Malam bertabur bintang, gemerlap sinarnya tak sedikitpun membuat aku tesenyum, aku terus menukik bibirku. Entah kenapa aku gelisah seperti ini? padahal besok aku akan berangkat ke jakarta karena aku berhasil diterima di universitas pilihanku. Aku menengok ke arah meja belajar, disana terdapai frame mamah, aku mengambilnya dan lekas memperhatikan wajah mamah, ku peluk photo itu lekat-lekat, tak terasa air mataku meleleh, aku terisak. Hati aku sedih, aku yakin di sana pasti aku akan sangat merindukan mamah. Kesedihanku tak dapat aku bendung, aku menangis pelan aku tak mau keluargaku mendengar tangisanku ini. tak lama ada seseorang masuk ke kamarku, aku lupa mengunci pintu kamarku, ternyata itu mamah. Mamah duduk disampingku, aku masih memeluk fhoto mamah.
“kamu kenapa nangis nak?” tanya mamah sambil mengusap rambutku
Aku menggeleng pelan, aku tak mau mamah tahu kalo aku nangis karena aku akan merindukan mamah disana nantinya.
Mamah mengambil fhoto dipelukanku, aku menunduk malu. Mamah langsung memelukku. Aku pun kembali memeluk mamah, tangiskupun kembali meleleh
“Mahh... aku nggak mau jauh dari mamah” bisikku pelan
“mamah ngerti nak, tapi ini saatnya kamu tunjukin ke mamah, bahwa putri mamah yang satu ini udah dewasa, udah mandiri, kamu gaperlu khawatir, kalo kamu kangen sama mamah kamu tinggal telpon aja.”
Aku memluk mamah nambah erat, berada dipelukan mamah memang tenang dan damai, aku merasa aku adalah anak yang paling bahagia bisa mempunyai mamah yang baik seperti ini.
“mah maafin aku ya, aku masih aja manja kaya gini. Padahal adik aja ga manja kaya aku gini ya mah.. hehe” aku menertawai diriku sendiri
“gapapa nak, mamah ngerti. Ini kan anak putri mamah yang paling manja, mamah udah biasa dengan kemanjaan kamu koq”
“ah mamah... “ aku mencium kening mamah
“tapi nanti aku bakal kangen sama mamah “ aku cemberut
“yang sabar sayang.. kamu tahu? Kalo kamu sabar Allah akan menggantikan kesabaranmu dengan sesuatu yang luar biasa”
“oke oke.. aku bakal sabar selama empat tahun.. sabar jauh dari mamah.“
“sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar nak” ucap mamah. aku tersenyum. Ku niatkan dalam hati bahwa aku harus sabar, aku yakin aku pasti bisa melewati hari selama empat tahun tanpa mamah
*****
Esoknya aku dan mamah langsung berangkat, menuju kostan dekat kampus. Setelah merapikan semuanya. Mamah pamit pulang dan disinilah aku kembali meneteskan air mata. Mamah kembali menasehatiku. Sabar sabar sabar.. akan ada masanya kita sendiri tanpa satu orangpun. Aku pun kembali meyakinkan hati bahwa kini aku bukanlah gadis manja yang harus ditemani mamah setiap harinya. Aku akan buktiin ke mamah kalo aku bisa. Mamahpun lekas meninggalkanku.
Kini hari hari ku tak lagi bersama sosok yang luar biasa itu. Aku mencoba terus menyesuaikan diri dengan keadaan yang sekarang, kesendirian yang sepi.
Satu tahun berlalu, aku mulai mengerti arti dari kemandirian ini,aku sudah mulai terbiasa, namun ada masalah lain yang membuat aku sedih setiap malam, aku tak mempunyai teman, aku kemana-mana sendiri dan selalu sendiri. Aku heran kenapa tak ada satupun yang mau berteman denganku, padahal aku udah mulai gabung kepada mereka tapi? Ah.. aku rindu sahabatku disana, aku pun menceritakan semuanya kepada mamah. Tapi apa jawaban mamah? Aku harus kembali sabar. Kata itu yang kadang membuat aku kembali percaya, karena aku tahu jika aku sabar pasti Allah bersamaku.
Dua tahun berjalan, akhirnya aku menemukan jawaban dari nasehat mamah, aku tetap sabar menjalani kesendirian namun ternyata kesabaranku membuahkan hasil, kini aku mempunyai banyak teman, aku senang, karena mereka lah yang mengisi hariku, hari hariku penuh warna dengan canda tawa mereka.
Setelah itu masalahku tak selesai disini, di tahun ketiga aku mulai peka dengan perasaanku, bagaimana tidak, teman teman ku semuanya telah mempunyai kekasih, sedangkan aku? Masih tetap sendiri.. sifat manjaku masih tetap ada, aku mencoba menceritakan semuanya kepada mamah, apa daya. Aku harus sabar katanya. Heuuu... aku muak sebenernya mendengar kata sabar.
Memaknai kata sabar memang tidak ada batasannya, kata sabar yang melatihku untuk tetap berfikir positif atas masalah yang aku terima. Pernah suatu hari, aku memfokuskan diriku untuk memaknai nasehat mamah yang tiada lain aku harus sabar, sabar, sabar ...
Lalu, diawal tahun ada seseorang yang mendekatiku, entah siapa itu namun setelah berjalannya waktu kami merasa nyaman dan at leats, aku menceritakan semuanya kepada mamah.. mamah senang mendengarnya karena kata mamah aku sudah menemukan ari dari kesabaran ini, aku benar-benar bahagia mempunyai mamah yang telah mengajarkanku arti dari kesabaran selama ini, ah mamah.. makasih atas semua nasehat yang engkau berikan, aku tidak tahu akan jadi apa aku tanpamu.
Sekian
#30DWC hari ke 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar