Jumat, 26 Februari 2016

Petuah Kakek Disepertiga Malam

              Aku terdiam sejenak, sedikit meluangkan fikiranku untuk memaknai satu arti yang sulit ku mengerti. Aku tidak tahu menau akan seperti apa aku di masa depan, tak sedikitpun terbayang dalam benak, akhir dari kehidupanku. Hari demi hari ku jalani dengan itikad baik yang aku persembahkan untuk duniaku, harapanku sedikit, aku ingin membuat keluargaku dianggap ada. Yaa.. sekecil harapan yang mendorong aku sampai sekarang ini.

Aku tak kuasa melihat semua yang mereka lakukan terhadap keluarga kecilku, aku pendendam? Tidak, bukan maksudku begitu, aku hanya tak kuasa melihat keluarga kecilku dicerca menjadi bahan tawa mereka setiap senja tenggelam di ufuk barat.
Tapi, mirisnya aku hanya bisa menjadi penonton dan pendengar yang sejati saat mereka mengeluarkan kata kata kotor tentang keluargaku, lalu.. apa yang aku bisa lakukan saat itu? Aku hanya bisa diam, bocah ingusan nan dekil yang hanya mematung, seolah mereka tak melihat keberdaanku saat itu.

Hingga kini, aku sudah beranjak remaja. Peristiwa itu aku jadikan cambuk untuk membatasi diri, bahwa aku.. aku harus membuat mereka tahu, bahwa keluargaku ada.

             Masa remaja yang ku jalani, jauh dari masa remaja seharusnya, setiap hari aku selalu berjanji pada diri, aku akan terus melangkah, aku tidak akan menikmati masa remaja ini, karena saat itu aku mempunyai pandangan bahwa masa remaja adalah masa hura-hura. Aku terus membatasi diri ini dengan terus mengurung diri dikamar, aku takut, jika aku keluar nanti, aku akan terbawa arus hura-hura. Untuk itu aku hanya bisa diam.

Hingga saat itu, aku bertemu orang-orang hebat, mereka adalah orang-orang yang membuat hidupku sedikit berwarna, empat orang itulah yang membawa aku kedunia remaja dan sedikit meninggalkan dunia gelap dalam diamku selama ini.
Tentu tidak mudah meninggalkan begitu saja duniaku yang dulu, aku sangat berhati-hati dengan dunia baruku ini, hingga waktu mengantarku ke zona yang sangat aku nikmati, aku nyaman bersama empat orang sahabatku, saat kenyamanan itu kurasakan aku mulai membuka fikiranku, bahwa masa remaja bukanlah masa hura-hura tapi masa dimana aku harus  mengenali diri dan menggali potensi yang ada. Dan aku mulai membuka diriku dengan mengikuti oganisasi di sekolah.

Setelah lama menjadi anggota osis, kini saatnya aku terpilih menjadi ketua osis, sekarang aku bukan lagi remaja pendiam yang terus mengurung diri dikamar, tapi aku adalah remaja pemberani dan tegas, memotori semua siswa agar bersama-sama berkarya untuk sekolah tercinta, dan aku berhasil. Banyak prsetasi yang aku raih saat masa sekolah menengah itu. tapi, di balik ketegasanku aku masih diam.

             Beranjak ke masa putih abu-abu, pada masa itu aku memfokuskan diri pada satu titik, entah kenapa argenalinku begitu memuncak untuk mendalami semua yang berbau negeri impianku, Jepang. Aku mempelajari bahasa jepang dan at leats, Allah memberikan keajaiban yang begitu luar biasa, aku terpilih menjadi siswa teladan yang berkesempatan mengunjungi negeri sakura itu dalam program pertukaran pelajar. Tapi dibalik kebahagianku saat itu, aku masih tetap diam.

Aku sadar, setelah apa yang kudapat pada masa sekolah, itu tidak merubah mereka, mereka tetap tidak menganggap keberaadaan keluarga kecilku, setiap kali aku mengingat peristiwa itu, aku terus memaksakan diri bahwa aku harus lebih dari ini, keberhasilan yang telah kuraih tidak cukup membuat mereka sadar,  tidak cukup membuat keluargaku untuk dianggap ada.

Dan puncaknya aku kembali diam.

