Rabu, 09 Maret 2016

Kejutan Tak Terlupakan

Ping..Ping..Ping..
Ponsel Rara berdering pelan,  namun bergetar cukup keras sehingga membuat Rara terbangun dari mimipinya pagi itu.
Rara segera meraih ponselnya terlihat remang-remang BBM dari Vio

“Ra.. lu masih dimana, gue baru datang nih. Tapi gue bingung harus masuk kelas yang mana. Hehe”  Sepontan mata sipit Rara melek lebar-lebar.

“Oh my god, gila... jam berapa ini?”
Rara segera melihat jam diponselnya. Ia segera bangun dari tempat tidurnya, namun “aw...” Rara menginjak sesuatu. Ternyata pecahan kaca dari beker Rara yang terjatuh semalam karena Rara yang tidurnya terlalu pulas sehingga tidak sengaja sampai menjatuhkan bekernya.

“pantes aja alarm gue gak bunyi, bekernya aja ancur gtu. Ih.. nyebelin”
Namun Rara tak menghiraukan bekernya itu, karena kejadian ini sering terjadi, paling-paling dia hanya ditegur oleh mamahnya nanti jika beliau tau.

“Vi, udah masuk belum?” Rara segera mengirim BBM kepada Vio.

“Emang lu masih dimana? Udah masuk 5 menit yang lalu.” Tak lama Vio membalasnya.

“gue kesiangan Vi,  Aul sama Wina udah dateng?” balas Rara.

“ yah.. dasar! Wina tadi bareng gue. Kayanya Aul juga kesiangan deh. Belum dateng juga soalnya, coba lu BBM  dia, gue ga enak nih ada panitia, ngeliatin.” Balas Vio.

Rarapun segera mengirim BBM kepada Aul, namun pasi ponsel Aul nonaktif. Rara mulai panik, dia tidak bisa membayangkan gimana wajah-wajah panitia yang melihat pesertanya terlambat, di hari pertama lagi. Ger..ger..

“De.. cepet jalannya!” terdengar suara lantang sie.keamanan dari kejauhan saat melihat Rara dimulut gerbang sekolah, Rara mempercepat langkahnya, bahkan Rara mulai berlari sambil terus menundukan kepala, karena dia nggak mau mukanya dikenal karena telat saat hari pertama ospek. Aduh.. No..No.. batinnya.


“Huh.. akhirnya. Thanks God!” Rara menghela nafas sebentar dan segera melanjutkan larinya, namun ‘Gubraakkk!’ Rara menabrak seseorang dari arah kanan. Lagi-lagi Rara tidak berani mengangkat kepalanya. Dia langsung spontan meminta maaf.

“maafin aku ka, aku nggak sengaja” ucap Rara.

Namun tidak ada sedikitpun ucapan dari orang tersebut, malah dia terbahak.

“Haahaahaa.. Lucu banget sih lu Ra’ “ ucap orang itu

Rara heran, “panitia koq tau nama gue? padahalkan nametag gue belum dipake?” Rarapun penasaran ingin melihat wajah panitia itu, namun sebelumnya Rara lebih heran juga saat melihat warna rok panitia itu yang berwarna biru. ‘lho.. koq biru?’ desah Rara.
‘kayaknya ini bukan panitia deh, ah.. konyol banget sih gue!’ Rara baru menyadari kekonyolannya.
Rara segera mengangkat wajahnya serentak, ternyata..

 “aduh  Aul, gue kira lu panitia ” ucap Rara.

“haha.. lagian lu nya sih haahaa” jawab Aul cengengesan

“koq lu disini?” tanya Rara

“hehe.. gue kesiangan Ra, gue baru aja dateng. Lu kesiangan juga?”

“iya nih, tadi gue BBM lu tapi handphone lu nonaktif” kata Rara

“handphone gue Low Ra, sorry”

“ah elu, yaudah yuk kita masuk kelas, mumpung gak ada panitia yang ngeliat kita” ajak Rara

“emang lu tau kelasnya?” tanya Aul.
Rara mengangguk pasti. Aulpun mengekor.


“Permisi.. maaf ka telat” ucap Rara beserta anggukan Aul.

“kalian telat 23 menit, untuk sekarang masih toleransi tapi untuk seterusnya jangan sampe terulang lagi, paham?” kata panitia serius.

Rara dan Aulpun hanya bisa mengangguk nurut mereka segera duduk dikursi belakang yang masih kosong.

