua harus ngerti
Saya: oh begitu. Makasih ya ka sebelumnya dan Maaf  juga saya udah nanya banyak
A: iya gapapa.. santai aja.

Setelah itu saya mewawancarai salahsatu siswa yang kemarin bergerombol. Saya akan memberi dia inisial Y. Kali ini saya tidak usah basa-basi menawari ia dengan kopi seperti tadi, karena jika dilihat dari wajahnya, sepertinya dia orang yang baik, terlihat dengan baju yang masih dimasukan rapih.
Saya: permisi ka..
Y: ada apa?
Saya: boleh saya wawancarai kakak?
Y: wawancara tentang apa?
Saya: biasa.. kebiasaan menongkrong. Bolehkan?
Y: yaudah
Saya: kakak sering nongkrong disini?
Y: iya
Saya: apa alasan kakak nongkrong setelah pulang sekolah? Kenapa tidak langsung pulang saja?
Y:  iseng aja sih
Saya: terus kenapa  kakak memilih nongkrong diwarung ini?
Y: tempatnya enakin buat nongkrong
Saya: biasanya apa saja yang kakak lakuin disini?
Y: kumpul aja sama temen. Ngobrol gitu
Saya:oh.. menurut kakak kebiasaan nongkrong ini baik gak sih?
Y: ada baiknya dan ada buruknya juga
Saya: bisa dijelaskan baik dan buruknya itu apa ka?
Y: kalo baiknya buat lebih deket aja sama temen, tapi kalo buruknya buang-buang waktu aja.
Saya: nah.. kakak kan udah tau buruknya itu, tapi kenapa kakak malah lakuin?
Y: biasalah remaja. Kapan lagi coba kalau bukan masa remaja? Gak mungkin kan kalo udah tua kita nongkrong? Jadi menurut saya ini wajar
Saya: oh begitu. Ya udah Makasih ya ka
Y: iya..

Kesimpulan:

Setelah saya mewawancarai kedua siswa tersebut, akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa memang kebiasaan menongkrong itu bisa dibilang wajar apalagi dalam dunia remaja. Tapi dengan syarat, karena kita anak sekolah, jadi kita harus tau aturan, boleh aja kita menongkrong karena salah satu sarana untuk lebih dekat dengan teman, tapi jangan sampai kedekatan itu malah membawa bencana buat kita sendiri. Dalam hal ini Peran orangtua juga sangat perlu, karena ada anak-anak tertentu yang masih membutuhkan perhatian dari orangtuanya walaupun ia sudah remaja. Maka dari itu untuk menjebatani semuanya, kita harus mulai dari diri ketika sendiri dan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk agar prilaku kita tidak melanggar aturan.

Itulah hasil observasi saya. Terima kasih.

#30 DWC HARI KE 16

Minggu, 28 Februari 2016

Aku bayanganmu di masalalu part I

             Mendung menggelayut tebal di langit, Hanif bergegas memasuki rumhanya namun ternyata ada yang mengikutinya di ujung jalan. Setelah Hanif masuk lelaki itu terlihat seperti mengambil sebuah ponsel berukuran mini dari sakunya, berbicara sebentar dan tak lama mobil hitam datang, lelaki itupun masuk kedalam mobil. Suara mobil terdengar sampai ke telinga Hanif, membuat Hanif mengintip dibalik jendela. "Aneh, kenapa honda jass hitam itu lagi" gerutu Hanif dalam hati, rupanya ia menyadari udah hampir sepuluh kali mobil itu lewat saat Hanif baru saja memasuki rumahnya.

              Esoknya setelah pulang sekolah dengan sengaja sebelum masuk ke dalam rumah, Hanif berdiri di depan gerbang. Melihat ke ujung jalan, ternyata ada sosok berjubah hitam yang memandangnya dari kejauhan, Hanif memalingkan muka, ia merasa sosok itu benar memperhatikannya.
Setelah beberapa menit mobil hondajazz hitam belum saja menampakan wujudnya, Hanif nambah yakin bahwa mobil  itu akan lewat setelah ia memasuki rumahnya.
Setelah bosan menunggu Hanif masuk rumah, menyimpan tas sebentar dan saat dia kembali keluar, mobil itu lewat. Kini ia menyaksikan sepasang mata memandangnya dari dalam mobil yang berlajau lambat itu, membuka sedikit kaca mobil dan melemparkan  segumpal kertas ke arah Hanif. Hanif segera mengambil kertas itu. Dan ternyata terdapat tulisan disana
"AKU BAYANGANMU DI MASALALU"

Bersambung...

#30 DWC hari 15

Sabtu, 27 Februari 2016

Menemukanmu

Saat pagi menyingsing,
Aku masih terbuai alunan khayal
Senyum tipis di bibirku
Tak henti sedari malam

Aku baru sadar...
Selama ini aku dipertemukan dengan sosok yang hebat
Sosok yang penuh dengan keikhlasan
Sosok yang bagai bak cahaya dalam dunia gelapku

Semangatku menggebu
Ingin rasanya aku memahami
Ingin rasanya aku mengerti
Menelaah hatinya yang ingin kubalas dengan hati

Tak cukup itu,
Aku ingin meluapkan semua perasaan yang ku rasakan
Yang selama ini kucoba tutupi
Karena kini ku menyadari
Kau membuat dirimu pantas tuk kumiliki

Jumat, 26 Februari 2016

Petuah Kakek Disepertiga Malam

              Aku terdiam sejenak, sedikit meluangkan fikiranku untuk memaknai satu arti yang sulit ku mengerti. Aku tidak tahu menau akan seperti apa aku di masa depan, tak sedikitpun terbayang dalam benak, akhir dari kehidupanku. Hari demi hari ku jalani dengan itikad baik yang aku persembahkan untuk duniaku, harapanku sedikit, aku ingin membuat keluargaku dianggap ada. Yaa.. sekecil harapan yang mendorong aku sampai sekarang ini.

Aku tak kuasa melihat semua yang mereka lakukan terhadap keluarga kecilku, aku pendendam? Tidak, bukan maksudku begitu, aku hanya tak kuasa melihat keluarga kecilku dicerca menjadi bahan tawa mereka setiap senja tenggelam di ufuk barat.
Tapi, mirisnya aku hanya bisa menjadi penonton dan pendengar yang sejati saat mereka mengeluarkan kata kata kotor tentang keluargaku, lalu.. apa yang aku bisa lakukan saat itu? Aku hanya bisa diam, bocah ingusan nan dekil yang hanya mematung, seolah mereka tak melihat keberdaanku saat itu.

Hingga kini, aku sudah beranjak remaja. Peristiwa itu aku jadikan cambuk untuk membatasi diri, bahwa aku.. aku harus membuat mereka tahu, bahwa keluargaku ada.

             Masa remaja yang ku jalani, jauh dari masa remaja seharusnya, setiap hari aku selalu berjanji pada diri, aku akan terus melangkah, aku tidak akan menikmati masa remaja ini, karena saat itu aku mempunyai pandangan bahwa masa remaja adalah masa hura-hura. Aku terus membatasi diri ini dengan terus mengurung diri dikamar, aku takut, jika aku keluar nanti, aku akan terbawa arus hura-hura. Untuk itu aku hanya bisa diam.

Hingga saat itu, aku bertemu orang-orang hebat, mereka adalah orang-orang yang membuat hidupku sedikit berwarna, empat orang itulah yang membawa aku kedunia remaja dan sedikit meninggalkan dunia gelap dalam diamku selama ini.
Tentu tidak mudah meninggalkan begitu saja duniaku yang dulu, aku sangat berhati-hati dengan dunia baruku ini, hingga waktu mengantarku ke zona yang sangat aku nikmati, aku nyaman bersama empat orang sahabatku, saat kenyamanan itu kurasakan aku mulai membuka fikiranku, bahwa masa remaja bukanlah masa hura-hura tapi masa dimana aku harus  mengenali diri dan menggali potensi yang ada. Dan aku mulai membuka diriku dengan mengikuti oganisasi di sekolah.

Setelah lama menjadi anggota osis, kini saatnya aku terpilih menjadi ketua osis, sekarang aku bukan lagi remaja pendiam yang terus mengurung diri dikamar, tapi aku adalah remaja pemberani dan tegas, memotori semua siswa agar bersama-sama berkarya untuk sekolah tercinta, dan aku berhasil. Banyak prsetasi yang aku raih saat masa sekolah menengah itu. tapi, di balik ketegasanku aku masih diam.

             Beranjak ke masa putih abu-abu, pada masa itu aku memfokuskan diri pada satu titik, entah kenapa argenalinku begitu memuncak untuk mendalami semua yang berbau negeri impianku, Jepang. Aku mempelajari bahasa jepang dan at leats, Allah memberikan keajaiban yang begitu luar biasa, aku terpilih menjadi siswa teladan yang berkesempatan mengunjungi negeri sakura itu dalam program pertukaran pelajar. Tapi dibalik kebahagianku saat itu, aku masih tetap diam.

Aku sadar, setelah apa yang kudapat pada masa sekolah, itu tidak merubah mereka, mereka tetap tidak menganggap keberaadaan keluarga kecilku, setiap kali aku mengingat peristiwa itu, aku terus memaksakan diri bahwa aku harus lebih dari ini, keberhasilan yang telah kuraih tidak cukup membuat mereka sadar,  tidak cukup membuat keluargaku untuk dianggap ada.

Dan puncaknya aku kembali diam.

Diamku semakin menjadi, hingga merubah kepribadianku, hari hari ku gelap dengan terus memikirkan apa yang harus ku lakukan? Apa yang harus aku perbuat? Hingga waktu mengantarkanku sampai malam ini.
Mengingat masalalu adalah agenda harianku, sebelum aku larut dalam buaian malam, aku terus memikirkan masalalu hingga aku mendapatkan agenda untuk hari esok yang  ku susun agar menjadi benih-benih yang akan tumbuh menjadi bak pohon penyadaran mereka yang hingga sekarang belum menyadari keberadaan keluarga kecilku.
Aku dibangunkan oleh kilauan mentari disela jendela.
Perkenalkan namaku Aqhila, aku seorang mahasiswa pendidikan disalah satu universitas ternama di ibukota. Aku dilahirkan dari keluarga kecil yang sederhana, aku dibesarkan oleh sang malaikat yang Allah berikan kepadaku yang membuatku hingga saat ini, mamah.. sosok wanita yang begitu luar biasa, dia sangat menyayangi kami para anaknya. Matanya yang teduh membuat malamku penuh dengan mendung di ujung kelopakmata. Sudah empat tahun aku tak berjumpa dengannya, lihatlah mah.. anakmu yang terdampar di perantauan dengan mimpi yang melangit, aku hanya bisa nangis nangis dan nangis, bagaimana aku tidak terus menangis, dulu.. saat sd,smp,dan sma aku selalu bersama mamah, Namun sekarang, aku bukanlah anak sd,smp maupun sma. Aku adalah seorang mahasiswa yang sebentar lagi akan menyandang gelar sarjana.. sebenarnya aku sudah tak sanggup melewati hidupku ini mah, tapi aku harus kuat melewati kesendirian yang akan segera berakhir ini mah,, aku harus terus menjalani semua ini demi harapan kecilku agar mereka menganggap ada keluarga kecil kita.

Hidup layaknya anak kost, aku hanya bisa memandangi jalanan macet dari balik jendela kecil setiap menjelang tidur. Bersenandung pelan dan ujungnya mengeluarkan air mata yang sudah tidak dapat terbendung lagi, kesendirian ini begitu menyiksaku, aku tidak tahan lagi mengahdapi dunia diamku? tapi aku bisa apa? Aku hanya bisa nangis? Itu  tidak akan mampu mewujudkan harapan kecilku

              Wahai dunia yang fana! Apakah kau merasa bahagia dengan milyaran orang yang hidup didalam dirimu? Apakah kau merasa gembira dengan keramaian jeritan mereka setiap harinya? Atau Apakah sebaliknya? Tidak kah kau merasa sepi dengan kesendirian kau yang tak beujung dan tak bertepi? Aku mengerti, karena akupun begitu.
Selama ini, aku hanya memfokuskan diriku terhadap mereka, hingga aku merelakan ia, kekasih yang sangat aku cintai, aku telah lama menjalin cinta dengannya tapi antusiasku terhadap harapan kecilku itu, membuat aku tak berfikir panjang, aku putuskan ia. Ini yang membuat dunia diamku semakin gelap, tak ada lagi moment manis, kesendirian ini semakin nyata, akhir hidupku sudah dapat ku bayangkan, aku akan sendiri, meninggalkan atau ditinggalkan orang-orang yang aku sayangi. Aku akan sendiri, benar-benar akan sendiri.

             Besok adalah hari yang aku tunggu tunggu, wisuda. Oh Tuhan, akhirnya aku telah menyelesaikan pendidikanku dengan tepat waktu, aku telah berhasil melewati semua tantangan, tak sabar rasanya aku pulang dan melamar kerja disana, aku tak sabar juga melihat wajah mereka melihat aku yang telah menyelesaikan semuanya. Tapi, yakinlah! bukan maksudku untuk riya atau tadabur, tapi aku hanya ingin mencapai harapan kecilku selama ini, aku ingin mereka menganggap keluargaku ada.

Setelah selesai mempersiapkan semuanya untuk besok, akupun tertidur.
Sunyi... saat sepertiga malam aku  terbangun dari mimpi anehku, dalam mimpi itu aku  ditegur seorang Kakek berjubah putih dengan janggut tebal. Tegurannya mengingatkan bahwa hidup ini bukanlah apa yang mereka katakan, tapi niat baik yang kita lakukan hanya karena Allah semata. Semua yang dilakukan hanya untuk mereka tidak akan berujung bahagia, serahkan semuanya kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui atas segala seuatu.  Aku terbangun dengan penuh kecemasan, rasa khawatir mulai memenuhi ruang fikiranku, aku putuskan untuk mengambil wudhu dan solat malam, aku mencurahkan mimpi itu kepada sang maha tahu, saat selesai solat hati aku mulai merasa tenang, aku pun kembali tidur.
Tak,tik,tuk.. suara jam terdengar jelas. Seorang kakek berjubah putih mendekatiku  yang sedang tertidur lelap. kakek  itu mengelus lembut rambut ku, aku terbangun.

