Senin, 07 Maret 2016

Long Distance Relationship part 2

          Setelah lama perjalanan, akhirnya aku sampai juga, untuk pertama kalinya aku menginjakan kaki di negri sakura, disana terlihat banyak orang yang membawa papan. Pandanganku terus menjelajahi arena tersebut, mencari namaku yang dipangpang. Setelah beberapa menit. Akhirnya aku menemukan juga, disana papan bertuliskan MANDA ANGGRAENI FROM INDONESIA tertulis tebal memakai spidol hitam.
aku segera menghampiri orang yang memegang papan tersebut.
“Konnichiwa..(selamat siang)” sapaku ke lelaki berprawakan kurus itu, ia memakai kaos biru dongker dan celana jeans, dengan topi hitam yang ia kenakan. Terlihat keren memang. Lelaki itu menoleh kepadaku, ia terlihat takjub.
“gome ne.. watashi no namae wa Manda Anggraeni desu, Indonesian ni sunde imasu” (maaf, nama saya manda anggraeni dari Indonesia) kataku sambil menundukan kepala. Namun lelaki itu masih mematung, ia terlihat bengong. aku sedikit heran, kenapa dia bengong begitu? Tanyaku dalam hati.
“bener kamu Manda Anggraeni dari Indonesia?” tanya dia
“Dia bisa berbahasa indonesia? syukurlah” aku sedikit lega
“iya..” jawabku
“oh,, ini toh yang namanya Manda” kata dia tersenyum
Aku cuma bales tersenyum
“kamu bisa bahasa indonesia?” tanyaku
“iya.. tenang aku asli indonesia koq”
“begitu ya..” aku nyengir. Karena aku gak perlu susah-susah pake bahasa jepang, toh kaka ini juga kan mengerti bahasa Indonesia.
“nama ku Ripa Killua, aku utusan sensei Vera untuk menjemputmu di bandara, ini kartu nama ku” lelaki itu menyodorkan tanda pengenalnya.
Aku mengambil kartu itu dan membacanya.
“khawatir kamu tidak memercayaiku” lanjutnya.
“ aku percaya koq” ucapku. Lelaki itu tersenyum. Wah.. benar-benar hansamu ne(tampan)..
“dozo yoroshiku”(senang berkenalan denganmu) ucapku lembut.
“dozo(saya juga).. ayo ikut aku. Kita akan segera menuju apartemen keluargaku, kamu akan tinggal disana, tante dan om ku yang akan mengurus semua urusanmu dengan japan foundation”
“begitu ya? Aku senang mendengarnya” Kataku
“kamu hebat!” ucap lelaki itu
“hebat? Kenapa bilang begitu?” tanyaku jelas heran sambil terus  berjalan mengikutinya.
“iya.. kamu hebat bisa jadi siswa untuk pertukaran pelajar ke negri ini” dia menjelaskan
“oh.. biasa saja.” Kataku pelan

Kami segera melaju menuju apartemen menggunakan mobil yang ka Ripa sendiri yang mengemudinya. Diperjalanan, pandangan ini tak henti-henti menengok ke jendela. Benar-benar keren dan indah, segera aku memotretnya dengan camera SLR yang aku bawa.

“kamu suka pemandangan ini?” tanya lelaki itu
“suka banget ka..” jawabku sambil terus memotret.
“dulu juga aku begitu” kata dia
Aku tersenyum.
“oya.. nama akhir kaka unik” kata ku sambil melihat wajahnya
“begitu kah? Bisa saja kamu”
“aku serius..”
“fikiranmu saja”
aku mengangkat bahu “oya.. Kaka sekolah dimana?”
“universitas tokyo”
“serius? Wah.. hebat!” kataku takjub
“SMA disini juga?” tanyaku lagi
“engga.. di indonesia. Dapet beasiswa kesini”
“o yah? Waw.. kaka bener-bener hebat deh” aku bener-bener takjub
“engga.. biasa saja” lagi lagi dia berkata seperti itu, bener-bener lelaki yang rendah hati.

XXXXX
Mobil ini berhenti disebuah gedung yang menjulang tinggi, aku langsung turun, dan pastinya tanganku segera memotret pemandangan yang ada di depan gedung itu, taman yang dihiasi bunga sakura yang mekar, kebetulan saat ini sedang musim semi. Walaupun 3 hari terakhir.
Ka Ripa hanya menggeleng-geleng tersenyum, ia menghampiriku yang sedari tadi memotret.
“saat pagi hari tamannya lebih indah”
“benar kah? Aku gak sabar untuk menunggu esok pagi”
“yaudah.. masuk yuk. kamu kan perlu istirahat setelah perjalanan yang begitu panjang” kata ka Ripa pelan
aku jelas tertegun, padahal baru saja aku dan dia bertemu tapi kenapa sikap dia sehangat ini? apa dia udah tau banyak tentang aku? Sebenarnya dia itu siapa? Apa ada hubungan darah dengan sensei vera? Atau? Ah.. biar aku tanyain nanti.

“sini aku bawain kopernya” pinta ka Ripa
“hm.. gak usah ka biar aku aja. Makasih” aku menolaknya karena aku nggak mau ngerepotin dia.
“udah gapapa.. apartemennya ada di lantai dua lho.. sini” ka Ripa mengambil koper dari tanganku. Ya sepertinya dia tau kondisi aku yang lagi cape. aku segera mengekor mengikuti ka Ripa yang telah jauh didepan.
Akhirnya aku sampai disebuah apartemen, ka ripa segera membuka pintunya.
“masuk Manda...” kata dia
“hm.. iya”
Apartemen ini terlihat rapi dan bersih, sepertinya tak banyak orang yang menghuni apartemen ini, terlihat dari dekorasi dan tatanannya yang teratur.
“koq sepi ya ka?” tanyaku
“tante sama om jam segini belum pulang, tante Bisky masih di japan foundation. Karena ia bekerja disana, sedangkan om Leorio ia seorang dokter” ka Ripa menjelaskan.
“oh.. begitu..” aku manggut-manggut
“bentar ya Manda.. aku ambilin minum dulu”
aku mengangguk lagi
Ka ripa datang dengan sebuah juice alvocado yang ia buat, ia segera menyuguhkan ke meja yang tak jauh dari tempatku duduk.
“diminum manda..” ucap ka Ripa
“iya..” aku masih duduk di sofa itu, wajahku terlihat sedikit bingung.
Sedangkan Ka ripa duduk disebelahku. Ia mengeluarkan sebuah ponsel. aku merasa sedikit risih, bagaimana tidak aku duduk bersebelahan dengan seorang lelaki yang baru aja aku kenal, didalam ruangan tertutup gini lagi. Aduh aku mulai cemas
“moshi moshi..(hallo) tante, manda udah datang nih, dia sekarang udah di apartemen sama Ripa”
aku tak memperhatikan percakapan ka ripa ditelpon, aku masih sibuk mengira-ngira apa hubungan dia dengan sensei?
Tak lama ka Ripa memberikan ponselnya.
“nih.. tante Bisky mau bicara”
aku melongo.
“hei.. ini tante bisky mau bicara kepadamu”
“Oh.. iya” aku mengambil ponsel itu
“moshi-moshi(hallo)” kataku sambil melirik ka ripa yang sedang mencuil stick dimeja.
“iya. o genki desuka manda-san(Gimana kabar kamu?)” terdengar suara wanita disebrang sana.
“genki desu (baik).. “ jawabku pelan.
“hai.. manda-san. Hajimemashite. Watashi no namae wa bisky desu(perkenalkan, nama saya bisky).” Terdengar pasih suara perempuan itu menggunakan bahasa jepang.
“oh.. dozo yoroshiku(senang berkenalan denganmu)” aku sedikit gugup.
“dozo.. kamu jangan khawatir, saya tantenya Ripa sekaligus panitia di japan foundation, dan kebetulan saya yang akan mengurus semua keperluanmu disini,  karena saya adalah sensei pembimbingmu”
“benar kah? Arigato ne(terimakasih)” senyumku berkembang
“do itteshimashite(sama-sama) Watashi no go ji ni uchi e kimasu(saya akan pulang kerumah jam 5)”
“hai.. Daijoubu(iya. Tidak apa-apa)”
“iya.. anata wa yasumimasu ne(kamu istirahata ya) Ripa akan menunjukan kamar untuk kamu”
“hai sensei bisky.. wakarimasu(iya. Saya mengerti)”
“hai.. ima nani o shimasuka manda-san?(sekarang Kamu sedang apa)”
“watashi no jusu o nomimasu.(saya sedang minum juice) Hehe”
“oh begitu.. ya udah, sensei lanjut kerja dulu ya. Sayonara(sampai bertemu)”
“sayonara sensei”
aku langsung menyerahkan ponsel ke ka Ripa yang masih lahap memakan stick.
“gimana? Sekarang kamu udah percaya kan?”
aku mengangguk senang
“yaudah, saya antar kekamar kamu ya”
“iya..”
aku mengikuti ka Ripa menaiki anak tangga, dan ka ripa berenti disebuah pintu berwarna silver bergerat.
“ini kamar kamu..”
“oh.. iya ka.”
“yaudah.. kamu istirahat dulu, kalo ada apa-apa saya di lantai bawah.”
“iya...”

