Senin, 22 Februari 2016

Aku adalah sang pemenang

        Aku menutup mata ini, mencoba mengingat semua kejadian yang terjadi di masalalu. Ku jelajahi peristiwa manis, pahit, senang, sedih, semuanya terasa lengkap. Fikiranku berhenti pada perjalanan pendidikanku. Dulu aku sangat ingin sekolah di SD favorit, aku selalu menunggu saat itu, saat usiaku cukup untuk masuk SD. Nah,  mirisnya setelah usiaku cukup untuk masuk SD, aku tidak disekolahkan di SD tersebut, ibuku memilih sekolah yang jaraknya lebih dekat dengan rumah. Tidak mudah untuk aku menerima semuanya, hari hari pertamaku sekolah tidak membuat diriku bahagia seperti siswa yang lainnya. Aku banyak diam, namun ibuku selalu menasehatiku bahwa aku harus mengambil peluang dalam kondisi atau situasi terburuk sekalipun. Aku menuruti kata ibu, aku mulai semangat saat aku duduk di bangku kelas dua.
Terbukti aku mampu menjadi juara kelas. Mengalahkan semua teman-temanku. Nilaiku terlampau atas dibanding yang lain. Ibuku tersenyum bangga saat mengetahui semuanya. Aku bisa mempertahankan semua itu hingga aku lulus dari SD.

           Dan kini aku akan melanjutkan study ku ke SMP favorit. Jarak yang jauh tidak akan menjadi alasan ibu lagi untuk melarangku, karena kini usiaku sudah 12 tahun.
Namun saat itu, kondisi ekonomi keluargaku sedang merosot, biaya masuk SMP favorit membutuhkan biaya tiga kali lipat dari biaya SMP yang biasa. Mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus terima kenyataan pahit ini. Kuniatkan dalam hati, tak apa tidak sekolah di SMP favorit, asalkan nanti aku dapat sekolah di SMA favorit. Tiga tahun aku tekuni masa SMP itu, target untuk masuk SMA favorit membuatku semangat belajar agar nilai akhirku nanti mampu menjadi salah satu persyaratan untuk lolos di SMa favorit tersebut. 
Dan dibalik semua itu, ibu terus menasehatiku bahwa aku harus giat belajar hingga hasilnya aku menjadi juara umum tiga kali berturut-turut.

Aku menghela nafas, hari ini saatnya aku mewujudkan impian ku, ku langkahkan kaki untuk mendaftarkan diri di SMA favorit tersebut, dan nihil pendaftaran untuk siswa baru belum dibuka.

            Suatu hari disekolahku terpasang brosur SMK, sekolah kejuruan yang mengharuskan lulusannya dapat langsung bekerja. Disana tertera bahwa  jika dalam mengikuti tes mendapatkan nilai tertinggi, maka akan mendapatkan beasiswa free biaya sekolah di SMK tersebut. Aku tertarik, jarang sekali kesempatan emas seperti itu. Ditambah kondisi ekonomi keluargaku yang masih belum stabil membuat aku berjuang keras memersiapkan diri untuk mengikuti tes tersebut. Satu bulan setelahnya. Hasilnya di umumkan, dan ternyata aku berhasil mendapatkan beasiswa itu. Bukannya senang aku malah dilema, karena kini aku harus menerima kenyataan yang ketiga kalinya bahwa aku tidak akan pernah dapat sekolah di sekolah favorit. Dengan berat hati aku menerima semuanya.

Setahun berlalu, walaupun ibu telah menasehatiku, aku tetap diam dan tidak semangat untuk sekolah. Menginjak tahun ke dua, saat itu ada pelajaran b.jepang. saat itu pula  aku mulai menyukai b.jepang dan mendalaminya. Ternyata pelajaran b.jepang membuat semangat ku meluap hingga aku diikutsertakan dalam perlombaan, menjadi juara dan at leats aku terpilih menjadi siswa yang mewaki tanah air untuk belajar di negeri Jepang dalam program pertukaran pelajar. Aku bersujud kepada sang maha tau, selama ini aku selalu mengeluh dengan keinginanku yang tidak pernah terkabul namun ternyata Tuhan mempunyai skenario yang lebih indah untuk diriku. Jepang adalag negeri impianku sejak kecil, dapar menginjakan kaki di negeri tersebut membuat aku yakin bahwa Tuhan tau mana yang kubutuhkan, bukan mana yang kuinginkan.
Cita citaku menjadi seorang guru PNS selalu terbayang dalam benak, untuk itulah aku terus berusaha untuk mewujudkannya, dengan melatih diri untus tes masuk universitas favorit. Ternyata kali ini aku tidak beruntung, aku tidak diterima dijalur prestasi dan jalur tes. Akupun mengikuti jalur yang ketiga. Jalur mandiri. Jalur ini membutuhkan biaya yang lebih banyak dibanding jalur yang lain, akupun rela menabung untuk mengumpulkan biaya pendaftaran. Setelah pengumuman ternyata aku diterima di Universitas favorit, namun tidak di jurusan yang kumau. Yaitu jurusan matematika. Malah aku diterima di jurusan pendidikan luar sekolah. Jurusan yang bertolak belakang dengan cita citaku. Lulusannya diharapkan menjadi tutor, pamong atau fasilitator dilembaga non formal. Aku lemas saat mengetahui semuanya. Namun mengingat Tuhan lebih tahu semuanya, begitu juga masa depanku. Aku trima semuanya dengan lapang dada, aku menekuni jurusan ini dan al hasil aku sekarang menjadi seorang wisudauswara di kementerian pendidikan, yaitu orang yang memperkerjakan para guru PNS. Aku membuka mataku pelan bersujud kepada sang maha sempurna. Sekian
#30DWC hari ke 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODUL 4 PPKN KELAS IV (Empat)

Rabu, 10 Februari 2021 Hallo, selamat pagi. semoga semuanya selalu dalam keadaaan sehat. Silahkan pelajari unit 2 bagian B ya tentang Sika...