“hah? Kakek ini siapa?” tanyaku dengan gemetar
“jaga diri kamu baik-baik ya nak, dunia sudah semakin tua, moral manusia sudah semakin menurun. Dunia ini bagai neraka. Jangan kau terjerumus dengan kepalsuan dunia ini nak, ingat!”
“apa maksud kakek berbicara seperti itu?” tanyaku cemas dan tidak mengerti
“bersandarlah hanya kepada Allah semata, hanya Allah yang akan menolong kita diakhirat”
“kek.. tolong jawab pertanyaan saya, kakek siapa? Kenaapa kakek bicara seperti itu?” Aku mulai meneteskan air mata.
“jangan hiraukan apa kata mereka, Allah maha tahu apa yang kau maksud, tapi sudahlah nak, jangan habiskan hidupmu dengan memfokuskan hanya pada satu titik, mulailah ikhlas dalam menjalankan hal apapun, mulailah fokus pada masa depanmu, mulailah peduli terhadap orang-orang terdekatmu, buka fikiranmu nak! Jangan kau biarkan dirimu berlarut larut berada didalam dunia gelapmu!” kakek berjubah putih itu tersenyum

Hahh.. Aku terbangun dari tidurku.
astagfirullah.. aku mimpi itu lagi.. hikshiks aku menangis terisak mengingat kata-kata yang kakek itu lontarkan kepadaku dalam mimpi.

“ya Allah pertanda apa ini? ampun ya Allah.. ampuni aku yang selama ini memfokuskan diriku hanya untuk mereka sadar bahwa keluargaku ada, insyaallah aku akan membuang posesifku yang demikian, aku akan membuka fikiranku terhadap kehidupan yang sewajarnya.”

             Wahai dunia yang fana namun indah, apakah kau bahagia dengan keikhlasanmu membiarkan bermilyaran manusia hidup dalam dirimu? Apakah kau merasa puas saat kau benar-benar di butuhkan oleh mereka? Aku mengerti, aku tahu perasaanmu karena kini akupun merasakannya.

             Menjadi seorang guru adalah cita cita yang sangat kudambakan, ada kepuasan tersendiri saat aku membuat mereka memahami suatu hal tentang ilmu. Aku bahagia Tuhan, sangat bahagia.
Lamunanku buyar, saat teman kantorku memanggilku.

“ada apa bu Diah?”
“ituloh bu Nia, ada orangtua siswa, katanya mau ketemu wali kelas 9d” kata bu Diah
“oh iya bu, makasih ya” aku segera menemui orangtua siswa itu, karena aku dalah wali kelas 9d, saat aku bertemu dengannya, ternyata ia salah satu dari mereka, mereka yang dulu menghina keluarga kecilku, dan kini ia meminta maaf berterimakasih karena aku telah membuat anaknya sadar untuk tidak membolos lagi, Oh Tuhan, apakah ini maksud dari mimpi itu? ppakah ini maksud dari petuah kakek disepertiga malam itu? Aku sekarang mengerti Tuhan. Aku menggerti bahwa hidup ini bukanlah kesendirian tapi keikhlasan, karena apapun yang terjadi dalam hidup yang tentu tak ada satupun orang yang dapat menebaknya, tapi yakinlah, bahwa di laufulmahfudz Allah telah membuat skenario yang indah nan sempurna untuk setiap hambanya.

Sekian

#30DWC hari ke 13

Kamis, 25 Februari 2016

Kelam part II

              Tris segera menaruh mangkuk bubur di meja, wajahya khawatir. Ia segera menemui perempuan itu.

"Maksud kamu apa? Dia siapa?" Tanya perempuan itu.

Aku hanya bisa diam, lalu Tris langsung membawa perempuan itu pergi. Entah kenapa airmata ini keluar begitu saja melihat Tris menggandeng tangan perempuan itu, aku menangis sesenggukan. Rasanya perih.

            Seminggu kemudian, Tris tetap tak ada kabar, semenjak kejadian itu ia samasekali tak menampakan wajahnya di kampus. Aku hanya bisa menerima semua ini dengan lapang. Tiba tiba ada sms masuk. Dari nomor tidak dikenal, isi pesannya ia memarahi aku, ternyata itu dari kekasih Tris.
Aku tak membalasnya. Tiba tiba Tris datang.

"Makan yuk"

ajaknya sambil memegang tanganku.  Aku langsung melepaskannya cepat.

"Aku masih kenyang, dan pleas, jangan temui aku lagi. Aku ga mau pacar kamu salah paham!" Aku langsung meninggalkan nya tapi Tris menarik lenganku cepat.

"Kamu koq bicara seperti itu?" Tanyanya heran. "Kamu jangan pura-pura gak tau!" Aku meneteskan air mata sesunggukan.  Tris memelukku.

"Kamu jahat Tris" aku sambil memukulinya. Tris masih tetap diam, namun pelukannya semakin erat.
Dengan penuh tanda tanya aku langsung meninggalkan Tris. Tris tak lagi menahan ku. Aku terus berlari, namun tiba tiba suara mobil itu "gubrakkk" aku tak sadarkan diri.

             Aku terbangun, sumpal kain di mulutku masih saja terikat kencang. Aku menyeret tubuhku ke luar jendela, tak ada seorangpun disana. Aku heran siapa yang menyekaapku disini,  namun tiba tiba seoraang perempuan datang, ia tertawa jahat kepadaku. Ia perempuan yang tadi  mengajak Tris.

"Aku ga suka kamu deketin Tris" katanya lantang.

Aku menggeleng berharap ia mau membuka ikatan di mulut dan tanganku.

"Hmmmm...hmmm.." aku meronta.
Namun bukannya membukakan ikatanku, perempuan itu ingin memukulku dengan kayu yang di pegannya. Dengan tangkas, Tris menghalanhnya.

"Stop Yuli !" Teriak Tris.
"Jadi, kamu lebih belain dia daripada aku pacar kamu sendiri?" tanya permpuan itu yang ternyata kekasih Tris yang bernama Yuli.

"Dengar ya, aku mau kita putus "
"Apa kamu bilang? Kamu bener bener tega!" Ucap yuli.

"Aku lebih sayang kepada Naora, maaf yul. Ini udah keputusanku" perempuan itu langsung meninggalkan gubuk kosong itu.

Tris langsung membuka ikatan ditangan dan mulutku. Dan langsung memelukku erat.  "Maafin aku Naoraa" aku menangis dipelukannya. aku sadar,  tris lebih memilihku dibanding kekasihnya. Lalu.. aku terbangun.
"Naoraa, kaamu udah siuman? Maafin aku ya, aku benar benar sayang kamu.  Aku udah putusin Yuli. Karena ternyata hati aku hanya untuk kamu" jelas Tris. Aku tersenyum,  rasanya mimpi itu memang benar adanya, "kamu mau kan jadi pacar aku?"tanyanya serius. Aku mengangguk.

Sekian.... #30DWC hari ke 12

Rabu, 24 Februari 2016

Kelam part 1

               Aku terus memperhatikannya, wajahnya begitu indah. Dengan telaten ia mengobati luka di lenganku. Sesekali ia menengok kearahku,  aku langsung memutar mataku cepat, tak ingin ia mengetahuinya.  "Next time.. kamu hati hati ya. Aku antar paulang sekarang" ucapnya lembut. Aku mengangguk,  rasanya seperti terbang, aku sangat senang melihat Tris memperlakukanku lembut seperti itu.
Sesampainya dirumah, Tris menggandengku perlahan masuk. Setelah itu ia pamit pulang. Aku tersenyum kepadanya.

Didalam kamar aku melampiaskan kegembiraanku, berteriak dibalik bantal, tak sengaja bantal itu mengenai lenganku yang dibalut perban. Ngilu. gegara tadi aku terjatuh dari sepeda hingga membuat lenganku terkilir seperti ini.
Aku meringis, ngilunya semakin terasa. Aku segera merebahkan tubuhku perlahan, memposisikan lenganku keatas bantal lalu memejamkan mata. Kini aku terbuai dalam bunga tidur.

