Kamis, 22 Desember 2016

Jodoh Pasti Bertemu part 1

"Kebimbangan membuatku tak berfikir panjang, lalu aku kembalikan semuanya pada hati"

Nut..nut.. Ada telpon masuk dari ka Ripa. Ia kekasihku. Akupun segera mengangkatnya.
“Halo...” kataku
“Manda,  kamu dimana sekarang?” Tanyanya
“umm.. dirumah. Ada apa?” aku sengaja jutek padanya, karena semalam saat aku menelponnya malah di angkat oleh perempuan, ditambah perempuan itu berkata bahwa aku enggak usah telpon ka Ripa lagi.
“aku ke rumah kamu ya..” ucapnya di sebrang sana.
“emangnya mau  apa sih?” tanyaku kesal.
“koq kamu nanya gitu? Kamu ga suka aku main kerumah kamu?” ka Ripa heran
“aku cuma tanya aja, kamu mau apa sih?” aku mulai jengkel, memangnya dia gak tahu ya kalo aku lagi marah besar, berani-beraninya dia mau ke rumahku.
“aku pengen ketemu kamu lah...” suaranya memelan lembut.
“ketemu? Buat apa?” aku tetap jutek
“kamu kenapa sih?” nadanya mulai meninggi
“aku enggak apa-apa. Aku cuma nggak suka, kalo harus nunggu.”
“maksud kamu?” Ka Ripa nambah heran
“dan satu lagi, aku enggak suka sama orang yang ingkar janji, ngerti?” nut..nut
Sengaja aku mematikan telponnya. Males banget kalo aku inget kejadian semalam.

***

Setelah beberapa menit, rasanya aku ingin sms Taufan, cuma dia yang bisa ngerti perasaanku saat ini. Taufan adalah teman sekelasku, kami sudah lama bersahabat.
“Fan?” Aku mengirim pesan kepada Taufan
“apaa Manda?” balasnya cepat. Aku tersenyum .
“lagi sibuk ga?” tanyaku
“enggak koq.. ada apa jelek?” Taufan memang bisa, panggilan ‘jelek’  dari seorang sahabat yang selalu berhasil menjadi obat dalam kekesalanku.
“lagi sedih nih..” balasku manja.
“sedih kenapa? yaudah.. biar aku kerumah kamu” Taufan memang selalu peduli dengan keadaanku.
“5 menitt yaa!” pintaku bercanda.
“ha?? Dasar jeleeeeekkkkkkk!”
“HAHA” aku nyengir, beberapa menit saja berbalas pesan dengannya membuat mood aku kembali membaik.

***

Tuk..tuk..tukk...  terdengar ketukan pintu dari luar, aku segera membukanya.
“eh kamu Fan..”
“huh... pas kan 5 menit?” katanya sambil ngos ngosan
“mm.. lebih 1 detik”
“yachh :( maafin aku yaa”
“yaelah fan.. enggak apa apa kali. Aku kan cuma becanda.”
“serius kamu? Oyah, nih aku beliin coklat  biar mood kamu bagus lagi. Dan enggak sedih mulu” Taufan  menyodorkan sebatang coklat
 “ah dasar  bisa aja, thanks yaa..” aku mempersilahkan ia duduk.
“mau minum apaa?”
“apa aja deh.. yang penting halal”
“bentar bentar.. koq muka kamu pucet gitu? Kamu sakit?” aku mendekati wajahnya.
Dia menghindar
“aku enggak apa apa koq.kan tadi abis lari. Makanya keliatan pucet.” jawab Taufan
“serius?”
“iya bener serius”
“awas ya kalo bohong!” aku memastikan.
“iya.. iya kali ini serius aku enggak bohong”
“oh..oke. bentar ya aku ambilin minum dulu”
Aku pun segera ke dapur untuk  membuatkannya minuman.
“maafin aku Manda.. sebenarnya ini efek kanker otak yang terus menggerogoti tubuhku.. maafin aku” ucap Taufan dalam hati setelah aku lekas pergi kedapur
Aku pun datang membawa secangkir coklat hangat.
“ini fan, aku buatin coklat hangat buat kamu.. biar gak pucet lagi tuh bibir kamu”
Kataku sambil menyodorkan minumannya
“perhatian banget sih kamu makasih ya manda.. hehe.. “
“gimana enak ga?”
“pasti enak lah.. o yah coba cepet cerita! Aku penasaran nih, apa sih yang udah bikin kamu sedih?”
“umm.. gpp sih fan, aku Cuma kesel aja sama seseorang”
“seseorang? siapa?”
Aku pun menceritakan semuanya kepada Taufan, dan dengan sabar Taufan mendengarkan semuanya. Ia mencoba menghiburku agar aku tida sedih lagi, dan akhirnya dia berhasil. Aku merasa lega. Sangat lega.
“yaudah.. aku pulang dulu ya.. sampai ketemu besok ” ucapnya