Keesokan dan seterusnya Rara dan Aul tak lagi mengulangi kesalahannya, Wina dan Vio juga selalu on time.
Kegiatan ospek berlangsung selama tiga hari, di hari terakhir mereka melihat demonstrasi dari setiap organisasi yang ada. Riuh piuh suara peserta terdengar heboh, sepertinya mereka menikmati penampilan kaka kelasnya itu.

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

“ini kelas kalian yang baru, kaka harap kalian bisa merawat kelas ini dengan baik”
Kata panitia yang mengantar mereka ke ruang kelas mereka yang sebenarnya. Yaitu kelas x adper 1 yang posisinya dekat dengan lab adper. Bangunan itu terpisah dari kelas yang lain. sehingga kondisi belajarpun lebih kondusif dan efektif.  Dan termasuk kelas satu-satunya yang nggak punya neighbour. wkwk
Byurr..  mereka langsung brdesak-desakan masuk kelas dan tentunya ‘perebutan kursi’ haha.. adat anak baru, mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan kursi paling depan. Tapi  tidak dengan Aul, dia lebih memilih kursi belakang katanya agar bisa becanda. Haha dasar!

Rara duduk dikursi paling depan bersama Tatu teman barunya. Sedangkan Vio dengan Nisa, Aul dengan Ai.  Sedangkan Wina, ia tidak mengambil jurusan yang sama dengan 3 sahabatnya itu. Dan udah pasti Wina nggak sekelas dengan mereka. Sebenarnya Rara sedikit kecewa kepada sahabatnya karena mereka sama sekali tidak mengajak Rara untuk duduk bersamanya, namun Rara tidak mau souzon kepada sahabatnya itu, di pikirannya ‘mungkin mereka ingin menambah teman’ biarlah. Desahnya.

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

Awan gelap, cuaca tak lagi bersahabat, petirpun menyambar dahsyat. Saat itu Rara termenung. Mukanya mengisyaratkan kecemasan, kecemasan yang begitu dalam.
Rara segera mengambil dearynya.

“Mamah, aku nggak betah sekolah disana. Aku nggak enjoi mah. Pokonya aku mau pindah. Huhu “ tulis Rara.

Tak lama ponsel Rara berbunyi. ‘telpon dari Tatu’
“Halo Ra. Ganggu gak?” terdengar suara Tatu dari sebrang sana.
“iya Tat, ada apa? Gak ganggu koq” jawab Rara pelan
“koq suara kamu serak gtu? Abis nangis ya?”
“mm.. gak juga koq Tat, lagi batuk ja nih ehem..ehem” Jawab Rara berpura-pura.
“ kamu lagi sakit? Yaudah kamu cepet istirahat aja Ra. Cepet sembuh ya”
“lho? Gpp ko tat, oya kamu tumben telpon aku. Ada apa?”
“gak koq Ra. Nanti aja ngomongnya. Lagian gak begitu penting juga sih. Hehe. Yaudah udah dulu ya Ra. Maaf udah ganggu kamu” Nut,Nut,Nut
Tatu mengakhiri pembicaraan. Rara heran namun ia tidak begitu menghiraukan Tatu, karena Tatu ya Tatu, hanya temen duduk dikelas aja. Karena yang jadi masalah saat ini yaitu sahabat-sahabat Rara yang mulai berubah sikapnya. Heu

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

“Ya Tuhan.. apa yang sebenarnnya terjadi? Apa salahku Tuhan? Kenapa kini mereka menjauh?” Rara bersungkur dihadapan sang maha kuasa.
Rara segera melepas mukena, dan kembali ke kelas. Namun dari kejauhan terlihat Aul sedang ngobrol asyik dengan  Ai. Sedangkan Vio baru saja keluar kelas bersama Nisa sambil cengengesan.
“tuh kan.. mereka udah asyik sama dunianya” gerutu Rara
“Sedangkan gue? Gak ada yang mau temenan sama gue? Padahal saat belajar mereka mau gabung sama gue? Aneh ” lagi-lagi Rara menggerutu sendiri.
Lalu menghela nafas panjang. “hm.. udahlah, mungkin ini dunia abu-abu. Dan mungkin gue yang harus lebih mendekatkan diri sama mereka. Hemhem baiklah come on!” Rara menyunggingkan bibirnya. Dan ia segera mempercepat langkahnya karena sebentar lagi bel pulang.

Kring... kring... (Bel pulang)
“asyik!  akhirnya pulang juga, udah sumpek gue dikelas. Ini saatnya gue pulang bareng lagi sama Wina, Aul dan Vio. Heehe. Syukurlah mereka masih mau pulang bareng gue” ucap Rara riang.
Rara segera mengemas ATK nya. Lalu segera keluar kelas. Terlihat Aul sedang berdiri sambil mainin ponselnya didepan kelas.
 “ul.. yuk kita pulang! Oya, Vio mana?”
“hm,, gak tau tuh” jawab Aul jutek yang masih mainin phonenya.
“lho.. kemana ya dia? Apa dia ada exul hari ini?” Rara mulai heran sambil matanya menjelajahi sekitar berharap ada Vio.
“mana gue tau! Yaudah deh Ra, gue duluan ya!” ucap Aul sambil meliahat arlojinya.
“koq? kita gak nunggu Vio dulu? Biar gue deh yang cari. Kasian tuh anak kalo ditinggal. Bentar ya Ul. Lu tunggu disini.” Ucap Rara masih sambil celengak-celinguk.
Rara segera pergi mencari Vio. Namun langkahnya terhenti saat Aul memanggilnya.
“Ra??”
“kenapa? Vio udah ada? Mana?”
“bukan.. udahlah Ra. Gue buru-buru nih. Gue duluan ya! Gue takut dia marah”
“takut dia marah? Siapa?” Rara mendekati Aul lagi heran.
“kayak gak tau aja lu. Yaudah deh duluan ya! Dah Rara” Aul segera meninggalkannya.
“eh.. eh.. tapi? Ul..” panggil Rara heran.
“aduh... Aul pulang bareng sama siapa ya kira-kira? Masa iya sih sama pacarnya? Gak mungkin deh. Hm.. Yaudeh deh gpp.
Vio mana lagi. Wina juga belum nongol. Oalah,, koq gue lagi-lagi sendirian gini?
Mending  gue cari Vio deh, kasian kalo dia nanti pulang sendirian.”
Rara langsung mengambil phonenya lalu call Vio.
“Ayo dong angkat Vi... lu dimana sih?
hemhem Apa dia di perpus? Dan apa mungkin dia gak angkat telpon gue karena dia lagi cari buku diperpus?.” Pikirnya.
Rara segera menuju perpus lumayan jauh sih dari kelasnya, namun hal itu nggak membuat Rara  males or cape yang jelas dipikirannya dia mau pulang bareng sama sahabatnya, walaupun Aul udah duluan, yang pentingkan masih ada Vio dan Wina. Pikirnya lagi-lagi.
Suasana sekolah udah sepi. Tapi Rara terus saja berjalan, walaupun dari kejauhan perpus udah keliatan sepi banget, Rara masuk ruang perpus.
“Vio mana ya? Koq gak ada siapa-siapa?”
Tiba-tiba bapak berparuh baya menepuk bahunya dari belakang.
“Neng,, cari siapa?” tanya bapak itu. Rara melonjak.
“aduh bapak ngagetin aja,”
“lagian bengong aja, sendirian lagi, emang neng lagi apa? Mau cari buku?” tanya pak Indra penjaga perpus.
“nggak koq pak. mmm.. saya lagi cari temen saya, kira-kira masih ada yang didalem gak pak?”
“aduh neng di perpus tuh udah nggak ada siapa-siapa sejak bel pulang tadi kecuali bapak. Emangnya temen neng bilang dia ada disini?
“gak sih pak, tapi biasanya dia ke perpus koq”
“tapi bapak yakin neng disini tuh udah nggak ada siapa-siapa. Sok.. liat aja kedalem kalo nggak percaya” jelas pak Indra, penjaga perpus.
“mm.. gak usah deh pak. Mungkin dia udah pulang. Makasih ya pak”
Rara segera keluar. Suasana sekolah semakin sepi, kalo tadi masih ada beberapa orang yang lewat, tapi sekarang nggak ada satupun siswa berlalu lalang, Cuma ada penjaga sekolah yang sedang mengecek kelas, anggota adiwiyata yang tugas juga udah gak keliatan.
“Hm.. Vio lu kemana sih?” desahnya.

Waktu sudah menunjukan pukul 3.13.
“gila.. udahh sejam nih. ApaVio udah sama Wina, yaudah deh mending gue kekelas Wina, mungkin aja Vio udah duluan nyamper Wina”
“oh my god.. hujann lagi.”  Tak lama Rara nyampe juga dikelas Wina. X AP 1.
tuktuk.. Rara mengetuk pintu kelas Wina yang udah tertutup
“gledekgledek.. bwerrr” suara petir menymabar pintu kelas Wina. Winna mental ikut tersambar.
“aw...........” Rara tersungkur.
“Aduh.. lutut gue” Ringisnya.
“neng.. kenapa?” kata Pak Indra dari kejauhan sambil berlari khawatir
“adduhh,,,”
“sini neng bapak bantu,” Pak Indra membantu Rara berdiri
“Neng gak apa-apa?” tanya pak Indra.
Rara menggeleng lemah.
“aduh neng koq belum pulang dari tadi? Masih nunggu temen?” tanya pak Indra khawatir.
“mm.. iya pak. aku lagi nunggu sahabat aku. Vio sama Wina,” jelas Rara
“sini neng duduk dulu.. “ Pak Indra membantu Rara duduk dikoridor sekolah.
“aduh neng coba mending ditelpon aja, sekarang udah sore, hujan deras lagi. Sok ditelpon aja,, gak baik neng diskolah jam segini sendirian”
“iya-iya pak aku akan coba nelpon mereka lagi” Rara menekan ponselnya lagi
“ahh..”
“gimana neng?”
“nomer Wina gak aktif pak,”
“coba nomer temen neng yang satu lagi”
“gak diangkat kalo Vio”
“hmm.. mungkin temen neng udah pada pulang! Yaudah neng mending pulang aja gih..”
“gak mungkin pak.. kita biasanya selalu pulang bareng, mereka gak mungkin pulang duluan.. aku yakin koq pak mereka masih ada disekolah ini. Mereka gak mungkin ninggalin aku. “
“oh gtu.. aduh gimana ya.” Pak Indra garuk-garuk kepala yang nggak gatal.
“yaudah coba di sms aja, bilang kalo neng masih disini. Mungkin temen neng gak berani nganggkat telponnya karena takut ada petir”
“iya pak,, aku BBM vio dulu.”
“Vi.. lu dimana? Lgi sama Wina gak? Sekarang gue masih didepan kelas Wina. Kalian dimna sih? Kalian gak pulang duluan kan? ” sending Vio.
“gimana neng? Udah dibales?”
Rara menggeleng sedih. “belum pak”
“Neng itu solid banget ya. Sampe segininya nungguin temen”
“mm.. bapak bisa aja” senyum rara mengembang.
“ini mah gak seberapa pak. Persahabatan kita tuh udah lammmaaa banget, dan hal ini tuh udah lumrah. Coba bayangin ya pak dulu kita tuh pernah ngelewatin peristiwa yang begitu berarti....” Rara mengingat kenangannya dengan para sahabatnya dulu. Dan mencoba menceritakannya kepada pak Indra.

ɳ ɳ ɳ ɳ ɳ

saat  perkemahan.
“aduh.. gue cape banget nih Ra. Berenti lagi yuk!” rengek Vio yang lagi-lagi minta berenti.
“iya nih Ra, gue juga udah nggak kuat lagi” lanjut Wina
“yaudah.. kita istirahat dulu, tapi 10 menit aja ya, soalnya sebentar lagi hari akan gelap, sedangkan kita belum nemuin perkampungan warga. Kita gak mungkinkan tidur ditengah hutan” ucap Rara sambil mulai meng-on kan stopwatchnya.
“siapp ketua!” dukung Zena semangat. Ia sahabat mereka juga, namun saat kelulusan ia tidak mendaftar pada sekolah yang sama, ia lebih memilih sekolah di sma pilihan ibunya, padahal tidak bisa dipungkiri sebenarnya ia sangat menginginkan satu sekolah dengan yang lain. mungkin orangtuanya punya niat lain. may be!
“yah,,, minum gue abis nih” rengek Wina.
“yaudah nih minum aja yang gue.” Rara menyodorkan minumannya kepada Wina.
“nanti lu gimana Ra?” tanya Wina.
“gak apa-apa koq Win, lu cepet minum aja. Lagian gue nggak haus.”
“tapi kan perjalanan kita masih panjang Ra. Lu yakin nggak bakal minum lagi?” tanya Aul khawatir.
“hmm.. udah tenang aja temen-temen. Ayah aku udah bawain aku minum yang banyyakk banget.. nihh.. anggap aja ini bekel kita. Gimana?” kata Vio sambil memperlihatkan 2 buah aqua botol yang berukuran besar.
“pantes Vi, ransel lu gede banget. Ternyata minum semua toh” sindir Aul
“hehe..makanya gue ngajak berenti mulu, abisnya  pegel banget nih pundak gue” rengek Vio sambil memegang pundaknya kesakitan.
Yang lain tertawa.
“hehe.. Vio-Vio.. yaudah sini gue pijitin” kata Wina. Hehe Wina emang berbakat dalam masalah kesehatan sampe-sampe memijitpun dia bisa.
“aduh,, pelan-pelan dong Wina” kata Vio sambil becanda.
Sedangkan Rara hanya senyum-senyum sendiri melihat sahabatnya itu, tak lupa ia sambil melihat dan meraba-raba peta yang ia dapat dari pembina perkemahan ini.
“masih jauh banget ya Ra?” tanya Zena.
“iya nih Zen.” Muka Rara terlihat tak enak.
“kenapa Ra?” tanya Aul heran
“mm.. lihat deh Ul. Kita harus ngelewatin jalan stapak.” Kata Rara sambil memperlihatkan petanya.
“wahh.. kayaknya seru tuh..” sambar Wina.
Memang, Wina adalah orang yang suka rintangan, sudah terlihat dari cara ia berpakaian sedikitpun dia tidak memperdulikan penampilannya. Walaupun begitu dia tetep terlihat menarik dengan switter khasnya. Kelebihannya dia teliti dan men-detail banget dalam menghadapi rintangan apapun.
“ hah? Jalan setapak? Emang gak ada jalan lagi selain jalan stapak? Aduhh,, gue gak berani ah.. ayah,,, tolongin aku!” rengek Vio. Vio ini orangnyya cukup manja. Dia selalu bersih dan paling anti sama yang namaya kotor. Dia selalu memperhatikan penampilannya. Namun gayanya yang terlalu kekanak-kanakan membuat perfomensnya sometimes  gak berarti sama sekali.
“nggak ada jalan lain selain jalan setapak ini Vi.”  Ucap Rara lemah.
“aduh teman-teman.. kita tuh nggak usah takut. Kalian inget gak kata pak Acep pemandu perjalanan kita waktu sebelum pemberangkatan? Kita harus yakin, bahwa setiap rintangan atau cobaan pasti ada jalan keluarnya. Dan kita sebagai tim harus saling berkerjasama dan saling merangkul agar kita bisa menghadapi rintangan ini. Aku yakin kita bisa! Semangat.. dan kamu Vi, kamu nggak usah takut ya? Kan disini kita ber-4, kita pasti bakal nolongin satu sama lain jika nanti ada apa-apa. Kamu bisa kan Vi ngelanjutin perjalanan ini?”tanya Winna.
“dasar anak manja. Ngerepotin mulu” ucap Aul.
Untung saja suara ia tidak terlalu keras. Hanya Rara yang mendengar ucapannya itu, dan walupun Winna tak terlalu jelas mendengar ucapan Aul, namun ia paham apa yang diucapkan Aul. Rara segera memberi isyarat kepada Aul, tentu saja muka kecut Aul tak banyak berubah.
“mmm.. iya Winn. Makasih ya teman-teman, aku mau koq ngelanjutin perjalanan ini, aku juga nggak takut, karena aku tau aku punya teman-teman yang hebat kaya kalian.” ucap Vio.  Rara menoleh kepada Aul, meyakinkan bahwa Vio sudah bisa diajak kerjasama. Aul mengangkat bahu acuh. Dan kahirnya Mereka saling merangkul. Tak lama wajah Rara mulai cemas kembali ketika melihat arlojinya.
“ada apa lagi Ra?” tanya Winna. Yang lain juga ikut panik.
“sekarang sudah jam 5 sore, sedangkan untuk melewati jalan setapak  butuh waktu satu setengah  jam. Kita gak mungkin saat waktu magrib ada di pertengahan jalan setapak itu, dan kita juga gak mungkin nunggu waktu setelah magrib. Kita pasti bakal kemalaman banget.” Jelas Rara mulai pasrah.
“ah.. sial. Kita kejebak nih” ucap Zena kesal.
“iya juga sih.. terus kalo udah kaya gini gimana? Kita juga nggak mungkin kan stay disini semalaman, nunggu besok pagi baru kita nyebrangin jalan setapak itu. Mana hutan ini serem banget lagi. Ih... coba aja tadi kita nggak banyak berhenti, pasti kita masih punya waktu buat ngelewatin ini. ” tambah Aul mulai emosi.
Winna terperangah mendengar ucapan Aul, ia segera memberi isyarat pada Aul agar tidak melanjutkan ucapannya, dan segera melihat Vio meyakinkan bahwa ini bukan salah dia sepenuhnya, namun sikap Vio yang kekanak-kanakan membuat muka Vio langsung memerah padam. Sedangkan muka Rara nambah mengkerut, kepasrahan akan kondisi mulai memuncak dimukanya. Namun Zena hanya menggeleng-geleng.
“maafin aku ya teman-teman, aku tau ini salah aku. Nggak seharusnya aku selalu merengek minta berhenti istirahat, jadi, waktu perjalanan kita terhambat deh, kalo aja aku tadi tidak minta berhenti mulu, pasti masih ada waktu untuk kita nyebrangin jalan setapak itu. Maafin aku ya?” Vio mulai meneteskan air matanya. Tampaknya Ia merasa bersalah atas kelakuannya yang terlalu kekanak-kanakan itu.
 “aduh Vi.. udah nggak usah nangis kaya gtu. Ini bukan sepenuhnya kesalahan kamu koq, mungkin kita juga yang terlalu berleha-leha. Udahlah.. kita nggak usah mikirin waktu, yang jelas, aku mau nanya dulu sama kalian. Kalian sanggup melanjutkan perjalanan ini? ” tanya Rara semngat.
Yang lain saling pandang, karena melihat semangat sang ketua tim, semangat mereka langsung memuncak signifikan.
“kami siap” jawab mereka kompak. Rara tersenyum puas. Dan ia kembali bertanya.
“kalian siap juga melewati jalan itu walaupun matahari mulai tenggelam?”
“kami siap!!” nambah lantang.
“baik.. terimaksih teman-teman! Aku yakin kita pasti bisa melewati semua ini. Pesan dari aku. Camkan baik-baik. Nanti  jika dijalan setapak itu ada sesuatu yang membuat kita takut. kalian jangan langsung panik. Tenangkan diri kalian, karena jika kita panik konsentrasi kita untuk menyebrangi jalan setapak itu akan buyar. Sedangkan kita semua sama-sama tau. Kanan kiri kita dalah jurang. Jurang yang sangat dalam dan  berbahaya.
 disana kita bersama-sama. Kita akan bersatu melawan rintangan ini, dan satu lagi.”kita punya Allah” yakinlah Allah akan menolong kita. Kalian mengerti?”  tanya Rara gemetar.
“kita mengerti Ra” ucap mereka lebih gemetar. Seakan hati mereka tahu, bahwa saat ini adalah kondisi yang sangat menegangkan, kalo saja tidak berhat-hati dalam mengambil keputusan, mungkin nyawa yang akan jadi taruhannya.