                Dalam mimpi aku bahagia, sosok lelaki   menuntunku, ia Tris sahabatku. Ia membawaku kesebuah taman yang penuh dengan bunga. Aku tersenyum padanya, ia sedikit berjalan, memetik satu bunga dan memasangkannya di telingaku. Namun tak lama, ada seorang wanita memanggilnya, iapun lekas pergi meninggalkan ku dalam senja di sore hari. Sebentar lagi dunia akan gelap, aku mencoba mengejar Tris, namun nihil Tris sudah terlalu jauh dan sosoknya tak lagi terlihat.

               Aku terus berlari kencang, berharap dapat menyusul Tris. Hingga aku berada di tempat yang penuh dengan pohon besar dan rindang, aku semakin takut. Tiba-tiba ada suara dibalik semak semak, aku terperanjat sontak memanggil sahabatku Tris untuk meminta bantuan. Tetap tidak ada jawaban. Aku benar benar sendiri di hutan belantara ini. Tiba-tiba suara itu datang lagi dari arah belakang, aku menoleh cepat namun bekapan kain itu membuat aku tak sadarkan diri.

              Kepala ku pusing, aku memaksakan untuk membuka mata ini, kini aku berada disebuah gubuk. Mulutku disumpali kain, tanganku diikat. Aku meronta, tapi kakiku semakin sakit, saat aku melihatnya, ternyata kakiku berlumuran darah. Aku ingat pasti darah ini akibat aku menginjak tangkai tangkai tajam di hutan belantara itu. Darahku terus mengalir. Tubuhku lemas, pintu gubuk itu berbayang hingga aku kembali tak sadarkan diri.

             Ada yang menggenggam tanganku, sontak aku terbangun dan berkata "Tris tolong aku" tenyata yang memegang tanganku adalah Tris.
"Kamu kenapa Naora?" Aku menghela nafas, itu semua hanya mimpi. Aku tak menceritakannya kepada Tris.
"Kamu mimpi buru?" ucapnya
Aku kaget, mimpi aneh dan seperti nyata itu membuat tidurku lelap.
"Yaudah.kamu sarapan dulu ya. Ini aku suapin" aku menoleh kearahnya. Tersenyum untuk kesekian kalinya.
"Makasih ya Tris" ucapku pelan
"Kaya ke siapa aja kamu" Tris mengusap kepalaku lembut
Namun, tiba tiba ada seorang masuk. Wajahnya geram melihat aku dan Tris. Aku samasekali tak mengenalnya, ternyata itu kekasih Tris.

#30DWC hari ke 11

Selasa, 23 Februari 2016

Perasaanku

Aku tak ingin
Aku tak mau
Aku tak bisa
Aku tak mampu

Sosok dimasalalu membuat aku takut
Sosok dimasalalu membuat aku berfikir
Sosok dimasalalu membuat aku tahu
Bahwa jika awal dimanis akan menuai pahit di akhir

Kekhawatiranku sungguh membeleenggu
Kecemasanku sungguh membuat ku enggan untuk melangkah
Aku masih ragu akan cinta

Senin, 22 Februari 2016

Tak ingin tergores luka yang sama

           Hari ini aku membisu, tak tau apa yang harus aku lakukan, tak tau apa yang harus aku katakan. Diriku terlalu takut, terlalu cemas akan hal ini. Aku tak ingin ada pertemuan di awal, karena jika itu terjadi, aku yakin akan ada akhir yaitu perpisahan. Aku lebih baik tidak mengenalnya, daripada di keesokan hari aku harus melupakannya.
Luka akan masalalu saja, belum kering, apakah kini aku harus memegang pedang lagi untuk berperang? Aku menundukan kepalaku. Rasa cemas ini seolah menghalang hatiku untuk mengenal lebih jauh dirinya.

            Pria manis nan dewasa itu memandangku heran, ia kebingungan akan sikapku yang dapat dikatakan terbilang aneh. Aku mencoba meyakinkan diri, aku tidak boleh seperti ini, bagaimanapun aku harus menghargai perasaannya, setelah lama menunduk, aku mencoba melihat matanya yang teduh. Tersenyum.
Dia membalas senyumku.

"Kamu kenapa? Aku terlalu cepat ya?"
Aku menggeleng.
"Ga apa apa ka, aku ngerti. Tapi kasih aku waktu untuk berfikir"
Ucapku ramah.
"Gak masalah, aku ngerti. Aku akan nunggu jawaban itu" ucap ia, lagi lagi dengan senyumannya yang membuat hatiku merasa bersalah.

            Malamnya aku segera menonaktifkan gadgetku, aku tak mau ada yang mengganggu fikiranku, aku rasa dengan menonaktifkan ponsel dan laptop bisa membuat fikiranku tenang. Sehingga aku dapat berfikir jernih. Setelah seminggu berfikir, kini aku menemukan jawaban itu. Aku segera mengaktifkan gadget,.mengirim pesan kepadanya untuk bertemu di taman dekat kampus.

"Ka.. nanti sore aku mau ketemu di taman kampus"
Setelah beberapa menit, ada balasan darinya
"I will wait you :)"
Aku tersenyum.

           Saat aku sampai ditaman, aku celengak celinguk, menjelajahi semua sudut, tak ada ka Tio disana, aku duduk dikursi bawah pohon, saat aku mencoba menelponnya, namun tiba tiba ada seseorang dibelakangku, aku menoleh.

"Hai fin.." sapanya
"Kamu bikin aku kaget deh"
"Kamu kemana aja seminggu ini?" Tanya ka Tio
"Hm...ka, aku udah punya jawabannya" aku mulai serius
Ia memperhatikank.
"Untuk saat ini, aku belum bisa nerima kaka.." aku menunduk. Ka Tio diam, ada rasa kecewa tersirat disana. "Maafin aku ka.. aku ga mau bikin kaka sakit hati nantinya" Aku langsung berlari meninggalkannya.
Sekian...

#30 DWC hari ke 9

Aku adalah sang pemenang

        Aku menutup mata ini, mencoba mengingat semua kejadian yang terjadi di masalalu. Ku jelajahi peristiwa manis, pahit, senang, sedih, semuanya terasa lengkap. Fikiranku berhenti pada perjalanan pendidikanku. Dulu aku sangat ingin sekolah di SD favorit, aku selalu menunggu saat itu, saat usiaku cukup untuk masuk SD. Nah,  mirisnya setelah usiaku cukup untuk masuk SD, aku tidak disekolahkan di SD tersebut, ibuku memilih sekolah yang jaraknya lebih dekat dengan rumah. Tidak mudah untuk aku menerima semuanya, hari hari pertamaku sekolah tidak membuat diriku bahagia seperti siswa yang lainnya. Aku banyak diam, namun ibuku selalu menasehatiku bahwa aku harus mengambil peluang dalam kondisi atau situasi terburuk sekalipun. Aku menuruti kata ibu, aku mulai semangat saat aku duduk di bangku kelas dua.
Terbukti aku mampu menjadi juara kelas. Mengalahkan semua teman-temanku. Nilaiku terlampau atas dibanding yang lain. Ibuku tersenyum bangga saat mengetahui semuanya. Aku bisa mempertahankan semua itu hingga aku lulus dari SD.

           Dan kini aku akan melanjutkan study ku ke SMP favorit. Jarak yang jauh tidak akan menjadi alasan ibu lagi untuk melarangku, karena kini usiaku sudah 12 tahun.
Namun saat itu, kondisi ekonomi keluargaku sedang merosot, biaya masuk SMP favorit membutuhkan biaya tiga kali lipat dari biaya SMP yang biasa. Mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus terima kenyataan pahit ini. Kuniatkan dalam hati, tak apa tidak sekolah di SMP favorit, asalkan nanti aku dapat sekolah di SMA favorit. Tiga tahun aku tekuni masa SMP itu, target untuk masuk SMA favorit membuatku semangat belajar agar nilai akhirku nanti mampu menjadi salah satu persyaratan untuk lolos di SMa favorit tersebut. 
Dan dibalik semua itu, ibu terus menasehatiku bahwa aku harus giat belajar hingga hasilnya aku menjadi juara umum tiga kali berturut-turut.

Aku menghela nafas, hari ini saatnya aku mewujudkan impian ku, ku langkahkan kaki untuk mendaftarkan diri di SMA favorit tersebut, dan nihil pendaftaran untuk siswa baru belum dibuka.

            Suatu hari disekolahku terpasang brosur SMK, sekolah kejuruan yang mengharuskan lulusannya dapat langsung bekerja. Disana tertera bahwa  jika dalam mengikuti tes mendapatkan nilai tertinggi, maka akan mendapatkan beasiswa free biaya sekolah di SMK tersebut. Aku tertarik, jarang sekali kesempatan emas seperti itu. Ditambah kondisi ekonomi keluargaku yang masih belum stabil membuat aku berjuang keras memersiapkan diri untuk mengikuti tes tersebut. Satu bulan setelahnya. Hasilnya di umumkan, dan ternyata aku berhasil mendapatkan beasiswa itu. Bukannya senang aku malah dilema, karena kini aku harus menerima kenyataan yang ketiga kalinya bahwa aku tidak akan pernah dapat sekolah di sekolah favorit. Dengan berat hati aku menerima semuanya.

Setahun berlalu, walaupun ibu telah menasehatiku, aku tetap diam dan tidak semangat untuk sekolah. Menginjak tahun ke dua, saat itu ada pelajaran b.jepang. saat itu pula  aku mulai menyukai b.jepang dan mendalaminya. Ternyata pelajaran b.jepang membuat semangat ku meluap hingga aku diikutsertakan dalam perlombaan, menjadi juara dan at leats aku terpilih menjadi siswa yang mewaki tanah air untuk belajar di negeri Jepang dalam program pertukaran pelajar. Aku bersujud kepada sang maha tau, selama ini aku selalu mengeluh dengan keinginanku yang tidak pernah terkabul namun ternyata Tuhan mempunyai skenario yang lebih indah untuk diriku. Jepang adalag negeri impianku sejak kecil, dapar menginjakan kaki di negeri tersebut membuat aku yakin bahwa Tuhan tau mana yang kubutuhkan, bukan mana yang kuinginkan.
Cita citaku menjadi seorang guru PNS selalu terbayang dalam benak, untuk itulah aku terus berusaha untuk mewujudkannya, dengan melatih diri untus tes masuk universitas favorit. Ternyata kali ini aku tidak beruntung, aku tidak diterima dijalur prestasi dan jalur tes. Akupun mengikuti jalur yang ketiga. Jalur mandiri. Jalur ini membutuhkan biaya yang lebih banyak dibanding jalur yang lain, akupun rela menabung untuk mengumpulkan biaya pendaftaran. Setelah pengumuman ternyata aku diterima di Universitas favorit, namun tidak di jurusan yang kumau. Yaitu jurusan matematika. Malah aku diterima di jurusan pendidikan luar sekolah. Jurusan yang bertolak belakang dengan cita citaku. Lulusannya diharapkan menjadi tutor, pamong atau fasilitator dilembaga non formal. Aku lemas saat mengetahui semuanya. Namun mengingat Tuhan lebih tahu semuanya, begitu juga masa depanku. Aku trima semuanya dengan lapang dada, aku menekuni jurusan ini dan al hasil aku sekarang menjadi seorang wisudauswara di kementerian pendidikan, yaitu orang yang memperkerjakan para guru PNS. Aku membuka mataku pelan bersujud kepada sang maha sempurna. Sekian
#30DWC hari ke 8

Sabtu, 20 Februari 2016

Mimpiku mendahului kenyataan

           Aku tertidur, pulas sekali. Dengkuranku begitu keras. Di dalam mimpi, aku tersenyum sumringah, aku menoleh ke arah kanan, mamah sedang tersenyum sambil merangkul lenganku. Saat aku menoleh kearah kiri, papah sedang menatapku penuh bangga. Kami bertiga memakai kain berwarna putih.
       
           Ternyata dalam mimpi itu aku hendak menunaikan ibadah haji bersama kedua orangtuaku. Aku sangat senang, cita cita terbesarku kini telah terwujud.
Aku bersyukur kepada sang ilahi, cita cita ini sangat aku dambakan  , dalam doa juga selalu aku selipkan. Aku benar benar tak menyangka.

mah,pah.. aku senang sekali. Berkat papah yang selalu mengajarkanku arti kesabaran dan butuhnya perjuangan untuk mencapai keinginan. Mamah yang selalu mendengar semua peluh kesalku  sehingga aku mampu menghadapi semuanya.

           Tiba tiba aku dibangunkan oleh kakaku. Aku melonjak kaget, "de, ada kabar bahagia loh, udah ada panggilan haji buat mamah,papah dan juga kamu" aku tercengang, kenyataan ini batu saja aku nikmati kelanjutannya di mimpi tadi,  aku benar benar bahagia, Allah telah memberitahuku lebih dulu, terimakasih ya rabb. Aku tersenyum lembut.

#30DWC hari ke 7

Jumat, 19 Februari 2016

Dulu

Dulu, hanya kau penghuni hatiku
Dulu, hanya kau yang ada dalam fikiranku
Dulu, hanya kau orang yang selalu ku rindu
Dulu, karena kau kekasihku

Kau tau?
Pesonamu lebih megah dari mega di pagi buta
Senyummu lebih indah dari senja di sore hari
Auramu membuat aku lupa akan diriku
Bahwa aku hanyalah secuil kisah di masalalumu

Aku hanya bisa mengagumimu dari jauh
Dibalik kesemuan kutemukan wajahmu
Yang kuingin hanya kau
Tak peduli siapa disampingmu

Kamis, 18 Februari 2016

Rindu berujung Perih

         Senja di ufuk timur menyilaukan mata, aku terbangun. Aku menengok jendela, disana seseorang sedang duduk merenung, aku mengenalnya. Ia adalah kekasihku. Aku segera keluar, namun sosok itu sudah menghilang. Aku tak percaya, secepat itu ia menghilang. Aku kembali ke kamar dengan penuh rasa kecewa.

          Malamnya, ku coba kirimi ia e-mail, sudah hampir satu tahun dia meninggalkanku tanpa alasan, seperti biasa e-mail ku tak dijawab. Aku merindukannya, ingin sekali aku bertemu dengannya, ingin ku tanyakan apa yang membuat ia seperti ini.
Esoknya, aku mencoba menghubungi nomor telponnya, tapi tetap saja, tak di angkat. Aku emosi, kubantingkan diriku diatas kasur. Aku benci ia, sikap yang seperti ini membuat aku yakin bahwa ia sudah tak mencintaiku lagi, ia telah melupakan semuanya. Air mataku mulai menetes, semakin lama semakin deras. Aku sangat merindukannya. Tapi kenapa dia setega ini? Akupun mengirim pesan kepadanya.

"Apa alasan kamu setahun  gak ada kabar kaya gini? Aku ga ngerti kenapa kamu setega ini? Kenapa kamu gantungin hubungan kita? Aku disini sangat merindukan mu, tapi kamu tega bikin aku menangis setiap malam. Aku benci kamu!" Aku langsung menekan tombol send.

Di kantor sana, lelaki berdasi tengah membuka ponselnya, ia membaca sebuah pesan. From My Honey. Ia meneteskan air mata dan segera menutup ponselnya
"Maafin aku sayang" lelaki itu segera melanjutkan pekerjaanya sebagai direktur perusahaan di negeri paman sam itu.

          Dua tahun kemudian, aku telah lulus S2, kini aku meniatkan diri untuk bekerja di luar negeri, Jepang. Tapi hanya satu yang membuatku bingung, Kaffa? Dimana ia sekarang?
Dengan berat hati aku meninggalkan negeri kelahiranku, aku telah medndatangi kontrak kerja selama tiga tahun disana.

Di negeri sakura sana, sedikit demi sedikit aku tak lagi memikirkan Kaffa, aku mulai fokus pada karirku. Satu tahun berjalan aku diangkat sebagai kepala sekolah disalah satu sekolah menengah atas sana, aku semakin sibuk.

          Dan suatu hari, ada kunjungan dari perusahaan listrik terbesar di amerika, mereka bekerjasama dengan sekolahku, saat pertemuan itu akan berlangsung, aku segera masuk ke ruang mitting dan saat itu juga aku melihat dua bola mata yang begitu tajam menatapku, indah sekali, aku mengenalnya. Ia Kaffa. Ia tersenyum kepadaku. Aku disadarkan oleh asistenku, bahwa kini sudah saatnya memulai pembicaraan dengan klienku itu. Aku gugup. Setelah empat tahun pisah, kini aku harus bertemu dengannya, dan saat bertemupun hal yang pertama kami bincangkan adalah mengenai kontrak kerja. Aku benar benar gugu dan tidak fokus, namun aku paksakan diri, aku harua profesional. Setelah menemukan kesepakatan, aku segara kembali keruanganku, namun saat itu pula seseorang masuk keruanganku. Ia duduk didepan mejaku.

"Maafin aku ya.." ucap Kaffa
Aku diam. Ia terus tersenyum, perasaanku campur aduk, marah, kesal, rindu dan benci.

" sorry, ini jam kantor." Kataku tegas.
Kaffa mengerti, ia langsung meninggalkan ruanganku.
Esoknya Kaffa mengirimi e-mail kepadaku, ia meminta untuk dinner di sebuah restoran. Oh may god, aku senang tapi, ingin rasanya aku mendengar alasan ia mencampakanku selama 4tahun. Ah ..

Matahari tenggelam, ini saatnya aku bertemu dengannya, saat aku datang di restoran tersebut, Kaffa sudah ada. Aku menghampirinya.

"Sorry lama"
"No problem"
Aku langsung memesan makanan, setelah itu Kaffa mulai angkat bicara.

"Aku tahu, kamu kecewa sama aku.."
Aku melihat matanya, ada rasa bersalah di ekspresikan disana.
"Apa alasan kamu kaya gini?"

Tanyaku kesal. Kaffa memegang tanganku, ia meneteskan air mata. Aku bingung apa maksudnya, yang aku lihat, ia begitu menyesal.
Aku segera melepaskan genggamannya.

"Aku butuh penjelasan!" Bentakku.
Aku benar benar tidak mengerti apa maksudnya.
Kaffa pun menjelaskan semuanya, ternyata ia malu kepadaku, ia malu karena kini ia bukanlah Kaffa yang dulu. Ia telah mencintai wanita lain, dan kini ia telah menikah dua tahun yang lalu. Aku terdiam, lidahku kelu, hatiku menjerit. Hatiku sangat perih mendengar kenyataan yang aku terima, aku sangat murka kepada Kaffa. Aku segera meninggalkan Kaffa.
Tak ada lagi alasan untuk aku bertahan disana, Kaffa telah menjadi milik oranglain, aku harus melupakannya, karena selalu mengingatnya adalah hal bodoh, aku meluapkan semuanya di jalanan, aku seperti orang yang sudah tak mempunyai tujuan hidup. Aku kehilangan arah dan kehilangan fokus seketika dunia ini gelap...
#30DWC hari ke 5

Rabu, 17 Februari 2016

Gea Dan Gevran part III

          Gevran memutuskan untuk ke taman sekolah, tangannya masih saja menggenggam tangan Gea. Erat. Lalu duduk dikursi panjang, Gevran terlihat sangat terpukul.  Gea melepaskan tangan Gevran, Gevran menoleh "sory Ge" ucapnya. Gea berdiri dan hendak meninggalkan Gevran, hatinya geram melihat Gevran seperti itu, karena itu sama saja menunjukan bahwa ia sangat mencintai Enda. Namun, Gevran langsung menarik lengan Gea.
 "Ge, mau kemana?"
Gea tak menoleh, Gevran menariknya untuk duduk. Geapun dengan terpaksa duduk disebelah Gevran. Hening.. tak ada percakapan. Gea juga hanya bisa mematung, lidahnya kaku, wajahnya merah padam. Gea cemburu, tapi tangan Gevran masih memegangnya erat, sangat erat. Setelah beberapa menit, gevran masih tetap diam. Gea pun merasa bahwa ia sudah tidak dihargai lagi sebagai perempuan yang  selama ini dekat dengan Gevran, sekeras tenaga Gea menarik tangan nya dari genggaman Gevran. "Lepasss!!!!"

          Gea langsung lari, Gevran terperanjat melihat Gea seperti  itu, ia tak mengejarnya. Hatinya nambah sedih, pening, ruwet. Gevran merasa dirinya sangat bodoh. kenapa ia tak menyaadari bahwa Gea begitu mencintainya, buktinya Gea benar benar marah setelah kejadian ini. Gevran benar benar menyesal telah jatuh hati kepada wanita seperti Enda, wanitaa yang dengan mudah membuat hatinya sakit. "Ahhh..." Gevran memukul kursi taman keras hingga tangan kanannya bercucuran darah.

