Di suatu sekolah, terdapat kelas unggulan yang didalamnya tentu murid-murid yang IQ nya diatas rata-rata. Namun, diantara murid-murid yang lain, ada satu murid perempuan, Tasya. yang membuat semua orang berkerut dahi ketika tau ia adalah salah satu murid dikelas unggulan itu. Bagaimana tidak, setiap murid yang berada dikelas unggulan mempunyai kemampuannya masing-masing, sedangkan Tasya tidak mempunyai kemampuan dibidang apapun. Nilainya serba pas-pas an. Nilai akhirnyapun terendah dari semua murid yang ada dikelas itu. Keadaan seperti itu membuat Tasya dijauhi teman-teman sekelasnya.
Namun, walaupun begitu, Tasya tetap rajin belajar, setiap harinya ia selalu duduk dengan catatannya dikursi belakang.
Terkadang Dinda menemaninya, karena Dinda adalah salah satu teman yang peduli kepada Tasya.
Hingga akhirnya waktu mengantarkan mereka pada Ujian Nasional.
Siang itu sepulang sekolah Ujian Nasional pertama, Tasya duduk tepat dikursinya, terlihat ia sedang membereskan buku-bukunya.
Sedangkan Dinda duduk di kursi belakang, ia terlihat gelisah memperhatikan Tasya dari kejauhan. Tasya menoleh ke arah Dinda dan segera menghampirinya.
“ada apa din? Kamu keliatannya gelisah begitu?” tanya Tasya dan segera mengambil posisi, duduk disamping Dinda.
“engga kenapa-kenapa koq sya. Tadi gimana?” tanya Dinda balik.
“aku gak yakin atas apa yang aku lakukan hari ini, apa itu bisa membuat aku bahagia atau enggak nantinya?” jawab Tasya dengan nada rendah.
“Serahkan semuanya sama Allah Sya, hanya dia yang dapat membantu kita.”
“aku selalu berusaha untuk mengingat Allah dimanapun, dikondisi apapun dan disaat seperti apapun aku berada” ucap Tasya serius.
“eh,, percuma berdoa juga, kalo otak tetep lemot kaya gtu, ih” kata salah satu siswa yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka, sambil berjalan dengan angkuhnya.
“Jangan gtu dong Han, kita semua tuh sama.” Bela Dinda.
“sama? Haha... jelas bedalah. Aku tuh 3 besar dikelas ini. Sedangkan dia? Terendah dari semua siswa dikelas ini. Iew, gak banget deh!” jawab Hany nambah angkuh.
“aku juga heran Han, kenapa dia masuk kelas unggulan ini?” lanjut teman Hany.
“mungkin salah orang kali. Bodo ah! Gak penting, ngapain juga aku ngurusin dia! Yuk cabut!” tukas Hany. Mereka segera keluar kelas.
“Jangan difikirin ya Sya, mereka semua salah. Kamu gak seperti itu koq “ Dinda menepuk bahu Tasya penuh iba.
“engga apa-apa koq. aku gak peduli dengan pembicaraan orang-orang, baik atau buruknya aku. yang penting aku ngelakuin ini dengan hasil kerja keras aku sendiri.” Jawab Tasya Rendah.
“hm..Ketika kita ingin sekali menggapai sebuah impian, pastinya kita selalu mempunyai niat yang pertama. Kita terus berdoa dan terkadang merelakan waktu hanya untuk impian tersebut.” Ucap Dinda.
“iya..tapi, kita jangan terlalu berharap untuk bisa menggapainya. karena jika impian itu tidak bisa kita gapai. pasti, hati ini akan retak dan sangat kecewa. Kita akan terganggu sekali untuk beribadah kepada Allah, berbicara dengan kedua orangtua, teman, sahabat, ataupun kepada yang lainnya.
Kita harus fokus! Dengan apa yang akan kita lakuakan. Terusalah berkata dalam hati “bahwa aku sudah melakukan yang terbaik. Aku tak peduli hasilnya bagaimana, yang aku fikirkan hanyalah, semoga ini bisa membahagiakan diriku sendiri dan orang lain nantinya! Yaa...kita harus berkata seperti itu, tetap optimis dan tidak boleh pesimis.” Lanjut Tasya percaya diri. Yang membuat Dinda melongo mendengarnya.
“Masa depan itu nomor satu, masuk surga itu impian semua manusia. Hari ini adalah hari yang harus kita syukuri Din, karena kita diberi sebuah kesehatan dari allah, kita gak tau esok hari kita bisa seperti hari ini atau tidak? kita bisa menyapa teman dan sahabat kita lagi atau tidak? kita bisa mengungkapkan perasaan cinta terhadap seseorang atau tidak? Apalagi yang paling utama, kita bisa mencium tangan kedua orang tua kita lagi atau tidak? dan yang terkhir, kita masih bisa membuka mata kita lagi atau tidak? Yaa, kita memang tidak tau apa yang akan terjadi dengan hari esok , yang jelas kita harus selalu bersyukur. gak boleh menyerah dan tetap tawakal dan berdoa kepada Allah.” Lanjut Tasya.
“Ya Allah Sya, aku salut sama kamu. Ternyata dibalik keluguan kamu selama ini? Kamu tetap optimis. Aku bangga punya temen kaya kamu” ucap Dinda haru.
“selama 3 tahun ini, kalian mengajariku untuk optimis. Yahh.. walaupun tidak secara langsung!” Tasya tersenyum.
SELESAI-
#30DWC hari ke 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar