Minggu, 11 Desember 2016

Akhirnya Bisa Move On


“Kau tau, Fajar telah mengalihkan kekagumanku dari senja, bahwa ia lebih bijak, mengagumi tanpa alasan, tanpa batas, tanpa jeda”
Malam ini, lagi-lagi diaryku mengingatkan aku padanya, sosok pria berwajah tajam mampu mengalihkan duniaku selama kurang lebih 5 tahun. Hubungan kami tampak baik dan terasa langgeng saat itu, walau emosi kami yang sering membuat hubungan kami putus nyambung. Dan putus terakhir saat itu, yaa.. malam itu ia memutuskanku tiba-tiba, usia hubungan kami yang bisa terbilang cukup lama membuatku menahannya, menanyakan apa alasan ia ingin pergi meningalkanku dan hubungan ini, dan setelah aku paksa untuk ia menjawab akhirnya ia berkata bahwa ia ingin mencari penggantiku, ia ingin mencari hati yang baru.

Dan sejak itu lah aku tak lagi membalas pesannya. Aku blok semua account sosmednya, berikut nomor ponselnya. Hatiku benar-benar hancur, kamu tahu? Setelah kata terakhirmu itu aku meneriaki langit, meminta alasan apakah ada hukum alam tentang kesetiaan yang dibalas dengan pengkhianatan? Kamu tahu? Kata terakhirmu seakan membuat duniaku terhenti, kamu berbicara seperti itu seakan tak pernah terjalin hubungan apapun diantara kita.  Kamu tahu Sayang, akan ada beribu alasan yang aku lontarkan untuk terus mempertahankan hubungan kita, fcsadn. Tapi apa yang kudapat? Foto bahagiamu dengan wanita itu di bawah senja, berhias pasir kecoklatan, remang-remang cahaya senja memperjelas senyumanmu, kau tersenyum tampak ceria, tanganmu yang mesra mencubit pipi kekasih barumu, bahasa tubuhmu mengisyaratkan ada warna lain yang tak ku temukan darimu selama 5 tahun, aku heran pribadimu mampu berubah dalam beberapa jam saja, di foto itu aku tak mengenalmu, aku tak mendapati kamu yang kaku, kamu yang tegas, wajahmu yang tajam dan sorot pandangmu yang penuh amarah serta garisan di wajahmu yang sangat serius. Sehingga kamu tahu? aku selalu menjulukimu pria yang berwajah tajam. Ah, kau berubah saat bersamanya Sayang.

Mungkin malam ini akan menjadi malam terkhir untuk aku mengingatmu, akan jadi hari terakhir untuk fikiranku mengingat 5 tahun yang lalu bersamamu. Dan hari yang terakhir juga untuk air mataku mengalir karenamu, karena luka yang belum mengering, karena luka yang tak ada obat peramu. Malam ini aku hanya ingin menulis surat untukmu, surat terakhir untuk seseorang yang pernah mengisi ruang hatiku, surat terakhir untuk kamu yang sangat aku cintai. Dan untuk seseorang yang telah mengkhianati ketulusanku. Dengan pelan dan air mata yang sesekali mengalir aku torehkan pena pada secarik kertas. Aku mulai menulisnya untukmu.

“Selamat malam Engging, gimana kabar kamu disana? Kamu sehat kan disana? Kamu nambah gemuk apa kurusan? Kabar kumismu gimana? Muka mu masih ada jerawat ya? Gimana keadaan Mama? Kamu punya keponakan baru? Setiap pagi kamu ga lupa lagi sarapankan? Oiya, gimana kabar pekerjaanmu? Apa kamu jadi naik jabatan? Rencana kuliah kamu gimana? Tahun depan jadi lanjut? Dan apa kamu bahagia bersama Delis? Masih banyak yang ingin aku tanyakan ke kamu. Udah tiga bulan satu minggu kita tak berkabar, udah empat bulan kita gak ketemu, adakah secuil rasa rindu untukku? Kamu tahu, malam-malam ku terasa dingin, hariku hambar, tak ada rasa, semua hari ku jalani dengan seadanya, aku tak mau menunggu, karena aku tahu waktuku tak akan cukup untuk membuat kamu kembali.
Aku tidak mengerti perasaanku, padahal sudah jelas malam itu kamu memutuskan untuk pergi meninggalkanku, tapi bodohnya aku, aku masih sempat menanyakan kamu akan pergi kemana, dan jawaban pahit itu terpaksa kau ucapkan, bahwa kau pergi untuknya. Dan lebih bodoh lagi hingga kini aku masih menyimpan semua tentangmu, rasanya potret masalalu bersamamu akan abadi dalam sejarah percintaanku, kamu yang pertama memilih hatiku dan kamu juga yang pertama memutuskan untuk meninggalkan hatiku. Tapi tenang, sekarang sebersit cahaya fajar telah menyadarkanku, membangunkanku dari skenario terkutuk yang kau buat untuk mengelabuiku, fikiranku kembali jernih, aku tak lagi merasakan kesedihan yang begitu dalam, aku sudah kembali terbiasa dengan kesendirianku, kini aku akan jauh lebih sibuk mempersiapkan diriku untuk menyambut kedatangan seseorang yang Tuhan takdirkan untukku. Karena aku tahu lebih baik sendiri dibanding menghabiskan waktu bersama orang yang salah, dan harus ku akui, selama 5 tahun aku telah menghabiskan waktuku dengan orang yang salah, iya.. 5 tahun bersamamu adalah kesalahan terbesarku dalam hidup ini, aku bersyukur pada Tuhan, karena ia telah menghadirkan sosok wanita seperti Delis untukmu, aku bersyukur karena Delis membuat aku membuka mataku, bahwa aku memang tak pantas bersanding dengan pria sepertimu, dan kamu harus tahu, sebenarnya selama 5 tahun itu, batinku tak benar-benar mencintaimu. Sungguh aku keliru saat dulu membisikan kata cinta untukmu.  Dan dengan berbangga hati,malami ini aku tak akan lagi mengingatmu. Bye pria berwajah tajam!”

Aku melipat secarik kertas itu, membentuknya menjadi kapal kertas dan aku segera menrbangkannya ke langit gelap, pergilah jauh kapal kertasku, pergi,pergi, pergi hingga kamu lupa untuk jalan kembali.

11 Desember 2016
#30DWC Hari ke-11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODUL 4 PPKN KELAS IV (Empat)

Rabu, 10 Februari 2021 Hallo, selamat pagi. semoga semuanya selalu dalam keadaaan sehat. Silahkan pelajari unit 2 bagian B ya tentang Sika...