          Esoknya Gea kembali tak masuk sekolah, ternyata Gea memutuskan  untuk pindah ke sekolah ke Jepang. Sakit hati yang dialaminya membuat ia tak berfikir panjang, Gea emosi. Sehingga Geapun mengiyakan tawaran papahnyaa sebulan yang lalu. Padahal sudah semalam suntuk Gevran melatih diri, merangkai kata untuk membuat sebuah kalimat permohonan maaf untuk Gea, melihat Gea tak masuk, ia langsung meneleponnya, tak ada jawaban. Hati gevran semakin khaahwhatir, ia segeraa meneelppon tellpon rumah Gea, ternyataa Gea sudah berangkat ke Jepang baaru sajaa .gevran lunglai, tangan dan kakinya lemas. Tak ada lagi harapan untuknya.
Dibalik pintu kelas, Enda mendengar percakapan Gevran di telpon. Ia langsung bergegas menuju bandara, berharap masih bisa bertemu dengan Gea. Sesampainya di Bandara, Enda celengak celinguk cemas, tangannya gemetar, tiba tiba rasa mules datang, di kondisi yang segenting itu perutnya sama sekali tidak bisa dikompromi, Enda segera lari ke toilet, namun gubrak.. "ahrrgg..." Enda terjatuh. "Enda.. koq kamu disini?" Ternyata Enda menabarak Gea. Enda sumringah, "Geaa.. akhirnya gua nemuin lo disini." Enda memeluk Gea. "Lho.. emangnya kenapa? Trus kamu ngapain disini pake seragam sekolah pula?" Tanya Gea heran. Enda pun segera menceritakan semuanya kepada Gea. Gea paham, dan ia begitu berterimakasih kepada Enda karena telah menjelaskan semuanya di waktu yang pas. Akhirnya Gea mengurungkan niatnya dan langsung ke sekolah,

          Di taman sekolah, Gevran terus memukuli diri, ia benar benar bodoh, ia samasekali tidak mengejar Gea ke bandara, karena saat itu, lengannya masih sakit dan tidak memungkinkan untuk membawa motor. Namun dari kejauhan Gea melihatnya, ia menghampiri Gevran dan menutup matanya dari belakang. Gevran tercengang,  siapa yang berani seperti itu, padahalkan hanya Gea yang sering melalukan nya. Tapi..  gevran langsung menoleh, dilihatnya Gea tersenyum padanya  Gevran langsung memeluk Gea. Gevranpun langsung mengungkapkan perasaannya selama ini, dan Gra pun sama. Akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai.
Sekian...

#30DWC hari ke 4 😍😍😍😍

Selasa, 16 Februari 2016

Gea Dan Gevran part II

          Semilir angin menyelimuti tubuh Gea malam itu, Gea terus melihat kearah pintu, tapi sedari tadi tak ada satupun orang yang membukanya. Mamah Gea tau bahwa Gea sedang menunggu kehadiran Gevran. Gea terlihat gelisah, tak lama mamah Gea mengusap rambut Gea.

"Kamu kenapa nak? Koq gelisah gitu?" Tanya mamah Gea.
" ngga koq mah, mah besok aku mau pulang, aku mau sekolah mah" rengek Gea
"Tunggu dokter dulu nak, kamu kan belum dibolehin pulang"

mamah Gea semakin yakin pasti Gea ingin cepat cepat menemui Gevran disekolah. Mendengar ucapan mamah, Gea terdiam. "Mana mungkin dokter menyuruhku pulang besok, aku kan baru siuman dari koma kemarin" gerutu Gea.
Mamah hanya menggeleng melihat sikap Gea seperti itu.

          Disudut kamarnya terlihat Gevran sedang memijat mijat kening. Ia malu pada kenyataan bahwa ia sekarang mempunyai seorang kekasih. Gevran juga bingung entah kenapa Gevran terus memikirkan Gea, ia takut Gea mengetahui bahwa ia benar benar jadian dengan Enda. Gevran juga yakin, bahwa sakitnya Gea akibat dirinya yang menjauh dari kehidupan Gea. Padahal alasan Gevran menjauh, ia hanya tidak mau bahwa iaa mencintai wanita lain, yaitu Enda.

          Setelah dua minggu berturut turut tidak masuk sekolah, hari ini Gea melangkah dengan penuh semangat, menelusuri koridor sekolah dan krekk.. Gea membuka pintu kelas. Gevran sontak menoleh. "Gea?" Gevran segera mendekati Gea.  Gea tersenyum. "Pagi Gevran" sapanya. Rupanya Gea sudah tidak lagi memedulikan kesalahan Gevran padanya, rindunya kepada Gevran melebihi rasa apapun.
Gevran masih bengong, kenapa Gea bersikap baik, paadahalkan saat dirumh sakit ia terlihat begitu marah padanya. Tapi yasudahlah, Gevran tak pedulikan itu. Ia segera duduk disebelah Gea, saat itu dikelas hanya ada mereka berdua.

"Kamu udah sembuh Ge?"
Tanya Gevran sambil mendekatkan mukanya kearah muka Gea.
Gea gemetar, kedekatannya dengan Gevran sudah lama pisah, tapi hari ini Gevran kembali, kembali dekat dengannya, Gea tersenyum senang.
"Koq mlah senyum? Hayo.. kamu kangen ya sama aku?" Gevran dengan sempurna membaca expresi Gea.
Gea segera memukul Gevran, wajahnya merah, ia malu Gevran mengetahui perasaannya.
"Tuhkan kamu kangen ya sama aku?" Gevran terus meledek Gea.
Gea berdiri, setelah itu menyodorkan wajahnya kepada Gevran "setelah lama ngilang, ternyata, kamu masih aja geer jelek" ucap Gea dan langsung lekas ke kantin. Gevran tersenyum. Dalam hati kecilnya, ia sangat merindukan Gea, merindukan Gea memanggil dengan sebutan jelek. Ah.. dengan penuh semangat Gevran menyusul Gea.

Dikantin sekolah terlihat Enda sedang berkumpul dengan dua orang temannya.
 "sini! Mana uangnya, gua kan berhasil bisa jadian sama Gevran" kata Enda.
"Gua salut bangun sama lu Enda, dengan mudah lu dapetin Gevran, padahal gua kira Gevran cuma suka sama Gea, ternyta perkiraan gua salah" ucap salah satu teman Enda.
"Iyalah Enda gituloh, cewe cantik yang dengan mudah dapetin Gevran, padahal kan cuma buat taruhan doang. Haaha"  ucap Enda.
Ternyata Gea dan Gevran mendengar ucapan Enda. Gevran segera menghampiri Enda.
"Apa maksud kamu bicara seperti itu? Hebat!!! Mulai dari sekarang kita putus" Gevran langsung meninggalkan Enda, ia segera menjabat tangan Gea dan mengajaknya untuk meninggalkan kantin.
Bersambung ...
#30DWC hari ke 3