aku langsung masuk kamar, ruangan ini cukup besar, luasnya 2 kali dari kamarku. Background dikamar ini digambarkan bunga sakura yang begitu mekar, terasa sejuk, seperti di surga. Disana terdapat satu set tempat tidur, satu almari besar, satu set meja belajar beserta lampu diatasnya, dan sebuah sofa dekat jendela dengan televisi yang menempel di dinding. Ada bathroom juga.
aku segera mendekati jendela, tirai warna merah muda setia menemani jendela itu. aku takjub melihat  pemandangan dibawah sana, kota tokyo ini begitu indah. Ah.. terimakasih Tuhan, akhirnya aku bisa menghirup udara di negri ini.
Setelah merapikan beberapa pakaianku dialmari. aku langsung mandi, mengganti pakaian santai dan merebahkan tubuh ini ke atas kasur berseprai putih bergelombang.
aku segera mengambil tablet, rupanya ada pesan masuk.
Pesan dari mamah
“manda sayang.. kamu udah sampe belum? Kamu baik-baik aja kan? Gimana disana? Kamu sudah ketemu guru pembimbing kamu?”
 aku terseyum, ah.. mamahku, emang mamah nomor satu di dunia. Tak lama aku membalas pesan mamah.
“aku udah sampai mah, baru aja. Aku juga udah tahu dengan guru pembimbing aku. Namanya Sensei Bisky. Tapi aku belum ketemu, beliau masih di japan foundation. Sekarang aku di apartemen yang bakal menjadi tempat tinggalku selama 10 hari kedepan. Mamah do’a in aku ya, aku sayang mamah”

Saat aku sukses mengirim pesan kemamah, ternyata ada pesan masuk bersamaan.
Dari sensei Vera.
“Manda-san.. sekarang kamu udah tahu kan siapa sensei pembimbing kamu disana? tadi sensei Bisky udah hubungi saya. sekarang kamu lagi di apartemen ya sama Ripa? Jangan khawatir.. Ripa orangnya baik. Dia keponakan sensei Bisky, asli indo juga koq. Baik-baik ya  disana. Ikutin semua arahan dari sensei Bisky. Karena dia udah bersusah payah mempertahankan kamu sebagai siswa pembimbingnya.”

“iya.. oh ya, emang sebelumnya sensei bisky udah tau manda?”
Balas ku.

“Dia punya saudara di Indonesia, dia juga bisa berbahasa kita, makanya dia kekeh mau jadi pembimbing kamu. Beliau sahabat sensei”
Tak lama sensei balik balas

“benarkah? oh begitu ya.. oke deh sensei. Nanti manda kabaran sensei lagi kalo ada apa-apa. Sayonara”

“syukur kalo emang kamu udah tau guru pembimbingnya. Mamah sama papah lega dengernya. Inget ya sayang.. jangan macem-macem. Kalo Kemana-mana bawa tuh smartphone kamu. Mamah khawatir. Jangan lupa istirahat yang cukup juga. Doa mamah selalu menyertaimu.”
Balasan dari mamah. aku tersenyum bahagia. Dan akupun memutuskan untuk tidur.

XXXXX
Setelah lama tertidur, aku bangun dengan tubuh yang kembali fresh.
Saat aku mulai membuka mata ini entah kenapa hati ini kembali takjub karena menyadari aku udah di negri impianku ditambah dekorasi kamar yang ditaburi dengan bunga sakura. Oh indah sekali..
Waktu sudah menunjukan pukul 3 lewat. Dengan langkah gontai aku menuju lantai bawah, menuruni anak tangga yang lumayan banyak.
“ka Ripa?” panggilku sambil celengak celinguk nyari sosok pria itu.
“kaka..” aku terus memanggil. Aduh.. kemana ya ka Ripa..
aku duduk di sofa, tak lama ka Ripa datang menuruni anak tangga. Ia tersenyum jail kepadaku.
“aduh.. maaf ya Manda. Tadi saya abis ngerjain tugas dulu”
“gapapa.. koq kaka di lantai atas? Katanya kalo ada apa-apa kaka dilantai bawah?” tanyaku sedikit heran.
“hm.. kirain kamu istirahatnya ga selama ini”
“hehe.. maaf ka” aku nyengir
“ga apa-apa. Saya ngerti koq. makanya tadi saya putusin buat ngerjain tugas dulu dikamar.”
“kamar kaka dilantai atas juga?” tanyaku
“iya.. disebelah kamar kamu”
What? Disebelah kamar aku? Duh,, apa gak salah? Desahku
“gimana? Udah enakan?” tanya Ka Ripa
“iya.. “
“mau kaka anter ke taman ga? Supaya gak bosen”
“boleh,, tapi bentar ya ka. Aku ambil kamera aku dulu”
aku segera berlali menaiki anak tangga dan mengambil kamera SLR.
“ayo ka..” kataku setelah kembali dengan cepat

aku dan ka Ripa keluar dari apartemen ini dan menyusuri trotoar jalan, menyebrang dan akhirnya sampai ke taman ini. tentunya aku langsung memotret bunga sakura itu beberapa jipratan.
“bagus ya ka” ucap aku
“iya..”
“kaka mau di fhoto ga?” tanyaku sambil becanda
“hm.. boleh. Udah lama juga gak difhoto” kata dia
“terlalu sibuk ngampus yaa?” tanyku jail
“hehe.. ga tau nih, yang jelas males aja fhoto-fhoto”
“emang hobby kaka apa?”
“my hobby? Gak ada hobby khusus sih. Biasa-biasa aja”
“berapa jam waktu belajar kaka dalam sehari?”
“10 jam..”
“berarti kaka hobbynya belajar.”
“ah,, pertanyaan menyelidik tuh”
“hehe.. lagian ditanya hobby aja, ga ada.. buktinya kaka belajar 10 jam dalam sehari”
“ tapi itu bukan hobby my priences..  that all kewajiban. You know kewajiban? Kaya sholat. Wajib dikerjakan.”
What? My priences.. duh.. tadi dia kelepasan apa sengaja ya? Atau apa dia udah biasa bilang seperti itu ke siapa aja. Duh.. ka Ripa.. koq aku jadi degdegan gini.
“oh begitu.. yaudah aku fhoto sekarang ya..”
aku nyengir. Semoga aja yang dibilang ka Ripa barusan itu real dari hatinya, hhe Duh.. sebentar lagi SLR aku bakal ngesave pria berwajah tampan nih, hehe. Walaupun ia asli indo tapi wajahnya kayak jepang. Kulit putih, sipit, manis lagi.. hehe
“coba saya lihat hasilnya?” pinta Ka Ripa mendekati ku
aku memperlihatkan hasil jepretan aku barusan.
“sekarang kamu lagi ya.. sini saya fhotoin”
“hah? Tapi ka?”
“udah gapapa.. sini”
“eh.. tappii..”
“cepet keluarin gaya kamu..”
aku terpakasa berpose,, seneng banget bisa difhoto dinegri ini, dibawah pohon bunga sakura dan ka ripa lagi yang fhotoin aku
“gimana ka?” aku langsung menghampiri ka Ripa. Namun saat aku berlari ingin mendekatinya, tiba-tiba aku tersandung. Dan tiba-tiba ka Ripa Refleks menangkap aku. Kini aku berada dipelukannya. Wajahku ada dibawah wajah ka Ripa. Dia memandang wajahku serius, seperti pandangan Taufan dulu saat aku didanau. aku Cuma bisa memandangnya balik dengan wajah penuh kebingungan.
“hm.. ka?” aku membuyarkan pandangannya ka ripa
“oh.. maaf manda” ucapnya kikuk.
“gapapa.. maaf juga ya ka. Aku gak sengaja” kataku gugup
“iya.. kita pulang yuk” ajak ka ripa
“ayo..” aku mengekor dengan wajah merah merona

XXXXX

Setelah mandi sore dengan shawer hangat, aku browsing diruang tengah menghadap jendela. Melihat info japan foundation, dan yang terutama melihat biodata sensei Bisky.
Tak lama ka Ripa datang dengan teh hangat yang ia buatkan buat aku.
“manda.. ini saya buatin teh”
“serius? Aduh.. kaka gak usah repot-repot. Biar aku aja yang buat sendiri”
“gpp.. kamu kan tamu disini.. wajar koq”
“hm.. makasih ka.” aku menerima cangkir teh hangat itu
“sebentar lagi tante bisky akan datang, dia udah dijalan.”
“o.. yah?” tanyaku
Ka ripa mengangguk.

Ting nong..
Suara bel berbunyi
“nah.. itu dia tante bisky dan om leorio”
aku tersenyum ragu, aduh.. moga aja aku ga gugup didepan sensei bisky nanti.
“hai..manda-san?” kata sensei bisky
aku mengangguk.
“gimna Manda? Kamu udah istirahat?” tanya sensei Bisky
“udah sensei.” Ucapku pelan
“kenalin ini suami sensei, Leorio-san.” Katanya
“hai.. watashi wa Manda desu” kata aku sambil mengangguk sopan
“iya.. kamu siswanya sensei Vera?”
“iya..”
“sebelumnya kamu pernah bermimpi bisa ke negri ini?” tanya om Leorio
“hmm.. sering.. om leorio. Bisa dibilang negri jepang ini adalah negri impianku”
“hebat dong.. bisa ke capai”
aku mengangguk senang.
“yaudah.. sensei mau istirahat dulu. Besok pagi kita bicarain lagi yaa manda..” kata sensei Bisky.
“iya sensei..”
Ka Ripa yang sedari tadi asyik memainkan tabnya, kini ia menghampiriku.
“Memang biasanya tente sama om begitu, setelah pulang kerja langsung istirahat karena tugas mereka bener-bener bikin mereka perlu istirahat. Bisa dibilang Person of busy.” Ka Ripa duduk disebelahku
“gapapa koq ka.. aku ngerti”
“kamu laper ga?” tanyanya
“hm.. iya ka aku laper.. hhe”
“yaudah... yuk makan. Kaka bakal buatin sushi spesial buat kamu”
“kaka bisa bikin sushi? Benarkah?”
“iya.. yaudah yuk cepet!” ka Ripa menarik lenganku
aku tersenyum senang. Terimakasih god. Di negri yang asing dan menyenangkan ini aku bisa bertemu dengan orang sebaik ka Ripa.

XXXXX

Esoknya, pagi-pagi buta aku udah duduk manis di livingroom, ditemani dengan secangkir ocha hangat. Tumben ka Ripa belum keliatan, dia belum bangun kali yaa..
aku mengklik red tombol yang ada di remote, sebuah tv Lg berukuran besar menyala sempurna di dinding. aku melihat film jepang yang menceritakan ibu dan anak. Seketika hati aku ingat mamah. Padahal baru 3 hari.. tapi udah kangen kaya gini. Mamah, love you so much. aku tersenyum dan sedikit meneteskan air mata.
Ternyata di tangga sana, sensei bisky memerhatikanku, ia langsung menghampiri dan duduk disebelah aku
“Manda.. “
“aih.. tante, eh maaf. Sensei.. hmm”
“kalo dirumah tante aja. Nanti kalo di Japan Foundation baru panggil sensei”
“oh begitu.. iiya”
“gimana? Kamu betah ga?”
“hm.. mencoba menyesuaikan sih tante”
“bagus.. 2 hari lagi musim semi akan berlalu, dan udah jelas musim dingin bakal datang. Tubuh kamu pasti akan sulit menyesuaikan suhu disini.”
“aku udah bawa baju hangat koq tan.”
“dari indonesia?”
“iya..”
“ada berapa?”
“Cuma satu.. hehe.”
“gak bakal cukup, tante saja yang sudah lama disini perlu 2 lapis mantel”
“o yah?” tanyaku sedikit kaget
“sedingin itukah tante?”
“iya.. nantii biar Ripa yang anter kamu beli mantel yaa..”
Tiba-tiba Ripa datang.
“apa tan?” tanyanya menyambung obrolan
“hari ini kamu gak ke kampus kan?”
“he’em..”
“antar manda belanja mantel ya. Persiapan menyambut musim dingin”
“oke.. never mind”
“yaudah.. kita sarapan dulu yaa.. tante udah siapain bread and selai strowberry ”
“pineapple tan?” kata ka Ripa.
“ada juga koq”
“om Leorio gak ikut sarapan?” tanyaku
“ia udah berangkat dari tadi pagi. Ada tugas diluar kota”

 XXXXX

“Ripa..” kata tante Bisky
“iya tante.. ada apa?”
“menurut kamu manda gimana?”
“orangnya baik..”
“cantik juga kan?”
“ah? Hm.. ya cantik..”
“heehe.. selagi kamu lagi libur. Ajak ia keliling tokyo. Kasian, mulai dari besokkan ia harus menghabiskan waktunya belajar di JP. Paling ada waktu libur lagi sehari sebelum ia pulang.”
“sepadat itu jadwalnya?”
“iya.. kamu mau ya?“
“iya tante”

XXXXX

Setelah itu aku dan ka Ripa langsung menuju pusat perbelanjaan untuk membeli mantel.
“kaka libur hari ini?” tanyaku saat mobil mulai melambat
“iya nih manda.”
“weekend dong yaa?”
“sama aja, gak ada aktivitas khusus”
“koq begitu?” aku menoleh kepadanya
“kecuali kamu mau nemenin weekend aku”
“kemana?”
“kemana aja”
“gak bakal ditanyain tante bisky?”
“gpp.. tadi aku udah bilang koq. kamu mau kan?”
“iya ka...” aku tersenyum.
Hari ini aku menuju pusat perbelanjaan, memasuki toko yang menjual mantel hangat. Pengunjungnya sangat padat, mengingat 2 hari lagi musim dingin akan datang. Disana ka ripa memilihkan 4 mantel berwarna pink muda, biru dongker, hitam dan hijau tosca, topi hangat, sarung tangan dan syal sakura. Dia begitu sabar dan terlihat sangat menikmati, begitupun dengan aku, hanya beberapa hari saja aku udah merasa nyaman berada didekatnya. Ka Ripa... sosok lakilaki gentle dan cerdas. Wajahnya juga sangat unik, seunik nama akhirnya, killua.. seperti tokoh kartun jepang hunter x hunter.
Setelah berbelanja ka Ripa mengajakku ke sebuah resto.. disana aku memesan sushi spesial dan ocha. Sedangkan ka Ripa. Ia memesan stick daging bakar. Ternyata ini makanan kesukaannya.
Setelah menghabiskan makanan, ka Ripa mengajakku ke sebuah jembatan penghubung kota. Indah dan romantis, tidak heran banyak pasangan yang mengunjungi tempat ini.
Ka ripa memegang lenganku  saat aku sedang asyik mengambil gambar. aku menoleh bingung.
“kamu suka tempat ini manda?” tanyanya
“aku suka banget ka..” aku tersenyum dan kembali memegang tangannya.
“o yah.. lain kali pacarmu ajak kesini” kata ka Ripa
aku segera melepaskan tangan ka Ripa. Pacar? Ah... Ka Ripa mengira kalau aku punya pacar? Huft.. kirain dia tadi memegang tangan aku karena refleks tulus dari hatinya. Ternyata? Ah.. itu berarti pandangan dia selama ini, hanya pandangan empati, tanpa arti, seperti Taufan. Duh,, kenapa tiba-tiba aku keinget taufan? Ya,, lakilaki jahat yang udah membuat luka, tapi kenapa hal itu juga hampir sama dengan ka Ripa?. aku gak  mau kalo sampe ini terulang lagi. aku gak mau sakit hati lagi..
“manda?” kata ka Ripa membuyarkan semuanya.
“kamu kenapa?” tanyanya lagi
“bisa antar aku pulang..” ucap aku dingin
“kamu mau pulang? Padahal kita baru saja kesini. Kamu gak mau memotret lebih banyak tempat ini lagi?..”
aku menggeleng pasti
“o yah.. kamu juga belum difhoto loh.. sini kaka fhotoin”
“gak perlu.. aku mau balik ke apartemen”
“oh.. yasudah” kata ka Ripa pasrah.
 Dijalan arah pulang, tidak ada percakapan antara aku sama ka Ripa. Sengaja aku memasang eartphone.
Ka ripa sesekali menoleh kearah aku. aku tetep cuek dan masabodo. Terlihat dari bibir yang aku tarik menukik.
Mobil berhenti sempurna diapartemen, aku segera turun dan menuju apartemen tanpa menunggu ka Ripa memarkir mobil.
Memasuki kamar, dan menangis terisak dipelukan teddy bear.
“kenapa harus kaya gini lagi sih? Kaka kenapa harus begitu juga? Emang semua lakilaki begitu ya? Nyebelin.. gak mau kalo sampe kejadian itu terulang lagi. Nggaaakkkkkkkkkkkkk.. hiks.. hiks” tangisku terus meleleh. Sedih rasanya jika aku harus mengingat apa yang taufan pernah lakuin. Dan ka ripa?  Lakilaki yang bikin aku nyaman, ingin mengulanginya.. oh tidak.. jangan harap kalian bisa seenaknya sama aku”
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu.
“Manda...” suara ka Ripa dibalik pintu
aku cepat-cepat mengusap airmata.
“manda.. ini belanjaan kamu.”
Oh my god. Kenapa aku sampe lupa sih? Duh,, gimana ini? masa aku harus keluar dengan keadaan yang kaya gini? kalo aku gak keluar, ga sopan kesannya. Bagaimanapun aku tamu disini.
Yaudah deh aku keluar aja.
“hm.. iya ka” aku membuka pintu
“ini belanjaan kamu, tadi ketinggalan dimobil. Kamu lupa membawanya?” tanya ka Ripa
aku menggangguk “iya ka.. maaf..”
“kamu kenapa? Marah sama aku?”
”hm.. gak koq ka. Aku gak kenapa-kenapa”
“terus kenapa kamu tiba-tiba ingin pulang, padahal kaka tau banget kalo kamu masih pengen disana lebih lama lagi”
“pengn pulang aja”
“manda”
“hm?”
“kamu nangis? Kenapa?”
“nggak,, ini Cuma kelilipan koq ka”
“jangan bohong! Kamu nangis gara-gara kaka ya?”
“hm.. nggak ka” Hiks...hikss
“kamu kenapa manda?” ka Ripa berbisik
“nggak ka, aku gak kenapa-kenapa.. hiiks.. hiks”
“maafin aku”
“kaka gak perlu  minta maaf.. kaka gak salah”
 “kaka tau, pertanyaan kaka tadi udah bikin kamu kaya gini. Maafin kaka ya”
“hiks... hiks”
“manda.. cerita sama kaka. Ada apa sebenarnya. Kalo emang gara-gara pertanyaan tadi kamu kaya gini. Emangnya kamu diapaakan oleh pacar kamu. Diselingkuhin? Dihianatin? Atau disakiti?”
“stoppp! Aku gak kenapa-keanapa.. dan inget! Kalo aku itu GAK PUNYA PACAR.. jadi aku harap kaka gak ngomong yang macam-macam.. maaf  ka aku mau istirahat” aku langsung menutup pintu kamar.
XXXXX

“kamu udah siap manda?” tanya sensei bisky
“iya sensei..”
“ini kelasnya.. sebentar lagi akan ada sensei Takashi. Ia pimpinan JP. Bersikap yang baik ya..”
aku mengangguk.
Tak lama sensei Takashi masuk ruangan, disana ia memperkenalkan diri, lalu memberikan motivasi kepada siswa yang ada diruangan ini.
Setelah selesai. ada seorang perempuan berwajah tegas memakai kimono bergantian memasuki ruangan, ia panitia JP. Beliau menjelaskan semua kegiatan yang akan dilakukan seminggu kedepan, dimulai dari besok yaitu pidato, debat, menyanyi, rolleplay, perkenalan budaya, dan interview.
 “Akan ada satu orang yang akan memenangkan perlombaan ini, maka dari itu sebisa mungkin, kalian manfaatkan sensei pembimbing kalian. Karena kalian merupakan teamwork.” Ucapnya
aku menoleh kearah sensei Bisky, ia tersenyum, aku pun ikut tersenyum.

XXXXX

Sepulang dari JP. aku langsung dibawa ke asrama, disana aku mulai dilatih oleh sensei bisky, hingga larut malam aku dan sensei terus berlatih, karena kami tidak mau jika sampai kami tereleminasi. Maka dari itu perlu berlatih yang luar biasa, mengingat lawan yang tangguh-tangguh.
Esoknyapun aku  memulai perlombaan. Dan setelah pengumuman hanya 5 orang yang tersisa. Yaitu aku dari indonesia, Van beef dari Belanda, William Denar dari AS, Rajaratnm dari singapur dan lawan yang benar-benar tangguh Kurapika dari jepang.
Sensei Bisky sangat kagum kepadaku, karena that is a history because the first something. Oh. Sensei memeluk ku. Tapi tidak puas dengan itu, aku dan sensei Bisky melanjutkan pelatihan untuk mempersiapkan perlombaan selanjutnya, karena pertempuran ini baru saja dimulai.

Saat debat, aku dan Van beef kebagian pro group, william dan kurapika kebagian kontra group sedangkan Rajaratnam sebagai penengah. Alhasil dalam perlomban debat ini perwakilan dari singapur yang harus tereleminasi.
Setelah itu aku dan Van bersahabat, karena gara-gara kejadian kemarin saat aku dan van menjadi satu group.

Selanjutnya lomba menyanyi, dan dengan terpaksa pada perlombaan ini Van harus tereleminasi, keterbatasan suara beliau yang membuat perjuangannya terhenti disini, dari awalpun emang dia sudah pesimis dengan perlombaan menyanyi ini karena dia tau menyanyi adalah kelemahannya yang utama.
Sedih memang, karena kini diasrama hanya ada aku, william dan kurapika.
Mereka lelaki yang sangat tangguh, sedangka aku? perempuan lemah, pasti pada perlombaan rolleplay aku yang bakalan tereleminasi, namun sensei bisky terus menyemangati. Ia meyakinkanku kalo aku harus bisa. Karena di rolleplay ini butuh perasaan bukan ketangguhan seorang lelaki.
Kami bertiga dijadkan satu tim. tema pada rolleplay kali ini tidak lain adalah cinta, diceritakan kalo aku seorang permaisuri jepang, sedangkan william dan kurapika seorang lelaki yang berebut mendapatkan hati permaisuri, di skenario. Kurapikalah yang akan memenangkan permaisuri, dan william harus mengalah, namun kenyataannya.. william tidak mau mengakui kekalahannya, ia melenceng dari skenario karena hampir saja ia melukai kurapika yang sedang memelukku sebagai permaisurunya. Dan akhirnya william didiskriminasi atau bisa dibilang ia tereleminasi. aku kaget bercampur senang, senang karena akhirnya aku masih bisa bertahan dan kaget karena kenapa william begitu? apa dia lupa dengan teksnya?, namun setelah sensei Tonari yaitu sensei pembimbing william menceritakan, bahwa william begitu, bukan karena lupa teks, malah karena ia mencintaiku. dan ia menitipkan surat untuk aku  disana ia bilang bahwa ia ingin bertemu denganku di taman asrama.
Esoknya saat jam break, aku bergegas menuju taman asrama. Seorang lelaki berkulit putih, hidung tajam dan rambut pirang telah menungguku.
“manda.. akhirnya kamu datang juga” ucap dia dengan berlogat bule
“aku datang william. Ada apa?”
“aku tau manda.. aku bodoh. Tapi aku begini karena aku tidak mau kamu bersama orang lain”
“what do you mean william?”
“i love you manda”
“what? What do you speak. I’m not understand”
“sorry manda.. if this quick, but my heart is love you”
Tak diduga dari kejauhan ka Ripa mendengar percakapanku dan william.
“sorry  willi.. l’m can’t because l loven’t you. Sorry willi.. l’m can’t”
“ah? If you want, never mind.. aku terima manda. Tapi sampai kapanpun I will always love you. I will miss indonesian.”
aku menunduk. Willi meninggalkanku sendiri ditaman asrama. Sepertinya ia kecewa, tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak  mencintai Willi,  aku menganggapnya hanya teman, dan gak lebih karena aku tau hati ini masih terisi oleh seorang lelaki baik dan cerdas itu. Ka Ripa. Tapi sampai kapan aku bakal memendam perasaan ini? sejak kejadian itu, sampe sekarang aku gak pernah bertemu dengan dia lagi, aku tidak pernah ke apartemen lagi. Dia juga tidak pernah menjengukku ke asrama. Ya.. memang dia pasti sedang sibuk kuliah. Karena aku juga tau dia murtel di kampusnya. Tapi kira-kira kapan ya aku ketemu dia lagi.?
“Ka Rippaaa...................................... Manda kangen sama kakaaaa” aku berteriak mengungkapkan perasaan yang rasanya udah enggak bisa dipendam lagi.
Eh? aku celengak celinguk, memastikan tidak ada yang mendengar teriakan aku tadi.
“duh,,, aku kelepasan. Semoga aja gak ada yang denger” ucapku  yang masih duduk dibangku taman asrama yang sedari tadi terlihat sepi.
“aku juga kangen sama kamu manda” tiba-tiba suara itu berbisik ditelingaku. aku terperanjat tak percaya dan segera menoleh.
“ka Ripa? Koq ada disini? Dari kapan?”
“iya.. kaka disini karena denger teriakan kamu barusan”
“hah? Kaka salah denger kali. Aku sama sekali nggak berteriak” kata ku pura-pura.
“terus siapa yang kangen ke aku diasrama ini selain perempuan dihadapanku ini?” ka Ripa duduk disebelahku
“hm.. maafin aku ka” aku menunduk malu
“aku juga kangen sama kamu manda..” ucap ka ripa sambil memegang tanganku
aku mendongak. Ia tersenyum
“manda.. kamu mau ga jadi pacar aku?”
 aku tersenyum lalu... mengangguk
Ka Ripa segera memelukku  erat dan mencium keningku  romantis

XXXXX

Ini adalah perlombaan penentuan siapa yang akan memenangkan perlomabaan keseluruhan dan penentuan siapa yang akan mendapat gelar murtel pada pertukaran pelajar tahun ini.
Berbagai usaha telah aku lakukan yang tentunya dengan bantuan sensei Bisky dan ka Ripa.