Diamku semakin menjadi, hingga merubah kepribadianku, hari hari ku gelap dengan terus memikirkan apa yang harus ku lakukan? Apa yang harus aku perbuat? Hingga waktu mengantarkanku sampai malam ini.
Mengingat masalalu adalah agenda harianku, sebelum aku larut dalam buaian malam, aku terus memikirkan masalalu hingga aku mendapatkan agenda untuk hari esok yang  ku susun agar menjadi benih-benih yang akan tumbuh menjadi bak pohon penyadaran mereka yang hingga sekarang belum menyadari keberadaan keluarga kecilku.
Aku dibangunkan oleh kilauan mentari disela jendela.
Perkenalkan namaku Aqhila, aku seorang mahasiswa pendidikan disalah satu universitas ternama di ibukota. Aku dilahirkan dari keluarga kecil yang sederhana, aku dibesarkan oleh sang malaikat yang Allah berikan kepadaku yang membuatku hingga saat ini, mamah.. sosok wanita yang begitu luar biasa, dia sangat menyayangi kami para anaknya. Matanya yang teduh membuat malamku penuh dengan mendung di ujung kelopakmata. Sudah empat tahun aku tak berjumpa dengannya, lihatlah mah.. anakmu yang terdampar di perantauan dengan mimpi yang melangit, aku hanya bisa nangis nangis dan nangis, bagaimana aku tidak terus menangis, dulu.. saat sd,smp,dan sma aku selalu bersama mamah, Namun sekarang, aku bukanlah anak sd,smp maupun sma. Aku adalah seorang mahasiswa yang sebentar lagi akan menyandang gelar sarjana.. sebenarnya aku sudah tak sanggup melewati hidupku ini mah, tapi aku harus kuat melewati kesendirian yang akan segera berakhir ini mah,, aku harus terus menjalani semua ini demi harapan kecilku agar mereka menganggap ada keluarga kecil kita.

Hidup layaknya anak kost, aku hanya bisa memandangi jalanan macet dari balik jendela kecil setiap menjelang tidur. Bersenandung pelan dan ujungnya mengeluarkan air mata yang sudah tidak dapat terbendung lagi, kesendirian ini begitu menyiksaku, aku tidak tahan lagi mengahdapi dunia diamku? tapi aku bisa apa? Aku hanya bisa nangis? Itu  tidak akan mampu mewujudkan harapan kecilku

              Wahai dunia yang fana! Apakah kau merasa bahagia dengan milyaran orang yang hidup didalam dirimu? Apakah kau merasa gembira dengan keramaian jeritan mereka setiap harinya? Atau Apakah sebaliknya? Tidak kah kau merasa sepi dengan kesendirian kau yang tak beujung dan tak bertepi? Aku mengerti, karena akupun begitu.
Selama ini, aku hanya memfokuskan diriku terhadap mereka, hingga aku merelakan ia, kekasih yang sangat aku cintai, aku telah lama menjalin cinta dengannya tapi antusiasku terhadap harapan kecilku itu, membuat aku tak berfikir panjang, aku putuskan ia. Ini yang membuat dunia diamku semakin gelap, tak ada lagi moment manis, kesendirian ini semakin nyata, akhir hidupku sudah dapat ku bayangkan, aku akan sendiri, meninggalkan atau ditinggalkan orang-orang yang aku sayangi. Aku akan sendiri, benar-benar akan sendiri.

             Besok adalah hari yang aku tunggu tunggu, wisuda. Oh Tuhan, akhirnya aku telah menyelesaikan pendidikanku dengan tepat waktu, aku telah berhasil melewati semua tantangan, tak sabar rasanya aku pulang dan melamar kerja disana, aku tak sabar juga melihat wajah mereka melihat aku yang telah menyelesaikan semuanya. Tapi, yakinlah! bukan maksudku untuk riya atau tadabur, tapi aku hanya ingin mencapai harapan kecilku selama ini, aku ingin mereka menganggap keluargaku ada.

Setelah selesai mempersiapkan semuanya untuk besok, akupun tertidur.
Sunyi... saat sepertiga malam aku  terbangun dari mimpi anehku, dalam mimpi itu aku  ditegur seorang Kakek berjubah putih dengan janggut tebal. Tegurannya mengingatkan bahwa hidup ini bukanlah apa yang mereka katakan, tapi niat baik yang kita lakukan hanya karena Allah semata. Semua yang dilakukan hanya untuk mereka tidak akan berujung bahagia, serahkan semuanya kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui atas segala seuatu.  Aku terbangun dengan penuh kecemasan, rasa khawatir mulai memenuhi ruang fikiranku, aku putuskan untuk mengambil wudhu dan solat malam, aku mencurahkan mimpi itu kepada sang maha tahu, saat selesai solat hati aku mulai merasa tenang, aku pun kembali tidur.
Tak,tik,tuk.. suara jam terdengar jelas. Seorang kakek berjubah putih mendekatiku  yang sedang tertidur lelap. kakek  itu mengelus lembut rambut ku, aku terbangun.

“hah? Kakek ini siapa?” tanyaku dengan gemetar
“jaga diri kamu baik-baik ya nak, dunia sudah semakin tua, moral manusia sudah semakin menurun. Dunia ini bagai neraka. Jangan kau terjerumus dengan kepalsuan dunia ini nak, ingat!”
“apa maksud kakek berbicara seperti itu?” tanyaku cemas dan tidak mengerti
“bersandarlah hanya kepada Allah semata, hanya Allah yang akan menolong kita diakhirat”
“kek.. tolong jawab pertanyaan saya, kakek siapa? Kenaapa kakek bicara seperti itu?” Aku mulai meneteskan air mata.
“jangan hiraukan apa kata mereka, Allah maha tahu apa yang kau maksud, tapi sudahlah nak, jangan habiskan hidupmu dengan memfokuskan hanya pada satu titik, mulailah ikhlas dalam menjalankan hal apapun, mulailah fokus pada masa depanmu, mulailah peduli terhadap orang-orang terdekatmu, buka fikiranmu nak! Jangan kau biarkan dirimu berlarut larut berada didalam dunia gelapmu!” kakek berjubah putih itu tersenyum

Hahh.. Aku terbangun dari tidurku.
astagfirullah.. aku mimpi itu lagi.. hikshiks aku menangis terisak mengingat kata-kata yang kakek itu lontarkan kepadaku dalam mimpi.

“ya Allah pertanda apa ini? ampun ya Allah.. ampuni aku yang selama ini memfokuskan diriku hanya untuk mereka sadar bahwa keluargaku ada, insyaallah aku akan membuang posesifku yang demikian, aku akan membuka fikiranku terhadap kehidupan yang sewajarnya.”

             Wahai dunia yang fana namun indah, apakah kau bahagia dengan keikhlasanmu membiarkan bermilyaran manusia hidup dalam dirimu? Apakah kau merasa puas saat kau benar-benar di butuhkan oleh mereka? Aku mengerti, aku tahu perasaanmu karena kini akupun merasakannya.

             Menjadi seorang guru adalah cita cita yang sangat kudambakan, ada kepuasan tersendiri saat aku membuat mereka memahami suatu hal tentang ilmu. Aku bahagia Tuhan, sangat bahagia.
Lamunanku buyar, saat teman kantorku memanggilku.

“ada apa bu Diah?”
“ituloh bu Nia, ada orangtua siswa, katanya mau ketemu wali kelas 9d” kata bu Diah
“oh iya bu, makasih ya” aku segera menemui orangtua siswa itu, karena aku dalah wali kelas 9d, saat aku bertemu dengannya, ternyata ia salah satu dari mereka, mereka yang dulu menghina keluarga kecilku, dan kini ia meminta maaf berterimakasih karena aku telah membuat anaknya sadar untuk tidak membolos lagi, Oh Tuhan, apakah ini maksud dari mimpi itu? ppakah ini maksud dari petuah kakek disepertiga malam itu? Aku sekarang mengerti Tuhan. Aku menggerti bahwa hidup ini bukanlah kesendirian tapi keikhlasan, karena apapun yang terjadi dalam hidup yang tentu tak ada satupun orang yang dapat menebaknya, tapi yakinlah, bahwa di laufulmahfudz Allah telah membuat skenario yang indah nan sempurna untuk setiap hambanya.

Sekian

#30DWC hari ke 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODUL 4 PPKN KELAS IV (Empat)

Rabu, 10 Februari 2021 Hallo, selamat pagi. semoga semuanya selalu dalam keadaaan sehat. Silahkan pelajari unit 2 bagian B ya tentang Sika...