Pukul 05.17 mereka berangkat, namun sebelumnya mereka memanjatkan doa terlebih dahulu untuk keselamatan mereka semua. Mereka berjalan berbanjar. Tentu saja baris pertama didahului oleh Rara, sang ketua tim, disusul oleh Aul, lalu Vio si manja yang ingin selalu ditengah. Kemudian Zena, Dan yang terakhir adalah Winna sang wonderwomen. Hehe.

“kal ian siap?” tanya Rara mengecek.
“siap!” serempak
“ingat! Kalian harus pintar-pintar jaga keseimbangan!” Rara kembali mempringati.
“siap ketua!” ucap mereka spirit.
Merekapun melanjutkan kembali perjalanannya yang sempat tertunda lama itu, setelah beberapa menit, mereka sampai dijalan setapak.
“Ini Ra tempatnya?” tanya Aul sedikit berbisik.
“Iya Ul. Kayanya senter kita perlu ditambah buat jaga-jaga” saran Rara
“oke” Aul segera mengambil senter di ranselnya.
“di pegang sama siapa Ra kira-kira?” tanya Aul
“sama Zena aja Ul. Kasian yang belakang kalo harus ngandelin senter Winna aja. Kamu masih bisa ikut senter aku kan?”
“sipsip! Lagian Vio nggak mungkin pegang senter, jalan aja masih blepotan”ucap Aul.
“Hust!!” kata Rara mempringati.
“sorry, becanda koq” ucap Aul dan ia segera memberikan senternya kepada Zena.

Setelah itu mereka memulai perjalanan dijalan setapak yang lebarnya kira-kira 30 cm. Dengan hati-hati mereka melangkahkan kakinya perlahan. Setelah sekitar 8 meter mereka sukses berjalan tanpa ada kendala sedikitpun, namun menginjak meter ke 9, Vio tiba-tiba  merengek kesakitan.
“duhduh.. aww” desah Vio
“kamu kenapa Vi?” tanya Zena pelan.
“kaki aku sakit Zen, aduhhhh........”
 “Ra.. berhenti dulu, kaki Vio tuh Ra.” kata Aul dengan sangat berhati-hati.
Dan akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti “kenapa Vio?” tanya Rara cemas.
“kayaknya kaki Vio keram”
“aduhh.... ayah. Kaki aku.. aduh sakit banget.. huhu” Vio merengek kesakitan.
“hust!! Jangan nangis Vi. Yaudah kita obatin dulu ya,”
“huhu... “ Vio tetp nangis kesakitan.
Rara mulai bingung. Pukul sudah mnunjukan 06.17.
“Winn.. keluarin kotak  p3k nya.”
“ini.. “
Zena segera mengobati kaki Vio dengan cepat.  Setelah beberapa menit akhirnya selesai juga, Vio juga sudah merasa mendingan. Sehingga pukul 06.25 mereka melanjutkan perjalanannya kembali, namun kali ini harus lebih pelan, karena kondisi kaki Vio yang dibalut yang tidak bisa bergerak cepat.
Setelah beberapa menit tak diduga Aul terpeleset. Gubraggg...
“aww...”
“Ya Allah Aul....” ucap Zena
“Astagfirullah Aul...” Rara berteriak
“tolong.. kalian tolongin aku!”
“astaga.. pegangan Ul” teriak Winna.
“Ra.. tolongin aku Ra.. aku nggak mau masuk jurang, Rara cepet! Aku nggak mau mati Ra.. tolong aku!”
“ya Ampun Ul.. kamu jangan bicara seperti itu, kita pasti bakaal bantu kamu!”
“Ra.. ini Tali.. “
“disitu ada akar yang kuat gak Winn?”
“ada-ada Ra.. biar aku ikat disini aja ya?”
“iya.. ikat mati Wiinn..”
“Zen.. kamu  bantu Winna. Vio kamu terus bantu pegangin tangan Aul. Awas jangn sampe lepas!”
“kamu Ul.. kamu jangan panik, inget pesan aku, panik itu hanya akan membuat tenaga kamu abis. Sekarng lepas tas kamu pelan-pelan, aku yang kan mengambilnya karena untuk meringankan saat narik kamu. Ayo Ul pelan-pelan psati kamu bisa”
“aku nggak berani Ra,, aku takutt.. Rara cepetan tolong aku, aku udah nggak kuat lagi.. Rara. Huhu” jerit Aul, dia benar-benar ketakutan.
“Iya.. makanya kamu lepas tas kamu pelan-pelan. Disini aku bakal mengambilnya,
Jererjet.
“aw.... tangan kiri Aul terlepas dari gengaman Vio dan dari akar-akaran juga,
“Vii... terus tarik”
“aku udahh nggak kuat Ra,, tangan aku gemeteran.”
“Zen.. tarik lengan Aul. Raih Zenn,, ayo,,
“iya Ra.. aku dapt.. pegangan Ul..
“huppp... aduuhhh.. “ akhirnya Rara berhasil meraih ransel Aul.
Setelah di ikat di akar yang lumayan kuat, tali tersebut mereka lilitkan pada tubuh Winna, Zenna dan Rara, Vio tidak ikut dililit tubuhnya kerena kondisi Vio yang mnegkhawatirkan.
“sekarang lebih tenang Ul.. kita bakal narik kamu. Pegang talinya.
“Vi.. kamu obatin tangan kamu sendiri ya. Kamu bisa kan?
“iya Ra.. gpp. Aku bisa koq”
“kalian terus tarikk.. cepett!, aku Cuma pegangan sama tali doang tau.. kalian awas jangan sampe lepas! Aku nggak mau..”
“iya Ul.. pegangan awas”
Winn,, pastiin akarnya gak lepas.
“siap..”
“tarrrrrrrrrrrrrrrrriiiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkk....... terus tarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrriiiiiikkkkkkkkk. Ayo tarikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk,,,,,,,,,, bntar lagi tarikkkkkkkkkkkkkkk.......
Tak diduga akar yang dikira kuat copot sehingga membuat Aul semakin mendekati Jurang dan semakin jauh dari teman-temannya, kalo tadi keberadaan Aul sekitar 4 m. Sekarng sekitar 9 meteran.
“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa............ kalian aduh,, tolong,, huhu.. tolong aku... huhu.. kalian jahat, kenapa lepasin talinya sihh... huhu”
“iya-iya Ul sabar.. Akarnya copot Ul.. kamu bertahan ya.. pegangan yang kuat,, kita bakal cari akar yang lain..
“aw... aduhh.,, kaki aku..sakit”
“masya allah Winn, kaki kamu digiggit ular..” sini aku ikat
Zenna segera mengambil tali dari renselnya dan mengingatkan kepada kaki Winna.
“apa? Uler? Nggakkkk ,,,,,,,,,,,,,”
“Ya Allah Winna,, kamu bertahan ya?”
“huhu... sakittttttt. Brengsek banget ular sialan itu. Fuih”
“nih,,, aku bawa garam” Vio segera menyiramkan sekeliling dengan garam yang ia bawanya.
“kamu gpp winn? Kamu bisa bertahankan?
“iya Ra.. insyaalah,, kaki aku udah diikat koq, mudah-mudahan aja racunnya belum merambat”
“Ra..  cepet tarik,,, pliss Ra, tolongin aku. Aaaaaaaaa........Ada uler. Ayahhhhhhhhhhhh.. tolongg!! Huhu... aku nggak mau mati....... cepet tarik.woii.. tarik talinya. Kalian tega ngeliat gua kaya gini? Hah?.”
“iya Ul,, bntar”
“oke,, zen kamu cari akar yang kuat disitu ada gak? Coba tuuh yang dipinggir kiri kamu.. “
“iya Ra,, kayaknya ini kuat.” Zena segera mengikatkan tali itu..
“kalian ikut bantu tarik ya,” perintah Rara
“Ra,,.. lilit ketubuh aku juga, aku mau bantu Aul” pinta Vio
“kamu yakin kamu bisa?” tanya Rara
“iya Raa.. aku bisa. Sinii,,,,,,,,,,,,” Vio segera melilitkan talinya ketubuhnya dengan kuat.
“1 2 3......... tarrriiiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkkkk......... teriiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkk...........tariiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk. sekali lagi tariiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Euuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhhhh,,,,,,,,,,,,,,,,, ayo temen-temen sekali lagi terik yang kenceng........ tarrrrrrrrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkk...............
Heupppppppppppppppppppppp......... alhamdulilah.. YA ALLAH terimaksih. Alhamdulilahirobilalamin,,,,,,,,,,,,,,,,, subhanallah,,, akhirnya kamu selamat juga.
“iya........ maksih ya semua, Ra.. maksih ya udah bantu aku, : Aul memeluk Rara sedih, Rara nangis. Semuanya ikut nagis, ya Allah vi, makasih ya,, Zenn, Winn maksh banget ya,,”
“iya,, yudah lepas dulu talinya,, masukin Zen ke renesel” ucap Rara
“awwwwwww” desah Winna,
“kamu kenapa Winn?”
“Wina tadi dipatuk uler” kata zena
“Ya Allah.. nih,, aku bawa penawar sementara, mana Ra rensel aku? Tanya Aul. Aul segera mengambil obat penawar sementara. Nihhh coba minum obatnya.”
“Ini Winn airnya” vio menyodorkan mineral
“msksih ya UL, Vi,,,”
“udah ga perlu makasih kita kan disini satu tim....” ucap vio
“Yaudah.. Wina? Vio? Zena? Aul? kalian siap melanjutkan perjalanan kita?”
“iya Ra,, kita lanjut.. lagian ini udah jam 7.50, ayo kita lanjut” kata Wina
Akhirnya setelah banyak rintangan yang mereka lewati mereka berniat untuk melanjutkan perjalaannannya,.. dan akhirnya mereka mampu menyelesaikan rintangan perjalanan tersebut dan berhasil menjadi tim yang paling solid dibanding yang lain

ɧ ɧ ɧ ɧ ɧ

“Waahh... kalian emang kompak yaa” Rara pun tersenyum. Namun tiba-tiba Byuuurrr.. Ternyat Vio, Wina, Zena dan Aul menyiram Rara, ini suprise buat Rara, karena hari ini ulangtahun Rara. Dan sepertinya Rara lupa akan tanggal ini.
“yaampunn.. kaliann”
“tuhkan pak.. mereka sahabat aku yang baik kan” ucap Rara meyakinkan pak Indra.
“happy birthday Raraaaa... maafin kita ya, kita sengaja rencanain ini semua buat kamu”
“iyaa makasih ya semuanya. Suprise nya bener-bener berhasil deh”
“tapi kamu ga marah kan Ra, gegara tadi gue ninggalin??” tanya Aul
“iyaa Ul gapapa koq.”
“hahaa.. bagus ul actingnya...” kata Wina
“Zen.. kamu pulang sekolah langsung kesini?” tanya Rara
“iya dong Ra...” kata Zena..
Merekapun langsung berpelukan...
#30DWC hari ke 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKSI NYATA PMM "RENCANA TINDAK LANJUT DARI HASIL ASESMEN AWAL PEMBELAJARAN"

Berikut rancangan asesmen awal pembelajaran Berikut Nilai peserta didik beserta rencanan tindak lanjut