Kamis, 18 Februari 2016

Rindu berujung Perih

         Senja di ufuk timur menyilaukan mata, aku terbangun. Aku menengok jendela, disana seseorang sedang duduk merenung, aku mengenalnya. Ia adalah kekasihku. Aku segera keluar, namun sosok itu sudah menghilang. Aku tak percaya, secepat itu ia menghilang. Aku kembali ke kamar dengan penuh rasa kecewa.

          Malamnya, ku coba kirimi ia e-mail, sudah hampir satu tahun dia meninggalkanku tanpa alasan, seperti biasa e-mail ku tak dijawab. Aku merindukannya, ingin sekali aku bertemu dengannya, ingin ku tanyakan apa yang membuat ia seperti ini.
Esoknya, aku mencoba menghubungi nomor telponnya, tapi tetap saja, tak di angkat. Aku emosi, kubantingkan diriku diatas kasur. Aku benci ia, sikap yang seperti ini membuat aku yakin bahwa ia sudah tak mencintaiku lagi, ia telah melupakan semuanya. Air mataku mulai menetes, semakin lama semakin deras. Aku sangat merindukannya. Tapi kenapa dia setega ini? Akupun mengirim pesan kepadanya.

"Apa alasan kamu setahun  gak ada kabar kaya gini? Aku ga ngerti kenapa kamu setega ini? Kenapa kamu gantungin hubungan kita? Aku disini sangat merindukan mu, tapi kamu tega bikin aku menangis setiap malam. Aku benci kamu!" Aku langsung menekan tombol send.

Di kantor sana, lelaki berdasi tengah membuka ponselnya, ia membaca sebuah pesan. From My Honey. Ia meneteskan air mata dan segera menutup ponselnya
"Maafin aku sayang" lelaki itu segera melanjutkan pekerjaanya sebagai direktur perusahaan di negeri paman sam itu.

          Dua tahun kemudian, aku telah lulus S2, kini aku meniatkan diri untuk bekerja di luar negeri, Jepang. Tapi hanya satu yang membuatku bingung, Kaffa? Dimana ia sekarang?
Dengan berat hati aku meninggalkan negeri kelahiranku, aku telah medndatangi kontrak kerja selama tiga tahun disana.

Di negeri sakura sana, sedikit demi sedikit aku tak lagi memikirkan Kaffa, aku mulai fokus pada karirku. Satu tahun berjalan aku diangkat sebagai kepala sekolah disalah satu sekolah menengah atas sana, aku semakin sibuk.

          Dan suatu hari, ada kunjungan dari perusahaan listrik terbesar di amerika, mereka bekerjasama dengan sekolahku, saat pertemuan itu akan berlangsung, aku segera masuk ke ruang mitting dan saat itu juga aku melihat dua bola mata yang begitu tajam menatapku, indah sekali, aku mengenalnya. Ia Kaffa. Ia tersenyum kepadaku. Aku disadarkan oleh asistenku, bahwa kini sudah saatnya memulai pembicaraan dengan klienku itu. Aku gugup. Setelah empat tahun pisah, kini aku harus bertemu dengannya, dan saat bertemupun hal yang pertama kami bincangkan adalah mengenai kontrak kerja. Aku benar benar gugu dan tidak fokus, namun aku paksakan diri, aku harua profesional. Setelah menemukan kesepakatan, aku segara kembali keruanganku, namun saat itu pula seseorang masuk keruanganku. Ia duduk didepan mejaku.

"Maafin aku ya.." ucap Kaffa
Aku diam. Ia terus tersenyum, perasaanku campur aduk, marah, kesal, rindu dan benci.

" sorry, ini jam kantor." Kataku tegas.
Kaffa mengerti, ia langsung meninggalkan ruanganku.
Esoknya Kaffa mengirimi e-mail kepadaku, ia meminta untuk dinner di sebuah restoran. Oh may god, aku senang tapi, ingin rasanya aku mendengar alasan ia mencampakanku selama 4tahun. Ah ..

Matahari tenggelam, ini saatnya aku bertemu dengannya, saat aku datang di restoran tersebut, Kaffa sudah ada. Aku menghampirinya.

"Sorry lama"
"No problem"
Aku langsung memesan makanan, setelah itu Kaffa mulai angkat bicara.

"Aku tahu, kamu kecewa sama aku.."
Aku melihat matanya, ada rasa bersalah di ekspresikan disana.
"Apa alasan kamu kaya gini?"

Tanyaku kesal. Kaffa memegang tanganku, ia meneteskan air mata. Aku bingung apa maksudnya, yang aku lihat, ia begitu menyesal.
Aku segera melepaskan genggamannya.

"Aku butuh penjelasan!" Bentakku.
Aku benar benar tidak mengerti apa maksudnya.
Kaffa pun menjelaskan semuanya, ternyata ia malu kepadaku, ia malu karena kini ia bukanlah Kaffa yang dulu. Ia telah mencintai wanita lain, dan kini ia telah menikah dua tahun yang lalu. Aku terdiam, lidahku kelu, hatiku menjerit. Hatiku sangat perih mendengar kenyataan yang aku terima, aku sangat murka kepada Kaffa. Aku segera meninggalkan Kaffa.
Tak ada lagi alasan untuk aku bertahan disana, Kaffa telah menjadi milik oranglain, aku harus melupakannya, karena selalu mengingatnya adalah hal bodoh, aku meluapkan semuanya di jalanan, aku seperti orang yang sudah tak mempunyai tujuan hidup. Aku kehilangan arah dan kehilangan fokus seketika dunia ini gelap...
#30DWC hari ke 5

1 komentar:

MODUL 4 PPKN KELAS IV (Empat)

Rabu, 10 Februari 2021 Hallo, selamat pagi. semoga semuanya selalu dalam keadaaan sehat. Silahkan pelajari unit 2 bagian B ya tentang Sika...