Senin, 15 Februari 2016

Gea Dan Gevran part 1

Rabu, hari pertama kali Gea dan Gevran bertemu di sebuah  gudang sekolah. Saat itu gea ingin mengambil bola basket digudang tersebut,  ia  diperintahkan oleh gurunya. Namun saat itu pula gea menemukan gevran yang bersimbah darah dihidungnya. Gea panik, ia segera membawa gevran ke uks. Saat itu pula gea dan gevran berkenalan. Semakin hari gea dan gevran semakin dekat, setahun mereka menjalin hubungan sebagai teman, namun ditahun kedua, mulai terjadi konflik dalam hubungan pertemanan mereka. Gea sudah jarang bertemu dengan gevran, jika ada gevran, gea secepat mungkin menghindar, gevranpun tak mencoba untuk mengajak gea seperti biasanya. Gea seperti itu, karena suatu hari saat pulang sekolah, gea memergoki gevran yang tengah mengobrol di taman sekolah, padahal gevran sendiri sudah terikat janji dengan gea akan menemaninya membeli buku hari itu. Nah, karena kejadian itu lah, gea muak dan acuh kepada gevran.
Setengah tahun mereka terus saling diam. Keduanya sama sama acuh dan tidak peduli, padahal gea sejujurnya gea sangat  terpukul dengan semua kejadian tersebut. Malah, tingkah gevran semakin menjadi, dikabarkan ia tengah menjalin asmara dengan wanita lain. Gea semakin terpukul, gea sendiri  tak menyadari keterpukulannya tersebut,  karena yang gea tau, bahwa gevran adalah temannya. Tapi? Kenapa rasa cemburu itu datang saat gosip terlepas.
Gea benar benar terpuruk.  memanh, Rasa yang ia rasakan hanya sebatas teman, tapi teman seperti gevran membuat ia sadar bahwa perasaannya lebih dari sekedar teman.  Dikelas, gea selalu murung, yang ia sesali, kenapa ia sebodoh itu jadi perempuan, bodoh bodoh bodoh. Mungkin gevran hanya menganggapnya benar benar teman. Padahal menurut  gea sikap dan perhatiannya gevran selama setahun membuat ia nyaman, namun kenyamanan yang semu, buktinya sekarang gevran adalah sosok yang ia tak mau temui disekolah.
kejadian itu membuat Gea jatuh sakit, sudah seminggu Gea tidak sekolah. Dan saat malam ke 8 gea sakit, gevran menelepon gea. Saat gea hendak melihat ponselnya, ingin tahu siapa yang menelponnya tengah malam seperti itu, dan saat itu pula gea ambruk. Gea pingsan. Keluarga Gea pun langsung membawa Gea ke rumah sakit terdekat. Disudut kamar gevran kecewa karena telponnya tak diangkat, ia merasa perasaannya tak enak, entah kenapa hati  gevran begitu  khawatir dengan kondisi Gea, apalagi Gea sudah tak masuk sekolah selama seminggu. Gevran mencoba menelpon gea lagi, tapi nihil tak ada jawaban.
Esoknya, ada surat masuk kembali dari Gea, bahwa ia masih tetap sakit. Dan dengar dengar gea dilarikan kerumah sakit. Setelah mendengar itu, gevran langsung menelpon rumah gea, menanyakan kebenarannya dan ternyata benar sekarang Gea dirawat dirumahsakit, gevranpun langsung kesana. Ia menyesali tingkahnya selama ini, menghilang begitu saja dari Gea. Sesampainya dirumahah sakit gevran sesunggukan melihat keadaan gea yang masih tak sadarkan diri, gea koma. Gevran meminta ijin untuk masuk, diruangan tersebut gevran benar benar menyesali perbuatannya. Ia memegangi tangan Gea, namun Gea tetap tak sadarkan diri.
Hari demi hari, Gevran merawat Gea dirumahsakit, setelah pulang sekolah ia putuskan untuk menjenguk Gea sampai larut malam, keluarga Gea mengijinkan, karena mereka mengetahui bahwa Gevran adalah teman baiknya Gea.
Saat sepertiga malam, Gea terbangun dari komanya, ia menemukan Gevran yang tengah tertidur dilengannya. Gea tak menyangka, Gea langsung menggerakan tangannya, dan Gevranpun terbangun. Saat itu keluarga Gea sedang tak ada diruangan. Gevran dengan spontan langsung meminta maaf atas semua  kesalahan ya selama ini. Gea menangis. Gevran benar benar terpukul,  bahwa ia sudah membuat Gea seperti ini. Sebelum Gea mengucapkan satu kata pun, tiba tiba mamah Gea datang. Mamah Gea begitu khawatir melihat Gea menangis terisak. Mamah Gea langsung menyuruh Gevran pulang karena malam sudah semakin larut. Dengan terpaksa Gevranpun pulang dengan hati yang sembraut.
Esoknaya, mamah Gea menelpon Gevran. Bahwa ia tak perlu repot menjenguk Gea lagi. Gevran menyadari, pasti Gea sendiri yang meminta mamahnya menelpon dirinya. Gevranpun mengiyakan apa kata mamah Gea. Setelah itu telpon masuk ke ponsel Gevran, dari Enda. Perempuan yang di ka barkan menjalin hubungan dengan Gevran. Gevran mengangkat telponnya, dan ternyata Enda minta ketemu setelah pulang sekolah. Dengan terpaksa Gevran mengiyakan apa kata Enda. Setelah pulang sekolah Gevran langsung menemui Enda, seperti biasa Enda mengajak Gevran jalan jalan. Dan ternyata benar, Enda dan Gevran sudah jadian.
 Bersambung...
#30DWC hari ke 2

Minggu, 14 Februari 2016

Kusadari Kesendirian ini Pahit

          Hari ini aku mengutuki diriku, aku menyesal telah melakukan kesalahan konyol dimasa lalu. Dulu, aku sangat membenci keramaian, aku selalu marah jika suasana rumah begitu berisik. Malas rasanya aku untuk berbaur dengan keluarga besarku. Padahal mereka telah mencoba mengajak diriku untuk yang setidaknya menyadarkanku bahwa keramaian ini sangat menyenangkan. Tapi aku mengelak, aku tetap dalam pendirianku. Aku memutuskan untuk berdiam diri di kamar. Karena di kamar, aku bisa mengerjakan hobiku. Nulis semua kejadian yang kualami. Ini lebih membuat diriku senang. Hingga suatu hari mamah menegurku, bahwa aku harus merubah sikap individualis ini, aku tak terima, aku tak menggubris keinginan mamah. Aku tetap enjoy dengan kepribadianku seperti ini.

          Tapi sekarang, saat aku hidup di perantauan, setahun pertama aku menikmati kehidupan baruku. Kehidupan sendiri dalam kosan pribadiku. Aku bebas menulis, dengan ketenangan yang kudapat setiap saat di kosanku tersebut. Oh, betapa nikmatnya keheningan ini, karena keheningan yang kudapat,tak perlu menunggu malam tiba. Saat mentari berkilaupun aku dapat merasakannya.
Dan suatu hari, aku jatuh sakit. Aku mencoba menguatkan diri, karena aku yakin. Aku mampu mengobati diriku sendiri. Aku sedikitpun tidak mengabari keluarga tentang keadaanku, padahal sakit sudah beranjak dua minggu.
Saat aku benar benar tidak kuat dengan semua penyakit ini, teman dekatku datang menjenguk.
"Kenapa kamu gacoba hubungi keluargamu sajaa qil," saran temanku. Aku menggeleng. Aku malu, aku malu pada diriku sendiri yang angkuh ini, aku selalu menolak dan tak mau merepotkan orang lain dalam hidupku. Aku menyesal.

          Setelah kejadian itu, kucoba meluluhkan hati, bahwa selama ini aku salah. Nggak seharusnya aku seperti ini. Aku benci diriku sendiri, akupun benci kesendirian. Karena sebenarnya aku sangat membutuhkan mereka, yang dulu selalu membuatku marah, aku rindu keluarga ku. Ingin rasanya aku kembali kemasalalu, tapi itu semua tidak mungkin. Kini aku harus terima
Esoknya, aku menelpon mamah, memberitahu bahwa aku sakit dan meminta mereka untuk datang menjenguk.  Dua hari kemudian mamah datang. Aku langsung memeluk mamah sesenggukan. Aku sangat merindukan mamah. Hari itu juga, kuceritakan semuanya kepada mamah atas apa yang terjdi dalam diriku. Aku benar benar menyesal, tapi semuanya sudah terlambat, aku akan melanjutkan kesendirian ini, karena tidak mungkin aku pindah kuliah ke kampus didaerahku. Tapi mamah menasehatiku, bahwa aku harus kuat, aku harus mampu melawan kesepian ini, ini pilihanku dan kini aku harus mempertanggungjawabkannya.
Sekian...

MODUL 4 PPKN KELAS IV (Empat)

Rabu, 10 Februari 2021 Hallo, selamat pagi. semoga semuanya selalu dalam keadaaan sehat. Silahkan pelajari unit 2 bagian B ya tentang Sika...