“ka.. aku takut” ucapku
“tenang sayang.. kamu pasti bisa” kata ka Ripa yang terus memegang tanganku yang telah dingin
“yakin ya.. kamu itu pasti bisa. Keluarin semua kemampuan kamu.” Ucap ka Ripa menasehati. Tapi aku masih saja harap-harap cemas. Tangan dingin dan gemeteran.
“sorekara no seito wa manda anggraeni-san...” terdengar panitia telah memanggil namaku untuk tampil.
“sayang.. doa in aku ya” pintaku pada ka Ripa
“pasti sayang.. semangat ya.!” Jawab ka Ripa

Setelah aku berada diatas panggung pertunjukan. Seketika aku mengingat mamah, papah, sensei Vera, Naila yang saat aku masih di Indonesia mereka bener-bener ngelatih aku bagaimana cara memperkenalkan budaya indonesia. Guru seni disekolah juga sering ngasih pujian kalo aku emang bener-bener ahli dibidang ini. aku tahu kurapika hebat dan ahli juga, tapi itu bukan berarti aku harus down. Ayolah Manda.. show it up!
Terdengar tepukan tangan penonton yang mencoba menyemangatiku yang sedari tadi masih diam.
“ya Allah.. bantu aku”
aku pun memulai atraksi.......................
Saat atraksi selesai semua orang memberi standing applouze terutama juri, Oh god,, thank you.

“hebat! Kamu hebat manda!” ucap sensei Bisky sambil memelukku saat turun dari panggung. aku membalas pelukannya.
“besok siang pengumuman kejuaraannya manda. Lebih baik sekarang kamu istirahat.” Kata sensei Bisky
“Ripa.. kamu bawa mobil kan?” tanya tante Bisky kepada ka Ripa,
Ka Ripa mengangguk.
“yaudah, ajak manda ke apartemen ya. Kasian dia perlu istirahat”
“oh.. tante juga ikut kan?” tanya ka Ripa
“nggak.. tante tetap disini. Akan ada rapat pleno untuk seluruh pembimbing”
“oh begitu.. yudah Ripa sama manda pulang dulu ya..”
“iya.. hati hati ya ripa.. manda”
“iya.. sayonara sensei”
“sayonara”

XXXXX

Diperjalanan aku membuka tab dan segera mengirim pesan

Send : Mamah
“gimana kabar mamah.. manda kangen. Oh iya.. akhirnya perlombaan selesai. besok siang pengumumannya. Doa in ya mah”

Send : Sensei Vera
“konnichiwa sensei. O genki desu ka? Huft.. perlombannya udah selesai sensei.. besok siang pengumumannya. Doa in manda ya sensei”

Ada balasan masuk
Form : mamah
“mamah baik sayang, kamu sendiri gimana? baik juga kan? Alhamdulilah kalo udah selesai, kamu jangan lupa istirahat ya. Mamah disini selalu doain kamu”

Form : sensei Vera
“genki.. alhamdulilah akhirnya selesai juga.. semoga aja hasilnya memuaskan ya.. sensei pasti doa in kamu”

aku tersenyum.
“sms’an sama siapa sayang?” tanya ka Ripa yang sedari tadi memerhatikanku
“mamah sama sensei Vera..” jawabku
“oh,, udah selesai kan sms’a?” tanyanya lagi
“he’em..” kataku pelan sambil menghempaskan tubuh ke jok
“yaudah.. kamu cepet istirahat. tidur aja, lumayan perjalanannya jauh”
“terus? Masa kamu nyetir sendirian?”
“gapapa.. udah biasa koq”
“hm.. sayang makasih baget ya.. aku sayang kamu” kataku memegang tangannya.
“iya.. aku juga sayang kamu” ka ripa membalas pegangan tanganku.
“yudah cepet tidur..”
“iya,,” aku memejamkan mata
Ka ripa mengelus kepalaku  manja
XXXXX
Smartphoneku berbunyi, ada pesan masuk dari Naila. aku terbangun.
“Hi manda.. lagi apa? gimana kabar kamu? Kata mamah perlombannya udah selesai ya? Itu berarti kamu bentar lagi back to indo kan? Aduh.. aku kangen banget”
aku segera membalasnya
“aku baik koq, sekarang aku baru bangun tidur nih..hehe. iya aku juga kangen. Ntar jemput ya di bandara”
“pasti dong.. o yah? Bu okta minta nomer kamu. Kasih jangan?”
“hah? Gak salah? Mau ngapain?”
“gak tau... paling nggak jauh mau ngomongin anaknya yang murtel itu kali”
“oh iya yah.. anaknya kan ditokyo, aku baru inget. emang siapa namanya?”
“mau ngapain nanya namanya? Tumben, dulu aja kamu ogah di kasih tau namanya”
“oh.. yaudah deh gak jadi. Gak penting juga kan aku tau namanya. Tokyo kan luas. kalopun harus ketemu dia, Peluangnya kecil banget”
“mulai deh lo.. yaudah deh whatever.. gimana kasih jangan nih?”
aku masih mikir-mikir tak lama ada pesan masuk lagi
“ah.. kelamaan nda. aku udah kasih nomornya ke bu okta”
“yaudah deh gpp.. aku mandi dulu ya nai.. ntar qta sambung lagi”
“mandi? Tengah bolong gini mau mandi?”
“disini udah sore nailaaa”

XXXXX

aku menuruni anak tangga.. disana terlihat Ka Ripa sedang berbaring disofa. aku segera menghampirinya. Dan duduk didekatnya.
“aduh.. sayang koq tidur disofa” kataku
“aku ambilin selimut dulu yaa.. “ saat aku hendak melangkah untuk mengambil selimut ka Ripa menarik lenganku
“sayang?”
“lho.. ternyata kamu nggak tidur?”
“ngga sayang,, kamu udah bangun? Gimana udah fresh lagi kan?” tanya ka Ripa
“iya nih.. aku udah mandi juga. O ya. Kamu yang bawa aku ke kamar?”
“siapa lagi sayang kalo bukan aku”
“dari parkiran?”
“iya.. ternyata kamu berat juga ya.. hehe”
“yeu dasar.. suruh siapa kamu gendong aku”
“terus kalo gak digendong, gimana coba?’
“dibanguninlah yang akunya.. kamu tuh ya”
“mana berani aku ngebangunin my princes aku yang lagi nyenyak tidur”
“ah kamu tuh.. bisa aja”
“dari tadi kamu ngapain aja kalo ga tidur?”
“browsing.. liat info terbaru”
“kenapa gak tidur aja?
“mamah aku lagi ngajar.. gak mungkn aku nelfon dia”
“terus apa hubungannya sama kamu gak tidur?”
“hm.. jelas ada hubungannya lah sayang.. sini deh..” ka ripa menarik lenganku yang sedari tadi masih berdiri untuk duduk disebelahnya.
“sekarang kamu kan pacar aku. Makanya aku kasih tau. Dari kecil tuh aku selalu dinyanyiin kalo mau tidur.”
“terus?”
“ya.. sampai sekarang kalo aku mau tidur aku harus nelpon mamah dulu, minta dinyanyiin”
“kalo yang nyanyiinnya pacar kamu gimna? Kamu bakal tidur ga?”
“gak tau yang.. kamu kan belum nyanyi didepan aku
“emang sebelumnya kamu belum pernah pacaran?
Ka Ripa menggeleng
“bener? Koq?”
“kenapa? Ada yang salah? Emangnya kamu udah pernah pacaran sebelum aku?” tanya ka ripa balik
Aku  juga menggeleng.
“bener?” tanyanya meyakinkan
“iya.. kamu pacar pertama aku” jawabku pelan
“kamu orang yang tepat manda.. makasih ya” ka ripa memegang tanganku. Kini aku berada dipelukan hangatnya.
“entar aku coba nyanyin kamu ya kalo mau tidur..” aku berbisik
“boleh,, entar malem ya sayang”
“iya..”

XXXXX

Ada telpon masuk. aku segera mengangkatnya.
“Halo.. maaf ini siapa?” tanyaku
“ini manda bukan?” dia nanya balik
“iya,, siapa ya?”
“ini bu okta. Gimana kabar kamu manda?” ucapnya disebrang sana
Bu okta? Duh.. pasti dari Naila nih.
“bu okta? Oh.. manda baik bu. Ibu sendiri gimana? Sehat?”
“ibu juga baik.. gimana kamu disana? Sukses kan?”
“belum tau bu. Besok baru pengumuman kejuaraan” jawabku
“oh begitu.. sekarang kamu lagi dimana?” tanyanya
“di apartemen tokyo. Kenapa bu?”
“Apartemen TA bukan?” tanyanya lagi
“iya,,”
“lantai berapa?”
“lantai dua. Emangnya kenapa bu?kenapa ibu nanya begitu?” aku penasaran
“aduh manda. Ibu lupa ngasih tau kamu”
pasti mau cerita tentang anaknya. Aku menebak
“anak ibu juga tinggal disitu”
“oh.. begitu ya?”
bener dugaanku, aku menyunggingkan senyum
“iya manda.. entar kapan-kapan main ya ke apartemen Ripa”
hah? Ripa? Kenapa harus sama sih namanya?
“main? Emangnya mau apa bu? Aku kan gak kenal sama anak ibu”
“entar ibu yang akan ngenalin kalian.”
“lho.. kenapa manda harus kenal dia?” aku menggernyit
“sekalian ibu mau minta tolong sih manda.. hehe gpp kan?”
“oh begitu.. terus gimana caranya?”
“ntar ibu chat ripa. Kamu malam ini sibuk ga?”
“nggak bu..”
“yaudah.. kamu tau kan depan apartemen itu ada taman?..”
“iya,,”
“oke.. jam 7malam kamu kesitu ya.. ntar ibu suruh ripa untuk kesitu. Kalo besokkan kamu pasti sibuk ke Japan foundation lagi.”
“oh iya bu..”
“bener gpp kan? Soalnya ada yang harus dititipin”
“apa?”
“hadiah ulangtahun ibu. Hehe”
“ibu ulangtahun? Kapan?”
“entar 2 hari lagi”
“tanggal 8 Juni?”
“iya..”
“yaudah iya bu”
“yaudah gitu aja ya manda.. ntar ibu telpon lagi”
“iya..”
XXXXX