***

Pagi ini, aku bangun dengan tubuh yang lumayan  segar, aku segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah, dan ternyata ka Ripa, sudah menungguku diberanda rumah.
“pagi sayang...” sapanya saat aku membuka pintu rumah
“kaka ngapain pagi-pagi gini kerumah? hari ini kan aku sekolah!”
“aku kan mau anter kamu ke sekolah”
“haa?” aku terkejut
“kenapaa? Kamu gak mau aku antar ya? Apa kamu udah janjian sama temen kamu?”
“hhh... gak sih. Yaudah deh iya”
“oke.. yaudah yuk. udah siang, entar kamu telat lagi”
Akupun masuk ke mobil ka Ripa
Setelah mobil itu melaju, aku sedkitpun tak memulai pembincaraan. Setelah lama, akhirnya ka Ripa memulai percakapan kami.
“sayang?”
“hm...”
“kamu udah sarapan?”
“udah..”
“waktu kapan?”
“tadi,,”
“say, jangan bohong ah. Jelas-jelas tadi kamu belum sempet sarapan kaan!”
“udah koq..”
“sarapan apa coba tadi?”
“hmm.. udah deh. Bawel banget”
“lhoo? Kamu koq marah?”
“aku gak marah!”
Tiba-tiba ka ripa memberhentikan mobilnya.
Kiikkkk..........
“hey.. apa apa an sih kamu? Udah gila yaa?”
“kamu berubah manda!”
“terserah apa katamu!” ...
“kamu kenapa sih? Aku salah apa? Kenapa sikap kamu dingin begitu kepadaku?”
“Ka Ripa... aku gak akan begini, kalo kamu gak duluin begitu!”
“aku begitu gimana?”
“siapa yang main kerumah kamu sampe larut malam? Dan ia berani-berani nya ngangkat telpon aku, dan bilang, jangan ganggu kamu lagi! Siapa itu? Pacar baru kamu? Hah?” aku emosi
“dia bilang kaya gitu ke kamu? Gak mungkin!”
“TERSERAH! AKU CAPE !!!”
“dia orangnya baik Manda, dia enggak mungkin kaya gitu.”
“oh gitu ya.. bagus! sudah kuduga. Kamu bakal ngomong kaya gini!”
“emang kenyataannya kaya gini, dia itu temen SMA aku, kita cuma temenan”
“aku bukan anak kecil ka!”
“aku gak ngerti sama kamu!"
“memang! Kamu enggak pernah ngerti perasaanku. Sedikitpun! Asal kamu tahu aku kaya gini karena aku CEMBURU! Puas?”
Aku pun segera keluar dari mobil ka Ripa dan segera naik taxi
“Manda..... tunggu!”
“Manda, kenapa kamu kaya gini sih?padahalkan aku cuma temenan dengan Nita,  Maafin aku,  aku kira kamu nggak bakal cemburu akan hadirnya Nita, ternyata kamu ada  benarnya juga Manda. Akhir-akhir ini, waktuku banyak bersama Nita, maafkan aku manda” desah ka Ripa menyesali semuanya.
Taxi yang kutumpangi balik arah setelah aku memerintahkan supirnya dan behenti disebuah danau. Dari kejauhan tampak lelaki tinggi sedang  duduk dibawah pohon. Aku mendekatinya.
"lelaki itu kaya Taufan?” aku mengira-ngira.
Setelah kudekati ternyata benar dia Taufan, rupanya ia juga tidak sekolah sama sepertiku
