Saya melakukan observasi ini sekitar setahun yang lalu, adanya program #30DWC ini membuat saya tergerak untuk menyatukan bahan mentah menjadi sebuah hasil observasi.
Disinilah terungkap alasan remaja menongkrong
Inilah hasil observasi saya selama satu minggu. pada observasi kali ini saya memilih untuk mengangkat tema tentang Kebiasaan Menongkrong Siswa SMKN 1 Pandeglang setelah pulang sekolah. Saya memilih tema ini karena menurut saya tema ini cukup mudah untuk dilakukan pengamatan, dibanding dengan tema-tema yang lain.
Pertama, saya mengamati siswa Smk 1 saat pulang sekolah, yang kebanyakan siswa laki-laki, tepatnya hari senin. Meskipun agak males karena hari ini waktu jam pulang lumayan sore, tapi saya sempatkan untuk mengamati siswa yang menongkrong di warung pinggir sekolah. Saya sengaja memesan sebuah kopi diwarung itu dan duduk tenang di kursi yang ada didepan warung tersebut. Ini merupakan hal pertama bagi saya, karena bisa dibilang saya tidak pernah nongkrong di warung ini, tapi bukan karena saya anak pendiam atau anak baik melainkan karena jarak rumah saya yang terlalu jauh, jadi kalau pulang sekolah, ya harus langsung pulang, supaya tidak kesorean. Kalaupun iya saya nongkrong, paling saya memilih tempat di mie ayam depan sekolah. Karena sambil menunggu kendaraan umum melintas itupun hanya hari-hari tertentu yang jam pulangnya tidak terlalu sore.
Setelah beberapa menit duduk disana, saya melihat kebanyakan yang menongkrong adalah siswa kelas tiga dan kelas dua. Hanya ada beberapa siswa kelas satu. Terlihat dari seragamnya yang masih baru. Mereka bergerombol sambil membicarakan orang yang hilir mudik, kebanyakan sih membahas tentang motor yang di drag atau dimodif gitu.
Ada juga siswa yang datang lalu memesan gorengan, terlihat ia begitu lahap memakan gorengan tersebut, mungkin ia sangat lapar karena tidak bisa dipungkiri waktu sudah sore, dan sudah pasti semua siswa akan merasa lapar, begitupun dengan saya, tapi saya rela menahan lapar ini hanya untuk mencari bahan pengamatan.
Lalu ada juga yang datang dan hanya memesan sebuah kopi seperti saya, tidak lain mereka sambil mengobrol, karena jarak mereka dengan saya tidak terlalu jauh, dan bukan maksud untuk menguping juga, saya mendengar percakapan mereka, ternyata yang mereka bahas adalah tentang perempuan idaman mereka, salahsatu dari mereka menanyakan bagaimana cara untuk menembak perempuan idamannya. Hm.. memang, masa remaja, masa yang tidak jauh dari kata cinta.
Karena waktu sudah menunjukan pukul 16.00 saya memutuskan untuk pulang, karena seperti yang saya bilang tadi, jarak rumah saya lumayan jauh, membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk sampai rumah.
Esoknya saya kembali duduk diwarung tersebut, ditempat yang sama dan tidak lupa dengan kopi yang saya pesan, alasan saya memesan kopi karena bisa dibilang untuk pura-pura, bayangkan saja, bagaimana sikap siswa-siswa yang biasa menongkrong disana jika melihat wajah saya yang tidak pernah nongkrong dan ditambah saya hanya sendiri, kan jika ada secangkir kopi bisa saja mereka beranggapan bahwa saya sedang menongkrong seperti siswa yang lainnya.
Hari ini ada yang unik, kenapa? Karena saat saya sedang duduk, tiba-tiba ada seorang siswa, sepertinya ia kelas tiga, ia dengan pede merokok disebelah saya, sudah jelas saya memperhatikannya, karena ia merokok dengan masih memakai seragam sekolah, seragamnyapun dikeluarkan lagi, celana yang bermodel pensil, dan ditambah sepatu yang terlihat kotor tanpa kaoskaki, padahal ini baru hari senin, tapi kenapa sepatunya sudah kotor begitu. Tidak diduga tiba-tiba siswa tersebut menoleh kearah saya, dengan cepat saya mengalihkan muka, saya pura-pura tidak memperhatikannya, tapi ia malah menawari saya rokok. Saya hanya tersenyum dan mengangguk. Ia pun mengerti.
Kemudian besoknya saya kembali duduk dikursi tersebut, selain dengan kopi saya juga ditemani dengan secarik kertas beserta pulpen. Ya.. saya berniat untuk mewawancarai mereka.
Siswa ini adalah siswa yang kemarin menawari saya rokok, saya akan memberi dia inisial A.
Saya: Ngopi ka.. (awalnya saya berpura-pura menawari ia kopi, agar tidak terkesan aneh jika saya langsung mewawancarainya)
A: iya.
Saya: kalau boleh tau kakak kelas berapa?
A: saya kelas XII AP. Ada apa?
Saya: gapapa. kakak sering nongkrong disini?
A: iya sering
Saya: hampir setiap hari?
A: bisa dibilang begitu
Saya: emangnya alasan kakak nongkrong disini setelah pulang sekolah itu apa sih?
A: karena menurut saya warung ini nyaman, jadi enak dipake nongkrongnya. Dan merupakan basecome gank saya.
Saya: jadi, setiap hari kakak berkumpul dengan teman-teman kakak di warung ini?
A: iya.
Saya: oya.. alasan kaka menongkrong setelah pulang sekolah itu apa? Kenapa tidak langsung pulang saja?
A: gak ada alasannya sih. Tapi kalo saya langsung pulang, entar bosen dirumahnya. Rumah saya kan sepi. Kalo disini enakin kumpul-kumpul sama temen
Saya: emangnya orangtua kakak kemana?
A: mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.
Saya: maksud kaka, orangtua kakak tidak memperhatikan kakak?
A: iya begitu
Saya: memangnya kalu mereka ada kakak mau ngelakuin apa?
A: ya.. seenggaknya kalo ada orangtua dirumah enakin. Kan kita sebagai anak juga perlu diperhatiin, bukan Cuma materi, kita juga masih perlu yang namanya kasih sayang. Hhe.. walaupun kita gak minta secara langsung, tapi se’enggaknya orangtua harus ngerti
Saya: oh begitu. Makasih ya ka sebelumnya dan Maaf juga saya udah nanya banyak
A: iya gapapa.. santai aja.
Setelah itu saya mewawancarai salahsatu siswa yang kemarin bergerombol. Saya akan memberi dia inisial Y. Kali ini saya tidak usah basa-basi menawari ia dengan kopi seperti tadi, karena jika dilihat dari wajahnya, sepertinya dia orang yang baik, terlihat dengan baju yang masih dimasukan rapih.
Saya: permisi ka..
Y: ada apa?
Saya: boleh saya wawancarai kakak?
Y: wawancara tentang apa?
Saya: biasa.. kebiasaan menongkrong. Bolehkan?
Y: yaudah
Saya: kakak sering nongkrong disini?
Y: iya
Saya: apa alasan kakak nongkrong setelah pulang sekolah? Kenapa tidak langsung pulang saja?
Y: iseng aja sih
Saya: terus kenapa kakak memilih nongkrong diwarung ini?
Y: tempatnya enakin buat nongkrong
Saya: biasanya apa saja yang kakak lakuin disini?
Y: kumpul aja sama temen. Ngobrol gitu
Saya:oh.. menurut kakak kebiasaan nongkrong ini baik gak sih?
Y: ada baiknya dan ada buruknya juga
Saya: bisa dijelaskan baik dan buruknya itu apa ka?
Y: kalo baiknya buat lebih deket aja sama temen, tapi kalo buruknya buang-buang waktu aja.
Saya: nah.. kakak kan udah tau buruknya itu, tapi kenapa kakak malah lakuin?
Y: biasalah remaja. Kapan lagi coba kalau bukan masa remaja? Gak mungkin kan kalo udah tua kita nongkrong? Jadi menurut saya ini wajar
Saya: oh begitu. Ya udah Makasih ya ka
Y: iya..
Kesimpulan:
Setelah saya mewawancarai kedua siswa tersebut, akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa memang kebiasaan menongkrong itu bisa dibilang wajar apalagi dalam dunia remaja. Tapi dengan syarat, karena kita anak sekolah, jadi kita harus tau aturan, boleh aja kita menongkrong karena salah satu sarana untuk lebih dekat dengan teman, tapi jangan sampai kedekatan itu malah membawa bencana buat kita sendiri. Dalam hal ini Peran orangtua juga sangat perlu, karena ada anak-anak tertentu yang masih membutuhkan perhatian dari orangtuanya walaupun ia sudah remaja. Maka dari itu untuk menjebatani semuanya, kita harus mulai dari diri ketika sendiri dan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk agar prilaku kita tidak melanggar aturan.
Itulah hasil observasi saya. Terima kasih.
#30 DWC HARI KE 16