Tuh kan apa kataku, hm.. pasti bu Okta sengaja deh. Supaya aku bisa ketemu sama anaknya itu, hadiah ulangtahun? bisa kan lewat paket? Kenapa harus nitip ke aku sih. aku terus mendumel sambil mengetukan kaki ke lantai karena sebal.
Saat aku melihat jam dinding, pukul menunjukan jam 5 lewat. Tiba-tiba smartphoneku berbunyi lagi
Siapa lagi sih yang nelpon? Desahku
Ternyata wajah ka Ripa ada dilayar, itu berarti ka Ripa menelfonku.
“halo..”
“say.. lagi apa?”
“lagi istirahat aja nih dikamar. Kamu udah selesai mandinya?”
“udah.. yang aku keluar dulu ya. Kamu gpp kan di apartemen dulu. Sebentar koq”
“oh.. mau apa emang?”
“ada perlu.. lagian aku gak tega ajak kamu keluar. Diluar saljunya turun deras.”
“iya.. gpp koq. kamu hati-hati yaa?”
“iya.. bye”
Nut..nut..

XXXXX

Ka ripa keluar kamar, menuruni anak tangga dan segera meluncur kesebuah toko yang lumayan jauh, ia menggunakan 2 lapis mantel hangat dengan topi yang terbuat daru kulit  yang lembut.
Sore hari begini kota tokyo sangat ramai, walaupun salju turun deras, tapi ini merupakan keindahan tersindiri di kota ini. terlihat hilir mudik orang-orang yang masih sibuk dengan aktivitasnya.
Ka Ripa memarkirkan mobilnya, masuk kesebuah departemen store, dan menuju kesebuah toko perhiasan ia memilih sebuah gelang cantik, yang terbuat dari brilian termahal, ia sengaja mengumpulkan uang sakunya untuk membeli gelang brilian itu untuk hadiah ulangtahun mamahnya yang di indonesia, mamah yang sangat ia sayangi, mamahnya juga begitu, ia sangat menyayangi ripa. Buktinya sampai sekarang, jika ripa hendak tidur ia selalu minta dinyanyikan oleh mamahnya itu. Jarak bukan penghalang bagi mereka, karena kecanggihan telekomunikasi yang membantu ripa bisa mendengar suara mamahnya dikala kantuk telah menyerang.
“arigato gozaimasu(terimakasih)” ucap ripa keseorang pelayan. Ia segera kembali ke parkiran dan menggas mobilnya melaju pulang.

XXXXX

“duh.. apa aku berangkat sekarang aja ya? Hm.. tapi kira-kira mesti bilang dulu ga sama ka Ripa?” aku bingung sambil melihat arloji dilenganku
“tapi ka Ripa jam segini belum dateng juga.. apa aku telfon dia aja? Ah.. kayaknya jangan deh.. takut ganggu” aku terus mikir.
“yaudah deh.. aku kan Cuma mau ngambil kado. Paling sebentar.” Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke taman tanpa bilang terlebih dahulu ke ka Ripa karena aku anggap toh hanya sebentar.
Saat aku buka tirai jendela, diluar salju turun deras, aku menekuk bibir. Merasakan dinginnya diluar sana.
Udah jam 6 15 menit nih.. mana sih ka ripa? Aku gak berani keluar sendiri. Akhirnya aku terpaksa menelpon ka Ripa, karena aku gak mau dia marah Cuma karena aku gak bilang mau keluar apartemen, lagian aku gak berani keluar sendiri.. inget nasehat mamah juga. Segera mencalling my prienc. Tak ada jawaban..
Kemana sih kamu sayang? Tumben telpon aku ga langsung diangkat?. aku terus menelpon berulang kali tapi tetap aja gak ada jawaban. Karena waktu udah pukul 6.45, akhirnya aku memberanikan diri keluar sendiri. Gak mungkin kan aku tiba-tiba nolak perintah guru aku sendiri? Gini-ginikan aku patuh sama guru, walaupun sering marah juga kalo ga sreg, tapi itu hanya ungkapan emosi aja koq. sebenernya aku menghargai mereka, termasuk bu okta. Dia baik, perhatian sama siswa, tapi hanya satu yang bikin aku suka kesel sama dia, gak lain gara-gara anaknya yang manja itu. Duh.. jadi penasaran deh pengen liat wajah anak manja itu, jangan salahin aku kalo fhoto dia bakal aku pajang dimading sekolah kalo aku udah balik nanti. hehe. aku mengenakan 3 mantel hangat ditambah baju piama yang aku pake sekarang. Menuruni anak tangga dan mencoba mengumpulkan kebranian.
Pasti aku berani! Masa iya udah seminggu disini, ke taman didepan aja aku gak berani? aku menyunggingkan senyum.

XXXXX

“akhirnya aku selesai juga bikin kado buat mamah.. gini nih kalo tangan ga kreatif. bungkus kado kecil aja ngebutuhin waktu 15 menit.. “ ucap ka ripa yang sedari tadi berusaha membuat kado di dalam mobil, ia terpaksa memarkirkan mobilnya dipinggir jalan, karena ia tau waktu ia ga banyak, mamahnya memberi tau sangat mendadak kalo ia meminta kado ulangtahunnya dititipkan  kepada siswanya yang kebetulan sedang pertukaran pelajar ditokyo.
“o yah? Tadi mamah bilang. Ingin menitipkan kado ini kesiswanya yang lagi pertukaran pelajar? Kira-kira manda kenal ga ya sama siswa pertukaran pelajar yang dari indo juga? Janganjangan mereka temenan? Coba tanya deh sama manda..”
Ka ripa segera mengambil smartphonenya di jok belakang. Ternyata 13 miscall dari manda.
“manda? Kenapa dia telpon sebanyak ini? ada apa ya? Aduh aku lupa kalo handphone ku di silent. Maafin aku sayang”
Ka ripa segera menelfon balik, tapi panggilan sibuk, itu berarti sedang ada telpon masuk ke manda.
“sibuk? Emangnya manda lagi nelfon siapa?” ka ripa mulai cemas.
Saat ia lihat arlojinya, waktu telah menunjukan pukul 6.50.
“shit! aku harus cepet-cepet ke taman nih.. tapi manda? Ah.. moga aja dia gak kenapa-napa. Sebentar ya sayng.. aku kasih kado buat mamahku dulu..” dengan spontan, ia langsung menggas mobilnya. Dia berharap saat jam tujuh tepat mobilnya sudah mengantarkan ia ketaman depan apartemen itu.

XXXXX

“iya bu.. manda udah di gajebo dekat taman nih.. bilang manda pake mantel warna hijau tosca.”
“iya gpp koq bu.. sama-sama”
Klik.
“busyet.. udah pake 3 mantel masih aja dingin.. moga aja anaknya bu okta cepet dateng.. kalo gak, bisa mati kedinginan nih,,”
aku terus mengusap-usapkan telapak tanganku berharap tangan ini gak beku.
Saat aku liat smartphone lagi, ternyata sampai sekarang ka ripa belum ngabarin aja.
“kemana sih kamu sayang?”

XXXXX

Ada pesan masuk
“Ripa kamu masih dimana? Kenapa telfon mamah ga diangkat? Kasian murid mamah udah di gajebo taman daritadi. Kamu cepat kesana yaa.. dia pake mantel hijau tosca”

“tadi aku lagi nyetir mah. iya mah.. aku udah sampe  taman. Baru aja turun dari mobil. Bilang aku pake mantel silver” balasan ka ripa

Ka ripa segera menuju gazebo yang ada diujung taman. Dari kejauhan terlihat seseorang sedang memainkan smartphonenya, menggunakan mantel hiaju tosca..
“pasti itu muridnya mamah...” tebak ka Ripa.

XXXXX

“anak ibu pake mantel silver. Dia sedang menuju kesitu. Jangan khawatir. Dia baik.. kalo ada apa-apa hubungi ibu yaa” pesan dari bu okta.

Sengaja aku gak balas pesannya , aku terus celengak celinguk menunggu anaknya bu okta itu. Udah gak sabar pengen liat plus motret photonya.. ets! Buat pajangan dimading sekolah ya.. bukan untuk dijadikan koleksi or sejenisnya.

XXXXX

“permisi..” ucap lelaki itu
aku menoleh.
“Ka Ripa.. koq kaka disini?”
“manda.. lho.. koq kamu disini? Lagi ngapain? Koq kamu gak bilang sama aku?”
“harusnya aku yang nanya sama kaka. Kenapa kaka ada disini? Katanya ada perlu. Ditelponin dari tadi.”
“iya sayang aku ada perlu..”
“ada perlu apa? Terus ngapain bawa kado segala? Mau kencan ya?”
“jangan aneh!”
“kaka yanga aneh. Dari jam 5 sampai sekarang gak ada kabar. Ternyata lagi ngerencanain sesuatu buat kencan. Iya kan?”
“denger penjelsan aku dulu sayang..”
“udah deh.. whatever” aku segera meninggalkan ka Ripa, kembali ke apartemen dengan hati yang campur aduk.
“sayang?? Yang?? Mandaa? Hei....???” panggil ka ripa
aku gak peduli. aku terus berjalan meninggalkannya.

Tuk..tukk..tuk..
“sayang.. boleh aku masuk”
“mau ngapain lagi ka?”
“biar aku jelasin semuanya!”
“Semuanya udah jelas. Gak ada yang harus dijelasin lagi”
“sayang.. pleas. Ijinkan aku ngejelasin semuanya..”
“gak perlu.. manda mau istirahat!” bentakku
“trust me honey, pleas”
Akhirnya mendengar ucapan tadi, aku luluh, dan akhirnya membuka pintu.
“sayang.. biar aku jelasin yaa semuanya” ka ripa memegang lenganku. Kami duduk disofa dekat jendela.
“hmm...”
“sayang.. tadi tuh aku mau beli kado buat mamah..”
“so, kenapa telfon aku gak diangkat terus? Males? Yaudah!”
“bukan sayang..”
“terus kenapa? Apa sibuk nyiapin semuanya buat kencan? He’eh?”
“nggak, siapa yang mau kencan? Tadi kan aku bilang. Aku lagi sibuk beli kado buat mamah. Telpon kamu ga diangkat karena kebetulan handphone aku di silent. Aku lupa sayang”
“oh..”
“masih ga percaya?”
“terus ngapain kamu ditaman? Mamah kamu kan di indo! Kenapa nggak ke kantor pos? Buat ngirim paket!”
“makanya aku mau jelasin!”
“yaudah cepet jelasin! Daritadi!” emosi aku mulai lagi.
“ok.. mamah bilang dia mau kadonya dititip aja sama muridnya yang ada disini”
Hah? aku menggernyit
“iya.. dia sedang pertukaran pelajar juga. Kamu kenal ga say? Tadinya aku mau nelpon kamu, mau nanyain soal ini. eh kamu busy..”
“hm...”
“emang lagi nelpon siapa tadi?”
“guru aku di indo”
“oh...” ka Ripa seperti tidak percaya
“terus?” Tanya aku penasaran
“ya,, dia bilang muridnya ada digazebo taman, pake mantel hijau tosca, makanya aku nyamperin..” dia mencoba menjelaskan
“what? Kenapa semuanya sama gini sih?”
“maksud kamu? Emangnya tadi kamu lagi apa disana? Apa kamu yang lagi mau kencan?”
“ngaco! Maksud aku itu hmm... tapi masa sih?” aku mengira-ngira apa yang dimaksud bu okta itu ka Ripa.
“kenapa?”
“duh.. gak mungkin! Tapi.. berarti?”
“knapa sayang? Aku gak ngerti!” ka ripa terlihat bingung, tapi tak sebingung aku.
“bentar.. kamu tau ga namanya murid mamah kamu itu siapa?” aku mulai menyelidiki ketabuan itu.
Ka ripa menggeleng ”aku lupa nanya kemamah saya”
“ga tau? Duh.. oh.hm…. Terus ulangtahunmamah kamu kapan?
“8 juni”
“mamah kamu namaya bu okta bukan?
“iya.. koq kamu tau sayang?
“ngajar pkn kan?”
“iya..”
“berarti kamu anak manja itu. Yang harus dinyanyiin setiap sebelum tidur? Iya?”
“aku kan udah cerita soal ini ke kamu sayang”
“aduh,, kenapa aku gak nyadar sih?”
“nyadar apa? Kamu malu punya pacar kaya aku”
“namanya juga sama RIPA...”
“namanya sama? Sama dengan siapa?”
“oh my god” aku menepuk kening
“kenapa manda? Daritadi kamu gak jawab pertanyaan aku”
“tunggu! Mana nomer mamah kamu?”
“buat apa?”
“mana sini!”
Ka ripa memberiakan smartphoennya. aku mencocokan dengan nomor bu okta, tenyata benar dugaanku, berarti selama ini anak yang aku bilang manja ternyata that is ka ripa, pacar aku, tapi? Duh,, kenapa semuanya kebtulan gini sih? Dunia emang sempit..
“sayang? Are you fine?” tanya ka ripa khawatir, melihat aku  menghempaskan tubuh diatas sofa
“manda? Kamu kenapa?”
aku terus mengutuki kekonyolanku. Kenapa aku gak analitis banget sih.. se detail itu. Oh.. terus? Mau ditaro dimana mukaku? Dulu kan aku anti banget, denger ceritanya aja aku  ogah, apalagi tau namanya. Tapi sekarang? He is my boyfriend.. duh... mamahh..............................................
“sayang?” ka ripa menghelus rambutku
Oke,, mungkin ini karma,ets! Karma? Kayaknya bukan deh.. soalnya ternyata dia  gak seperti yang aku bayangin.. dia itu gak manja koq. dinyanyiin? Wajar lah! Toh dia juga bilang kalo pacarnya sekalipun ada kemungkianan buat dia tidur. Jadi? Gak usah malu dong.. lagian ka ripa kan gak tau kalo aku dulu ilfil sama kelakuan dia, bu okta juga nggak tau. Tapi nailaa? Duh... orang satu itu tuh,, tapi? Udahlah! Itu gampang. Berarti.. bu okta calon mertua aku? Duh.. bisa-bisa gue jadi prioritas utama pembicaraannya dikelas ntar.. ahh!!
“manda?? Kamu gak apa-apa kan? Apa kamu masih marah sama aku? Yaudah! Kalo kamu marah.. mungkin lebih baik aku pergi. Aku emang ga cocok buat kamu! Maafin aku sayang!”
Ka ripa berdiri dan nyaris meninggalkanku
“sayang?” aku memanggilnya. Ia menoleh dan aku segera memeluknya..
“maafin manda sayang”
“gpp.. aku yang harusnya minta maaf” ka ripa membalas pelukanku
“aku sayang kamu”
“iya.. aku juga sayang kamu. Maafin aku ya sayang..” ucap ka Ripa
Kini aku masih berada dipelukan hangatnya, you know? Itu semua sangat nyaman. Aku  benar-benar mencintainya... mencintai sosok ka ripa yang begitu sempurna bagiku, dia yang ngembaliin warna dalam hidupku ini. Sekaligus yang mengobati lukku, luka yang dulu dibuat oleh Taufan, lakilaki yang gak punya perasaan.
“jadi gitu ceritanya” ucap ka Ripa setelah mendengar penjelasan tentang hubungan aku sama bu okta diindo.
“iya.. tapi kalo di liat-liat kamu emang mirip sama bu Okta”
“masa sih?”
“iya..”
“kamu nyadar ga sih yang?”
“nyadar apa?”
“kenapa semuanya kebetulan gini?”
aku mengangkat bahu
“apa mungkin kita jodoh?”
“semoga yaa” ucapku penuh harap.

XXXXX

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu benar-benar datang, dengan harap-harap cemas aku menunggu detik-detik sejarah dalam hidupku
“ka?” aku memanggil ka ripa yang padahal sedari tadi ia berada didekatku.
“iya.. tenang honey.. you can! I believe you”
“takut ka. Kalo gak dapet gimana? Yah.. pasti semua orang kecewa sama aku”
“hush! Kamu jangan ngomong kaya gitu. Kamu udah keluarin semua kemampuan kamu.. dan sekarang kita Cuma bisa berdoa semoga kamu bisa memenangkan semuanya.”
“kaka yakin aku bakal menang?”
“pasti sayang.. i believe, you are the winner”
“hmm... thank you” aku bersandar dibahu kokohnya.

“baik, setelah seminggu melakukan perlombaan, dan hanya ada satu pemenang.. siswa yang benar-benar ahli dalam semua bidang perlombaan. Dan ini merupakan sejarah. A mirecle history. Because this’s amazing amazing and amazing.. you know? The winner is Manda Anggraeni from Indonesia” kata-kata itu jelas terdengar.
Oh.. benarkah ini? apa hanya mimpi? Atau khayalan ambisiku yang mengobsesi? Akhirnya semuanya terasa gelap. Aku tak sadarkan diri

XXXXX

Saat aku tersadar, aku berada disebuah kamar, kamar yang baunya begitu menyengat hidung, ah! aku gak suka obat!
“aku dimana?” kepalaku masih terasa pusing.
Dan saat aku hendak menggerakan tangan kananku, berat. Ternyata ada seseorang yang tertidur. Dengan susah payah aku meraihnya menggunakan lengan kiri yang sedang di infus.
“sayang?” aku mengelus rambutnya
“eh? sayang Kamu udah sadar.” Kata ka ripa terbangun dari tidurnya.
“aku kenapa ka?”
“kamu tadi pingsan saat mendengar pengumuman kejuaraan”
“hah? Hasilnya?”
“you are the winner honey..”
“sungguh?”
“ya.. aku bangga sama kamu” kata ka Ripa

XXXXX

Ini adalah hari terakhirku berada dinegri yang penuh cinta ini, huh! Sedih? Bangett! aku gak bisa bayangin kalo aku harus bener-bener berpisah sama ka ripa. Walaupun aku berhasil memenangkan perlombaan dan mendapat beasiswa kuliah di universitas yang sama dengan ka ripa. Tapikan? Itu masih lama. aku harus nunggu lulus dulu. Ka ripa gak mungkin pindah kuliah ke indo cuma gara-gara hubungan kita. Gimana ini? aku bener-bener gak sanggup.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu
“manda.. apa kamu lagi sibuk?” suara tante bisky dibalik pintu
“oh? Tante?” aku membuka pintu
“sini masuk tante!” aku tersenyum
“gimana udah baikan?”
“aku udah baik koq tante..”
“tante sangat bangga sama kamu manda.. kamu benar-benar hebat!”
“hm.. ini juga berkat tante!”
“dari awal tante udah yakin, kalo kamu emang siswa yang berbakat”
“dari awal? Sejak kita pertama bertemu?”
“bukan.. sejak sensei vera mengirimkan fhotomu di e-mail”
“o yah?”
“iya manda.. tapi tante khawatir.. besok pagi kamu harus back to indo. Tapi kondisi kamu kan belum pulih”
“hm.. gapapa.. aku bisa koq!”
“yakinn?”
“iya.. masa gitu aja aku gak bisa tante?”
“kalo aja tante libur kerja, pasti tante bakal antar kamu”
“gak perlu tante. Aku bisa koq. tante gak perlu khawatir”
“baiklah.. tante percaya sama kamu. nanti kalo kamu udah lulus dan kuliah disini, kamu tinggal di apartemen ini lagi yaa?”
“hah? Tante serius?”
“menurut kamu tante becanda?”
“hm... aku seneng denger nya tante”
“kalo tante udah gak sabar ngeliat kamu bisa tinggal diapartemen ini lagi”
“doa in aja ya tan.. hehe”
“iya.. terus hubungan kamu gimana sama ripa?”
“Hm.. aku nggak tau tan” aku menunduk
“koq gak tau?”
“ya mau gimana lagi”
“masih satu tahun yaa?”
“hmmmm”
“sabar ya.. tante yakin cinta kalian akan bertahan” tante bisky memelukku, aku pun membalas pelukannya.

Setelah tante Bisky keluar kamar, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, dengan langkah gontai aku membuka pintu yang kedua kalinya.
“sayang.. gimana? Kamu udah baikan?” kata ka Ripa yang terlihat begitu khawatir.
“lumayan” ucapku pelan
“maaf ya sayang, aku baru pulang dari kampus, ada kelas tambahan” ka Ripa menjelaskan alasannya karena dari pagi buta ia sudah tidak ada di apartemen.
“iya sayang, gpp koq” ucap aku sambil melangkah menuju sofa.
“kamu udah minum obat?” Tanya nya.
aku menggeleng sambil menekan remote untuk menyalakan sebuah televise yang terpasang didinding.
“yaudah ya, aku ambilin obatnya dulu.” Ka Ripa langsung mengambil obat dan membawanya kepadaku.
“nih.. sekarang kamu minum obatnya ya sayang, supaya cepet sembuh. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa” ucap ka Ripa, ia duduk disebelahku.
Tiba-tiba airmataku meleleh, entah karena apa, rasanya hati ini sakit, sangat pedih. Oh.. aku pun segera memeluk ka Ripa erat, rasanya aku tidak mau kehilangan sosok sempurna ini.
“sayang.. kamu kenapa? Kenapa kamu nangis? Ada apa?” ka Ripa membalas pelukanku, nambah erat, aku bisa merasakan bahwa ia juga mempunyai perasaan yang sama.
“hiks.. hiks.. hiks..”
“sayang, maafin aku, aku tau aku salah, gak ngabarin kamu sampe selarut ini, handpone aku mati, aku lupa membawa carger nya” ka Ripa terus mengutuki kesalahannya.
“Tapi masalahnya bukan itu” kataku lirih.
“kenapa? Coba cerita sama aku. Apa ada yang nyakitin kamu?”
aku melepasakn pelukannya, memandang wajahnya lekat.
“Sayang, aku gak mau kehilangan kamu” airmataku meleleh lagi.
Ka Ripa langsung memelukku lagi, tak lama ia membisikkan sebuah kata.
“sayang, jangan khawatir ya.. aku gak bakalan pernah ninggalin kamu. Ga akan. I will always you”
Setelah mendengar kata-kata itu semakin jadi saja tangisku yang sedari tadi sudah membasahi baju ka Ripa.
“makasih ya sayang.” aku tersenyum
“iya.. yaudah, sekarang kamu jangan nangis lagi ya.” Dia mengusap airmataku yang tersisa. aku pun tersenyum. Ada sedikit kelegaan disana.
“hm.. manda?”
“apa?” jawabku manja.
“aku punya kejutan buat kamu”
“kejutan?”
“iya.. mau tau?”
“pasti sayang, kejutan apa sih? Tumben, kamu kan baru pulang dari kampus, kapan coba kamu buat kejutannya”
“yeu,, gak percaya? Yaudah..”
“koq yaudah?”
“kamu nya sih, gak yakin kalo aku punya kejutan buat kamu”
“yaudah, apa kejutannya? Cepet kasih tau!”
“okey.. sekarang kamu pejamin mata kamu”
“ga macem-macem kan kamu yang?”
“gak honey. Tenang…” dia mengusap rambutku
Setelah beberapa menit.
“yaudah. Sekarng buka mata kamu”
“okeey.. “ ucapku
“taraaa…”
Ternyata  dua buah tiket pesawat untuk ke Indonesia.
“sayang?” aku menoleh kepadanya, sedikit tidak percaya.
“iya.. Aku mau anterin kamu ke Indonesia.”
“serius?”
“iya.. mana tega aku ngebiarin pacarku ini pulang sendirian.”
“ah.. kamu.. terus kuliah kamu?”
“aku udah ijin satu minggu sayang, sekalian aku juga mau rayain ultah mamah, entar bareng kamu ya? Mau kan?”
“pasti sayang..” aku tersenyum.
 “yaudah.. sekarang kamu istirhat ya. Besokkan kita bakal melalui perjalanan yang sangat panjang”
“udah berapa lama kamu gak pulang ke indo?” Tanya gue menyindirnya
“hm.. 3 tahun say.”
“oh…” aku sedikit melongo. aku pikir dia sering pulang ke indo buat ketemu sama nyokapnya, ternyata gak sama sekali. Pantesan setiap mau tidur minta dinyanyiin, pasti dia kangen banget sama nyokapnya itu, hmm.. berarti dia wajar kalo gitu. Aduh sayang.. kamu bener-bener pria idaman. aku tersenyum.
“dih.. kenpa senyum snediri gitu?”
aku menggeleng manja
“yaudah sekarang kamu tidur ya..”
 “tidur yang nyenyak ya sayang”
“iya.. kamu juga ya.”
Ka Ripa membetulkan selimut untukku.
“I love you” ucap ka Ripa.
“I Love you to.”

XXXXX

aku terbangunkan oleh alaram adzan di smartphone yang udah aku atur. aku segera menuju kamar mandi dan mengambil wudhu, lalu segera menunaikan shalat subuh.
Setelah itu aku keluar kamar, dan saat aku lihat pintu kamar Ripa sudah tebuka, aku pun masuk, ternyata ka Ripa masih tertidur pulas dikasurnya.
“sayang.. bangun” bisikku ditelinganya.
“gak mau bangun” ucap ka Ripa yang masih memejamkan matanya pura-pura
“dih.. koq? Udah siang tau”
“hehe…”
Ka ripa pun beranjak dari tempat  tidurnya, sedikit mengucek matanya yang sipit itu
“selamat pagi honey”
“iya. Selamat pagi juga sayang.. oyaa.. kamar kamu ga dikunci?”
“iya kah? Oh may god, aku lupa ngunci semalem. Abisnya cape banget”
“oh gitu yaudah,, aku packing dulu ya. Kamu cepet mandi, shalat terus packing juga”
“iya sayang pasti!”
Aku pun keluar dari kamar ka Ripa.

“kalian udah siap?” tanya tante Bisky
“iya tante..” aku tersenyum
“salam rindu ya Ripa sama mamah kamu”
“iya tante..”
“kamu ijin berapa hari Paa?” Tanya om Leorio
“satu minggu. Seklaian mau rayain ultah mamah”
“oke kalo gitu. Salam juga sama papah kamu.”
“iya om.. “
“yaudah kita berangkat sekarang yaa” kata tante Bisky.
Mobil kami pun segera melaju menuju Bandara.

XXXXX
Bersambung...
#30DWC Hari ke 22


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKSI NYATA PMM "RENCANA TINDAK LANJUT DARI HASIL ASESMEN AWAL PEMBELAJARAN"

Berikut rancangan asesmen awal pembelajaran Berikut Nilai peserta didik beserta rencanan tindak lanjut