Kututup matanya dengan tanganku.
“hey.. Manda ya?” tebak Taufan
“ah,, koq kamu tau sih?” aku cemberut manja dan segera duduk disebelahnya
“hey jelek. Koq kamu gak sekolah?” tanyanya heran.
“kesiangan fan. Kamu sendiri? Koq disini?” aku sama herannya.
“aku lagi males sekolah.”
“lho? Kenapa?” tanyaku nambah heran
“karena,, aku udah tahu kalo kamu gak bakal sekolah juga” ucapnya pelan memerhatikan wajahku
“hehe.. dasar!” aku kembali memerhatikan wajahnya. ada yang beda disana. Taufan terlihat pucat.
“fan? Koq kamu pucat?”
“pucat? mana? Aku engga apa-apa koq Manda.. kamu lebay ah!”
“koq lebay sih ? liat deh, bibir kamu pucat”
“hehe.. mungkin karena belum sarapan kali. ”
“nih, aku bawa bekal. Kamu makan ya”
“boleh-boleh..”
Aku mengambil bekalku ditas, dan saat aku hendak memberikannya kepada Taufan, terlihat darah mengucur dari hidungnya
“Taufan? Hidung kamu berdarah?” aku segera mengambil tisu ditas
“apa?oh.. oh ini mimisan, tenang tenang.. aku lap dulu ya” Taufan menerima tisu yang kusodorkan untuknya
Hati aku mulai tak karuan
“Fan, jujur sama aku. Kamu sebenarnya  kenapa?”
“jujur apa Manda? Aku engga apa-apa koq.. nih liat aku seger gini”
“enggak mungkin, aku tau, pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku”
“enggak koq...”
Saat kulihat, darahnya mengalir semakin banyak. Dan aku segera memeluknya
“Taufan.......”
Taufan memelukku kembali.
“cerita sama aku.pleas”
Taufan tetap diam dia hanya mengelus rambutku
“aku enggak mau kamu kenapa-napa”
Saat kulihat matanya, ternyata dia menetesakn air mata. Aku semakin yakin kalo dia menyimpan sesuatu dariku.
“Manda... kamu mau janji dua hal sama aku?’
“Maksud kamu? Janji untuk apa?”
“kamu harus janji kalo kamu harus bahagia terus dan gak boleh cengeng”
“Fan? Maksud kamu apa?”
“dan yang ke-dua.. aku mau kamu tahu manda, aku sama sekali tidak pernah bermaksud menyakiti kamu, karena aku sayang kamu”
Aku melepaskan pelukannya
“kamu bilang apa fan?”
“Maafin aku manda... aku tau sekarang kamu udah milik ka ripa. Tapi aku cuma mau jujur, kalo aku sayang  kamu”
Hati aku tak karuan, aku sendiri juga bingung apa yang aku rasakan saat ini. bimbang? Penasaran? Ah..  tak berpikir lama aku segera meninggalkan Taufan. Entah.. kakiku spontan untuk meninggalkannya.
“Manda.....” terdengar Taufan memanggil namaku

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODUL 4 PPKN KELAS IV (Empat)

Rabu, 10 Februari 2021 Hallo, selamat pagi. semoga semuanya selalu dalam keadaaan sehat. Silahkan pelajari unit 2 bagian B ya tentang Sika...