Assalamualaikum wr.wb
Selamat pagi teman-teman semua.. perkenalkan nama saya Nia Anggraeni. Kelas XII ADPER 1. Disini saya hanya ingin sedikit berbagi cerita.
Namun, sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada Allah S.W.T yang senantiasa telah mengabulkan doa saya untuk pergi ke negeri impian saya Alhamdulilah. Terimakasih juga kepada keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung saya, kepada sekolah yang sudah memfasilitasi semua kebutuhan pemberangkatan saya ke Jepang, dan saya ucapkan terimakasih pula kepada Sensei Vera dan sensei osi yang sudah membantu saya dalam semua hal. Dan tidak lupa kepada guru-guru semua terimakasih sudah mendukung dan mendoakan saya. dan Kepada sahabat-sahabat saya Darnis makasih yaa udah mau nganter ke bandara, kepada teman-teman semua terutama buat kelas XII adper 1 terimakasih selalu support saya. Saya tidak tahu bagaimana jadinya jika saya tidak mendapatkan dukungan dari kalian semua, buat seluruh pihak sekali lagi saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Berawal dari sebuah mimpi siang itu, saat saya dan sahabat-sahabat saya berkumpul disalahsatu rumah kami, disana kami sedang bernostalgia tentang peshabatan kami yang telah berjalan 3 tahun itu, saat itu kami kelas satu smk. Setelah ngalor ngidul, akhirnya Ria melontarkan satu pertanyaan. Guys... negara impian kalain apa? Tanyanya. Sahabat saya yang lainpun menjawab Diah-Perancis, Lisah-Amerika, Sri-Amerika, Ria-Eropa. Dan ini giliran saya, dengan sungguh-sungguh saya menjawab JEPANG.
Singkat cerita, pagi itu sensei Vera ke kelas kami, ia memberikan satu informasi yang sangat berharga, terutama bagi keterlanjutan mimpi saya terhadap negeri impian saya. Saat itu saya kelas dua smk. Informasinya mengenai lomba poster yang bertemakan permainan tradisional Indonesia dan jika dapat menjuarai lomba tersebut hadiahnya pergi ke Jepang. Nah gimana perasaaan kalian jika mendengar ada kesempatan untuk menuju sesuatu yang merupakan impian kalian? Sudah pasti sangat bahagia, saya merasa informasi tersebut hanya untuk saya karena entah kenapa, hati saya langsung yakin bahwa saya pasti memenangkan lomba tersebut. Walaupun sensei Vera telah menjelaskan bahwa tidak mudah untuk memenangkan perlombaan itu, karena harus melewati beberapa tahap perlombaan dan saingannya pun se-Indonesia dalam artian hanya yang menjuarai di tingkat nasional lah yang akan berangkat ke Jepang sebagai hadiahnya.
Setelah pulang sekolah, saya langsung bicarakan semuanya kepada kaka saya, tentang perlombaan poster tersebut, dan meminta tolong untuk membantu saya karena saya samasekali tidak bisa melukis atau menggambar. Aneh bukan? Katanya mau menjuarai tingkat nasioanl koq ga bisa gambar? Masih yakin bakal menang? Nah.. memang benar sekali saya tidak ahli dalam bidang tersebut, namun saya merasa saya ahli dalam membuat karangan. (Hehe maaf jika terkesan sombong) karena dalam perlombaan itu ada persyaratan membuat karangan tentang permainan tradisioanal yang kita pilih. Saat itu saya memilih permainan tradisional ‘bakiak batok’.
Ini merupakan hari terakhir pengumpulan poster, dan naasnya poster yang saya buat belum selesai. belum diwarnai tepatnya. akhirnya sensei Vera memberikan waktu sampai jam 4 sore. Hati saya masih yakin, namun sedikit cemas karena saat itu hujan turun lebat. Saya terus mewarnai poster tersebut semampu saya yang dibantu dengan sahabat saya Diah, saya pilih warna-warna yang mencolok yang sangat berbanding terbalik dengan warna kesukaan saya yang calm. Saya lakukan itu, karena saya tau, Jepang terkenal dengan anime yang tokohnya digambarkan dengan warna-warna yang metalik dan mencolok. Akhirnya poster tersebut telah selesai. namun hujan diluar makin lebat sedangkan waktu telah menunjukan jam 3 sore. Perasaan cemas dihati saya semakin menjadi-jadi. Saya tidak mungkin naik angkutan umum untuk mengantarkan poster ini kesekolah karena jarak rumah saya yang lumayan jauh dari sekolah. Sakit bukan karena keujanan! Selagi hujan masih berupa air. Saya nggak takut keujanan! Nah itu prinsip saya dengan Diah sore itu. Kami pun langsung on the way.
2 bulan kemudian. Pagi itu, saat saya baru saja datang kesekolah, terdengar Mutia teman saya berteriak memanggil saya. Ia segera menghampiri. Rupanya ia membawa kabar tentang hasil perlombaan tersebut. Ternyata saya kalah Saya hanya mengangguk lemah, lidah saya terasa kelu dan mata saya terasa berkaca-kaca, saya berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis karena kekecewaan yang mendalam ini, setidaknya saat itu, karena waktunya sangat tidak tepat.
Memang, kejadian itu sangat membuat saya galau dan kecewa, namun tidak membuat saya putus asa. Saya terus bersiteguh bahwa saya yakin saya akan menggapai impian saya. Mungkin saat itu hanya belum waktunya.
Saat ada perlombaan seputar bahasa Jepang, saya mencoba mengikusertakan, namun apa hasilnya? Gagal! Saya samasekali tidak terpilih untuk mewakili sekolah. sehingg membuat saya berfikir, sebenarnya ada apa dengan saya? Apa bakat saya bukan disini? Sedikit menyesali diri.
Siang itu, saya sedang mengerjakan soal matematika dikelas, matematika? Ya.. setelah saya berfikir tentang apa sih bakat saya yang sebenarnya? Dan akhirnya, saya merasa bahwa matematika lah jawabannya. Tiba-tiba Dayat memberitahu saya,tentang kabar dari Sensei Vera, bahwa ada surat dari Japan Foundation atas nama saya. saya penasaran, dan akhirnya saya langsung menemui sensei Vera apa maksud dari surat tersebut? sebelum saya menemui sensei Vera, ternyata pihak humas telah terlebih dahulu memanggil saya. Saat saya menemui bu Hj. Imas, beliau langsung berkata.“Nia, udah siap untuk pergi ke Jepang?” saat itu saya berasa mimpi dalam kenyataan, antara percaya dan tidak atas informasi tersebut. Dan akhirnya benar, ternyata saya direkomendasikan oleh pihak Japan foundation untuk pertukaran pemuda ke Jepang selama 10 hari. Teman-teman pasti tau kan bagaimana perasaan saya?
Hari H telah tiba, saat itu tanggal 15 Desember 2014, hari ini bakal menjadi sejarah dalam hidup saya. karena hari ini, saya berangkat ke negeri impian saya, negeri sakura. JEPANG. saya pun pamitan dengan meminta doa agar saya selamat dan dapat kembali ke tanah air ini dengan segudang ilmu dan pengalaman yang saya akan dapatkan di negeri sakura.
Perjalanan menghabiskan waktu 9 jam. Dan ini lah tibanya saya di negri impian saya, saya sangat senang karena di umur saya yang 17 tahun ini saya sudah dapat menginjakan kaki saya ke negeri impian saya. Disana, sangat berbeda dengan negara kita Indonesia.
JEPANG, inilah tempat dimana masalalu benar-benar bertemu dengan masa depan. Disinilah keduanya membaur, jepang memiliki sejarah yang panjang dalam menyerap budaya-budaya maju dari benua Asia sejak dahulu kala selama abad pertengahan, kemudian jepang mulai menerima unsur-unsur peradaban barat sejak akhir abad ke-19. Dengan menerima secara selektif, negara ini telah sukses menambah dimensi baru kedalam budaya aslinya. Harmoni yang luar biasa antara kehalusan segala sesuatu dan konsep “Orang Timur” ini bercampur dengan tekhnologi terdepan dan gaya hidup perkotaan yang ultramodern. Ini benar-benar merupakan bukti sebuah sejarah yang panjang dan mengesankan. Indah, menenangkan, penuh nostalgia, mendalam, modern, menggiurkan, menyenangkan, menarik, penuh sejarah, budaya. Sebutkan saja! Jepang, Jepang, Jepang! Negara yang terjalin dengan keramahan yang tulus dan hangat.
Indonesia merupakan negara ke dua setelah cina yang mempelajari bahasa Jepang. Maka dari itu jepang membuat program yang bertujuan untuk meningkatkan minat pemuda Indonesia terhadap jepang. JENESYS 2.0 merupakan salah satunya. Saat itu kami 100 pemuda berhasil terpilih menjadi duta indonesia. Disana kami terbagi menjadi 4 kelompok. Dan saya masuk ke kelompok D.
Kelompok D akan menjelajahi Tokyo, yang merupakan ibukota negara Jepang. Hari pertama kami mendapat orientasi seputar jepang dan yang membuka acara tersebut merupakan mentri pendidikan Jepang. Waw.. amazing bukan? Esoknya kami mengunjungi Gedung DPRD tokyo, disana kami melihat bagaimana apresiasi masyarakat jepang terhadap politik dinegaranya, terbukti dari masyarakat yang antusias memadati ruang sidang saat sidang berlangsung.
Menurut saya, negara Jepang merupakan negara yang benar-benar aman, bersih dan disiplin. Disiplin? Ya, Saat kami menjadi duta indonesia disana kami merasakan waktu benar-benar ada. Kegiatan berjalan sesuai jadwal, samasekali tidak pernah ngaret. Bersih? Tentu! Karena selama 10 hari saya disana, saya sama sekali tidak pernah menemukan sampah satu pun, baik itu dijalan, sungai maupun perumahan. Dan kesehatan kamipun sangat diperhatikan disana, terbukti setiap harinya dilakukan 3 kali pengukuran suhu badan. Dan jika suhu kami lebih dari batas normal, maka harus dirawat dirumah sakit dan tidak diperbolehkan ikut serta dalam kegiatan. Aman? Jelas! hampir setiap harinya tidak ada kejahatan yang terjadi, karena masyarakat Jepang sangat peduli akan hak dan kewajibannya.
Kemudian tanggal 17 Desember, kami pergi ke Museum Robot. Disana saya menyaksikan sendiri robot yang menyerupai manusia, ekspresi dan gerakannyapun sangat natural itu terbukti bahwa Jepang sangat ahli dalam bidang teknologi. dan siang harinya kami mengunjungi Museum Rumah Tradisional Jepang, disana kami dapat melihat rumah-rumah zaman dulu yang benar-benar terawat keberadaannya, hal menarik yang saya dapatkan disini, yaitu rumah tradisional Jepang, sama sekali tidak menggunakan paku sebagai penghubung kayu yang satu dengan yang lainnya, ini terbukti bahwa masyarakat Jepang memang kreatif.
Esoknya kami ke sekolah WAKABASOGO, sekolah yang menggabungkan smk dan sma. Benar-benar keren dan amazing. Disana kami disambut meriah oleh siswa siswi wakabasogo. Mereka sangat antusias dengan kedatangan kami.
Nah.. sorenya kami dijemput oleh keluarga homestay. Saya, Nini dari Jakarta, Selma dari Sukabumi dan Rani dari Padang diangkat oleh keluarga Nakagawa Yoshitaka. Beliau mempunyai istri asli Taiwan, dan mereka mempunyai 3 orang anak. Yukari adalah anak bungsu mereka yang bersekolah di Wakabasogo. Ia baru kelas 1 SLTA. Keluarga Nakagawa sangat baik, walaupun kami tidak terlalu mengerti bahasa mereka, dan merekapun samasekali tidak mengerti bahasa kami, tapi mereka tetap berusaha untuk menjalin komunikasi dengan kami semampu mereka, begitupun juga dengan kami ber-4. Setelah dua hari tinggal dirumah keluarga Nakagawa, Akhirnya saat hari minggu kami mengadakan perpisahan dengan keluarga homestay, perasaan sedih memenuhi relung hati perasaan saya saat itu, begitu juga mereka. Terlihat mereka juga meneteskan air mata saat akan berpisah dengan kami.
Esoknya kami pergi ke Asakusa, disana terdapat sebuah kuil terbesar yang ada di Jepang. Dan siangnya kami melakukan presentasi dan saya mendapatkan sebuah sertifikat yang sangat berharga dari JICE.
Tanggal 23 Desember adalah hari terakhir saya di Jepang. Kami berangkat dari Bandara Narita sekitar pukul 10.00 WIT dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta pukul 17.00 WIB. Dan keluarga saya telah menunggu untuk menjemput saya.
Nah.. itulah pengalaman yang saya dapat, semoga bermanfaat dan dapat menjadikan motivasi bagi teman-teman yang sama-sama mempunyai negara impian Jepang. Terutama buat adik-adikku, semoga tahun depan ada salah satu dari kalian yang bisa mengikuti program Jensys selanjutnya. Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar